logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 7 (Bukan keinginanku)

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Siapa lagi kalau bukan bukan Ibu yang berteriak. Aku tetap saja terus mencuci biarlah sudah pagi juga kok.
Akhirnya semuanya telah beres tinggal masak saja. Nggak tau untuk menu hari ini mau masak apa karna memang stok di kulkas sudah kosong.
"Jangan opo Dit" (Masak apa Dit) tanya Ibu saat baru bangun lalu menuju ke dapur.
"Dereng jangan Bu" (Belum masak Bu) jawabku.
Bbbbrrrrraaaaaaakkkkkkkkkkk
Aku pun kaget karna Ibu mengebrak meja makan. Dan Ibu pun berkata lagi.
"Pie sih kok durung masak. Seharuse jangan dikek sek gae madang esok iki" (Gimana sih kok belum masak. Seharusnya masak dulu yang buat sarapan pagi ini.) ujar Ibu dengan nada tinggi.
"Anu ... Nang kulkas ra ono opo opo Bu" (Anu ... Di kulkas nggak ada apa apa Bu) jawabku dengan jujur.
"Halah koe ki alesan. Ndang kono tuku" (Halah kamu itu alasan. Cepat sana beli) ucap Ibu, yang memang sepertinya lupa bahwa aku nggak punya uang.
"Bu ... anu duwite ?" (Bu ... anu uangny) jawabku dengan ragu.
"Bojomu ki kerjo opo ? senengane glayap wae. Duwit seh jalok wong tuamu po ra isen" (Suamimu itu kerja apa? sukanya pergi saja. Uang saja masuh jaluk orang tua apa nggak malu)
Ddddddddddddeeeeeeegggggggggg
Perkataan Ibu sungguh membuat aku sakit hati. Apa aku salah jika aku minta uang buat belanja karna memang aku sedang nggak punya uang. Kan semua makanan juga di makan sama Ibu. Kadang aku ingin makan saja semua sudah ludes habis.
Terlihat Ibu pergi meninggalkanku tanpa memberinya uang. Tiba tiba air mata ini merintik dengan tiba tiba.
"Dek iki ... " (Dek ini ...) ucap suamiku dengan menyodorkan uang 100 ribu kepadaku. juga tiba tiba ada di depanku. Kenapa aku tidak melihat suamiku berjalan ke arahku.
"Samang entuk duwek seko endi Mas" (Kamu dapat uang dari mana Mas) tanyaku yang penasaran karna suamiku tak bilang kepadaku.
"Iku seko Pak Rt mau Dek. Ndang kono golek tumbas lawuh. Ndak di seneni ro Ibu" (Itu dari Pak Rt tadi Dek. Cepat sana buat beli lauk. Nanti di marahin sama Ibu) titah suamiku membuat aku tersenyum kembali.
Terima kasih suamiku, kau sudah mau hidup bersusah denganku. Semoga kerja kerasmu membawa berkah Amiin.
Gegas aku pun pergi ke warung terdekat. Setelah semuanya ku beli. Aku pun langsung menuju ke dapur lagi. Biar semuanya aku segera oleh.
Aku meletakkan satu persatu belanjaanku. Saat aku ingin mengambil pisau Mbak Dina yang tak di undang pun nonggol.
"Ra tuku iwak Dit" (Nggak beli daging ayam Dit) tanyanya.
"Ora Mbak, ra enek duwike" (Nggak Mbak, nggak ada duwitnya) jawabku dengan masih tetap fokus mengiris ngiris bawang merah juga bawang putih.
"Lah neng bojomu ki ngopo wae ?. Ngasek ra duwe duwet ngono"(Lah emangnya suamimu itu ngapain aja?. Sampai nggak punya uang begitu)
Jjjjjjjjllllleeeeeeeebbbbbbbb
Kenapa setiap bertanya tentanh suamiku pasti di kira nggak kerja. Pasti di kira selalu pergi nggak jelas. Sebegitu burukkah Suamiku ini di mata mereka. Aku tak menjawabnya biarlah. Aku tetap fokus memasak saja.
"Huuu, di takoni sek lueh tua malah njideg wae" (Huu, di tanya sama yang lebih tua malah diam saja) ujarnya lagi.
"Neng koe ki mileh bojo kok sek kere. Koyo bojoku kae toh kerjo nang kantoran" (Kamu sih milih suami kok yang orang miskin begitu. Seperti suamiku itu lah, kerja di kantoran)
Ddddddeeeeegggggggg
Dia bilang aku yang milih, lantas apa dulu Mbak Dina ini nggak pernah tau. Apa dia memang benar benar lupa akan waktu itu.
🌹Flas back on🌹
Saat aku masih menjadi gadis aku bekerja di sebuah toko. Di dekat sini. Tepatnya di gang depan jalan raya.
Aku sama sekali belum ingin menikah. Aku ingin masih bersenang senang dulu. Saat itu aku ingin ke dapur, dan dengan tidak sengaja mendengar percakapan Ibu juga Mbak Dina.
"Buk, Dita kae ki wes metheng loh" (Bu, Dita itu sudah hamil loh)
Ddddeeegggggg
Tentu dong aku kaget, aku saja tidak pernah kemana mana. Apa lagi jalan dengan cowok saja belum pernah. Aku juga selalu di antar Ayah saat pergi ke toko. Untuk bekerja, kenapa Mbak Dina bisa bilang begitu padaku. Apa buktinya coba.
"Metheng karo sopo to Din. Wong Dita ki elek koyo ngono mosok ono sek nyenengi" (Hamil sama siapa sih Din. Orang Dita itu jelek kaya gitu masak ada yang menyukainya) jawab Ibu yang tak percaya.
"Karo wong kae Bu sek kere nang ndeso sebelah" (Sama orang itu Bu yang kere di desa sebelah) ujar Mbak Dina.
Perasaan aku nggak ada kenalan dengan orang yang desa sebelah. Kenapa Mbak Dina bisa bilang begitu kepadaku.
"Iku Buk, nek meh weruh fotone" (Itu Bu, kalau mau lihat fotonya) ujar Mbak Dina lagi dengan melihatkan foto yang Mbak Dina maksud. Sungguh aku menjadi penasaran dengan pria yang di maksud Mbak Dina. Kenapa bisa Mbak Dina bilang begitu. Terlihat Ibu seakan marah padaku.
"Ayo Bu, nek ra ngandel. Kita ke dukun" (Ayo Bu, kalau tidak percaya. Kita ke dukun).
Dddddeeeeeeeegggggg
Dukun ?. Apa memang semuanya telah di rencanakan dengan Mbak Dina. Jika pergi ke dukun pastinya dukunnya akan tau jika aku tidak melakukan apa pun.
Terlihat Ibu dan Mbak Dina ingin beranjak dari dapur. Aku pun segera beranjak menuju ke kamarku karna jarak dapur dengan kamarku dekat. Semoga saja Ibu dan Mbak Dina tidak melihatku.
"Syukurlah" ucapku lirih. Setelah melihat Ibu dan Mbak Dina pergi menjauh dari rumah ini.
Aku sangat kawatir, jika yang di bicarakan Mbak Dina itu benar. Pasti aku sudah akan habis oleh Ibu dengan Ayah. Aku hanya menangis dalam diam. Menunggu akan ada apa setelah Ibu dan Mbak Dina pulang.Deru mesin mobil terdengar. Aku yakin itu pasti Ibu juga Mbak Dina.
"Ditt ... Diiitaaa" teriak Ibu yang dengan suara keras.
"Enggeh Bu" (Iya Bu) jawabku dengan menghampiri mereka berdua. Dan tiba tiba ....
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Next ?
Jangan lupa like juga komennya semua 😊

หนังสือแสดงความคิดเห็น (93)

  • avatar
    RasyaRasya

    bagus

    08/07

      0
  • avatar
    RiAnd

    sangat bagus ak suka itu aku akan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐5

    27/06

      0
  • avatar
    Jenn Naa

    bagus

    15/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด