logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 3 (Selalu salah)

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Yang mengambil uangku ternyata Mbak Dina. Serasa ingin aku melawannya. Tapi kuurungkan aku nggak mau buat ke ributan nantinya.
"Mbak, balekke duwitku kui, meh kanggo tuku iwak pitik" (Mbak, kembaliin uangku itu, mau buat beli daging ayam) ujarku yang dengan mencoba meraih uang itu dari tangannya tapi tetap saja tidak bisa aku mengambilnya.
"Ora iso, iki wes duwitku" (Nggak bisa, ini sudah uangku) jawabnya membuatku geram dengan Mbak Dina ini.
"Balekke Mbak" (Kembalikan Mbak) ucapku memelas padanya.
"Iki Mbak Dit, iwake" (Ini Mbak Dit, dangingnya) ujar Mbak Salamah.
"Nggeh Mbak" (Iya Mbak) jawabku, terlihat Mbak Dina malah, pergi berlari menjauh. Aku pun binggung mau bagaimana membayarnya.
"Anu, Mbak ... " ucapku ku gantungkan karna memang binggung sekali.
"Wes rapopo, sante wae. Sadek gowo sek iki iwake" (Sudah nggak papa, santai saja. Di bawa saja ini dagingnya) jawabnya tersenyum lebar. Aku makin tak enak saja sama Mbak Salamah.
"Suwun yo Mbak, aku juk ra kepenak" (Terima kasih ya Mbak, aku jadi tidak enak hati) ucapku masih dengan rasa tak enak hati.
"Rapopo aku faham" (Ngak papa, aku faham) jawab Mbak Salamah. Aku pun hanya mengangguk juga langsung berjalan ke rumah. Untuk segera masak daging ayam ini. Walau hasil hutang dulu kepada Mbak Salamah.
Saat sampai di rumah, aku pun melihat ke kamar, ternyata anakku Maul masih belum bangun.
"Syukurlah" ucapku lirih. Aku segera menuju dapur untuk segera meracik racik bumbunya.
"Ngopo wae meng tuku iwak, suwene ra umum" (Ngapain saja cuma beli daging, lama banget) ujar Ibu yang dengan nada marah padaku.
"Anu Bu .... " ucapku yang belum selesai sudah di potong oleh ibuku.
"Halah, meng dolan wae koe ki. Ngrumpi toh mbek tonggo liane" (Halah, cuma main saja kamu itu. Gosip sama tetangga yang lain kan)
Dddddddddeeeeeeegggggggggggg
"Mboten Bu, kulo saestu tumbas iwak teng warung" (Tidak bu, saya jadi beli daging di warung) jawabku berkata dengan jujur.
"Halah kakean alesan koe ki, cepet ndang masak kono" (Halah, kebanyakan alasan kamu ki, cepat terus masak sana) ucap Ibuku dengan berjalan meninggalkanku.
Aku pun tak menjawabnya, sudah ku lapangkan dada ini. Ku meneruskan untuk memasak daging ini. Setelah semua di racik bumbunya, aku pun segera menumis. Bau harum sudah tercium dengan indra penciumanku. Membuat perutku semakin meronta ronta agar minta di isi.
Akhirnya semuanya telah matang, tiba tiba terdengar suara deru mesin mobil, mungkin Ayah sudah pulang dari luar kotanya. Gegas aku pun keluar rumah inggin menghampiri Ayah, karna rasa yang mengebu ngebu ini.
"Aaaayyyyaaaa ... " panggilku tak ku teruskan. Terlihat sudah ada Ibu juga Mbak Dina di depan. Ku urungkan niatku untuk menghampiri Ayah.
"Dita, nang ngendi buk" (Dita, di mana buk) terdengar Ayah sepertinya mencariku.
"Rasah pikirno Dita, anakmu kae gur males malesan wae" (Nggak usah di pikirkan Dita, anaknya kamu itu loh cuma malas malasan saja)
Ddddddddddeeeeeeeeeeegggggggg
Perkataan ibu itu sanggat membuatku sakit. Padahal aku yang mengerjakan semuanya. Dan rasa laparpun sekarang menjadi sudah kenyang. Ku putuskan untuk ke kamarku saja. Rasanya sudah sangat kenyang sakali. Padahal tadi rasanya lapar sekali. Entahlah, memang aku belum bisa membahagiakan mereka.
"Assalamualaiku Dek" ucap salam yang sangat bisa menyejukkan isi hatiku ini. Siapa lagi kalau bukan suamiku Yudi.
"Wa'alaikum salam Mas, sampun mulih Mas" (Wa'alaikum salam Mas, sudah pulang Mas) jawabku sambil menghapus air mata ini.
"Wis dek, kok nggak melu nok ruang tamu, Bapak wis bali loh" (Sudah dek, kanapa nggak ikut di ruang tamu. Bapak sudah pulang loh) ujarnya.
"Mboten Mas, Maul tes nenen soale" (Tidak Mas, Maul habis minum Asi soalnya) jawabku mengelak. Karna tidak mungkin jika aku jujur kepada suamiku.
"Mas, lesu Dek" (Mas, laper Dek) ujarnya dengan nyengir. Membuat aku ingin tertawa saja.
"Yo wis, sek yo Mas. Aku jipokke sek" (Ya sudah, bentar ya Mas. Aku ambilkan dulu) jawabku, dengan berjalan ke arah dapur.
Saat sampai di dapur, aku melihat Mbak Dina sedang duduk di meja makan. Aku pura pura tak melihatnya saja. Aku segera mengambil piring tiba tiba Mbak Dina berkata padaku.
"Meh ngopo koe Dit" (Mau apa kamu Dit) tanyanya.
"Meh jipok sego Mbak" (Mau ambil nasi Mbak) jawabku rada ketus.
"Akone sopo ?, ra oleh" (Siapa yang suruh? nggak boleh) ucapnya itu sambil mendorong tubuhku. Membuat piring yang ada di tanganku terjatuh.
Pppprrraaaannnnnnnnnngggggg
Suaranya menggema bahkan sampai ibu dan ayah menghampiri kami.
"Awhh, kui Buk. Dita mbalang aku gowo piring huhuhu" (Awhh, itu Buk. Dita melempar aku pake piring huhuhu) ucap Mbak Dina membuat mataku melotot.
"Mboten Buk ... " (Tidak Buk ) jawabku mengelak. Terlihat mata ibuku melotot padaku.
"Yo wis, di beresi kui Dit." (Ya sudah, di beresi itu Dit) ujar Ayah padaku. Aku pun hanya mengangguk.
"Kapok" (Rasain) ucap Mbak Dina.
Aku tak meladeni ucapan Mbak Dina itu. Karna memang masih ada Ibuku di sini. Gegas aku pun membereskan pecahan piring ini agar tidak ada yang terluka saat nanti berjalan ke arah dapur.
Aku dengan hati hati membereskannya. Tiba tiba ....
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Next ?
Jangan lupa like juga komennya yuk 😉💕yang baik hati kasih ulasannya juga ya 🙏

หนังสือแสดงความคิดเห็น (93)

  • avatar
    RasyaRasya

    bagus

    08/07

      0
  • avatar
    RiAnd

    sangat bagus ak suka itu aku akan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐5

    27/06

      0
  • avatar
    Jenn Naa

    bagus

    15/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด