logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Lamaran

"Lho..lho... Sin, kenapa kita ke rumah sakit? memangnya siapa yang sakit Sin?"
"Udah deh , diam saja kenapa sih Mas, katanya kamu mau ikut aku"
"Pak Agung, tolong bapak ikut masuk kedalam ya, buat jagain dia."
"Baik bu."
"Lho, kenapa aku pake di jaga segala Sin"
"Ya siapa tahu kamu kabur Mas , yuk masuk."
Disinilah aku, membawa Mas Bagas ke rumah sakit untuk memeriksakan kesuburannya.
Tadi pagi aku sudah membuat janji dengan dokternya.
"Selamat sore pak, saya kesini ingin melakukan tes kesuburan untuk lelaki ini." Kataku saat sudah di ruangan dokter.
"Eh..Sin, kamu apa-apaan sih. Kok aku pake di tes-tes segala, mau kembali ya kembali aja kali, nggak usah pake tes gini."
Ehbusyettt... Percaya diri banget dia.
"Lho, Mas. siapa yang mau kembali sama kamu, ih . Jijik.. Kamu harus melakukan tes ini, agar kita tau, sebenarnya siapa yang mandul di antara kita, terus juga nanti kalau kamu terbukti mandul, aku bisa menutup mulut ibumu yang suka nggak di filter itu. Heran aku, dulu aja dia sayang-sayang aku, tiba-tiba berubah kek monster gitu." Aku bergidik membayangkannya.
"Jangan ngatain Ibuku seperti itu sin. Dia itu mertua kamu, dia begitu juga karena sudah menginginkan punya cucu dari kita."
"Mantan mas, mantan mertua. lagian jadi ibu kok nyuruh anaknya nikah lagi tanpa ijin istri, kalau adikmu yang di gituin, mana terima dia. sudah masuk sana." ku dorong tubuhnya agar masuk ruang pemeriksaan.
"Enggak. Mas nggak mau sayang."
"Sayang-sayang pala lu peyang... Pak Agung, tuntun dia masuk pak."
Yang kusuruh langsung mengapit tangan Mas Bagas....
*****
"Kamu yang mandul mas, kamu bisa baca ini, sekarang kamu tunjukkan ini pada ibumu, dan suruh dia mencari tau ayah biologis dari anak yang selama ini kau hidupi itu.... Hahaha." ucapku padanya setelah hasil tes keluar tiga hari kemudian.
"M.ma.. Maafkan Mas Sin, selama ini mas yang salah. Ibu juga sudah salah menilai kamu. Tapi Mas mohon, kembalilah."
"Cihh... Ogah aku mah , punya suami udah tukang selingkuh, tukang korup, sekarang malah mand*l lagi."
"Sudah. Sekarang silahkan pergi dari sini." Usirku akhirnya.
*****
Disinilah aku kini duduk. Di cafe yang juga termasuk salah satu usaha baru ku, namun sudah sangat ramai pengunjung.
Duduk dengan status baru, Janda.
Sudah 3 bulan aku resmi bercerai dengan Mas Bagas.
Dan kalian tau, ternyata Mas Bagas kerja jadi pelayan di cafeku ini gaes.
Memang cafe ini aku percayakan pada Dewi untuk mengelolanya. Jadi aku tidak perlu terlalu mengurusnya.
Hanya sesekali saja aku datang mengontrol.
Dulu setelah perceraian di putuskan, Dewi menelfon, kalau ada laki-laki melamar kerja, dan itu Mas Bagas. Ya sudah, untuk sementara terima saja dia jadi pelayan.
Tapi selama aku beberapa kali bertandang kesini, aku belum pernah bertatap muka langsung dengannya. Karena aku sengaja langsung masuk ke ruanganku di dalam.
untuk kedepannya biar nanti ku fikirkan, yang penting jangan sampai dia tau kalau cafe ini milikku.
Kring...kring....
Papa.
'halo Pa.'
'Sin,kamu pulang sekarang ya. Dirumah banyak tamu.'
Degg...
'Tamu?' tanyaku penasaran.
'Tamu siapa Pa,?'
'Sudah, kamu pulang saja dulu.'
'Baik Pa'
Aku segera keluar ruangan dengan tergesa, hingga tanpa sengaja menabrak pelayan.
"Aduh, maaf bu, saya tidak senga...."
"Sinta...?"
"Mas "
"Sinta, kamu makin cantik saja. Aku rindu sama kamu Sin"
Well. Dia hampir saja memelukku. Namun aku segera mendorong tubuhnya pelan.
"Maaf, saya buru-buru."
Aku segera berlari menuju mobil.
"Pak, kita pulang segera, dirumah banyak tamu menunggu." ucapku pada Pak Agung.
"Baik Bu,"
Mobil pun bergerak.
*****
"Assalamu'alaikum".
"Wa'alaikumsalam." Semua yang ada di ruang tamu menjawab salamku serentak.
'Wah, banyak banget tamunya, kenapa pada rapih-rapih gitu ya, itu juga, buah tangannya kok kaya seserahan gitu, banyak banget.'batinku.
Aku bergegas menyalami satu persatu tamu perempuan yang ada. Tidak untuk yang laki-laki, karena bukan mahromku untuk bersentuhan.
Tunggu.....!!!!
Di ujung sana, itu kok.
Pak Arif..??????
Itu kan Pak Arif, kenapa dia ada di antara tamu-tamu ini.
"Sini nak, duduklah." Papa membuyarkan lamunanku.
"Begini Sinta, karena kamu juga sudah selesai masa iddahnya, Nak Arif beserta keluarga besarnya datang kesini untuk melamar kamu untuk jadi istri Arif. Bagaimana sayang?"
Degg.....
seketika aku menunduk, berat sekali rasanya mau mengucapkan sepatah kata untuk menjawab pertanyaan Papa.
Apa ini? Pak Arif melamarku? tapi kenapa?sejak kapan dia menyukaiku, bukankah selama ini sikapnya terlalu dingin bagaikan salju padaku? ah, ini pasti bercanda.
Tapi semua tamu ini?
Aku coba mencubit lengan kiriku, aww.. Sakit, ternyata ini bukan mimpi.
"A-aku, aku ikut bagaimana Papa saja, kalau menurut papa ini yang terbaik, Sinta nurut." Jawabku akhirnya.
"Ok. Karena Sinta sudah memberi jawaban seperti itu, maka setelah saya pertimbangkan dengan matang, kami menerima lamaran Nak Arif."
"Alhamdulillah...." terdengar semua tamu secara serentak mengucap hamdalah.
Aku melirik ke arah dimana Pak Arif duduk, dan kulihat dia... Manis sekali, senyum itu manis sekali..... Apakah dia bahagia ? Apakah dia benar mencintaiku?
Ah jangan mimpi Sinta, ingat kamu itu janda. Palingan juga dia mau karena di jodohkan.
Setelah acara lamaran selesai. Kini tinggal aku sama Mama dan Papa.
Mama memang orangnya pendiam, dia selalu nurut apa keputusan Papa selama itu baik untuk kami.
"Arif itu, anak sahabat Papa yang dulu akan papamu jodohkan sama kamu Nak. Tapi karena dulu dia masih menyelesaikan study nya dan kamu merengek terus agar kami merestuimu dengan Bagas, maka kami terpaksa membatalkan perjodohan ini. Tapi Allah punya rencana lain untukmu. Bahkan sekarang dia akan menyatukan kalian." Ucap mama dengan mata berkaca-kaca saking terharunya.
"Iya Sin, dia sudah jujur sama Papa, walaupun belum pernah bertemu langsung, tapi saat study dulu, dia membawa fotomu, katanya dengan melihat foto kamu, dia tambah semangat belajarnya. Namun saat itu takdir tidak memihak padanya, kamu malah memilih menikah dengan Bagas, laki-laki br*ngs*k itu." Papa terlihat geram mengingat perlakuan Mas Bagas.
"Tapi sekali lagi, semua sudah di atur Allah untuk menjadi jalan takdirmu."
Aku hanya mengangguk-ngangguk mendengar mereka berdua bercerita.
"Hingga kemarin pagi, Papa dikejutkan pengakuan Arif yang katanya masih berharap bisa bersatu denganmu, dia tidak peduli dengan statusmu. Atas permintaan Papanya juga, akhirnya dia memberanikan diri mengatakan niat baiknya pada Papa. Dan papa, tentu menyambutnya dengan baik." lanjut papa lagi.
Pak Arif mencintaiku dari dulu?????
Ah, masa iya.
Tapi kenapa dari awal kami bertemu sikapnya selelau dingin?
*****
Hari pernikahan sudah di tentukan. Persiapannya juga sudah 90% siap semua. Tinggal hari ini saja waktunya menyebarkan undangan.
3 hari lagi kami akan melangsungkan ijab qobul, dan resepsi sederhana dirumah Papa.
Rumahku yang dulu sudah aku jual. Aku tidak mau lagi ada kenangan yang tertinggal di hidupku saat bersama Mas Bagas.
Tiba-tiba ponselku berdering.
Mas Bagas.
Memang aku tidak pernah memblokir nomernya, selama dia tidak menerorku.
"Halo" sapaku setelah mengangkat telfonnya.
"Halo Sinta. Aku rindu, Bisakah kita bertemu sebentar saja? Sungguh aku ingin kembali padamu Sinta, aku masih sangat mencintaimu. Tolong beri aku kesempatan Sin."
"Kesempatan untuk apa Mas.?"
"Tentu saja untuk kita hidup bersama lagi, aku akan menjaga hatimu selamanya Sin, aku juga akan bekerja keras di perusahaan papa, dan kamu tinggal ongkang-ongkang kaki saja di rumah. Aku juga janji tidak akan pernah menghianatimu lagi Sin."
"Hahahaha..... Enak sekali bicaramu itu Mas, kamu yang dulu menghinaku mandul, sekarang mengemis cinta lagi padaku?cih... Sudahlah Mas jangan bermimpi kamu, apalagi untuk bekerja di kantor Papa."
"Sinta, kamu benar. Ternyata anak itu bukan anakku , melainkan anak sari dengan pacar yang meninggalkannya setelah menghamilinya...ah.. Bodohnya aku percaya begitu saja kepadanya, dan meninggalkan bidadari sepertimu. Ku mohon sinta, beri aku kesempatan." Katanya memelas.
"Telat Mas, penyesalanmu benar-benar terlambat."
"Ohya. Gini saja Mas, kalau kamu ingin bertemu aku, datanglah kerumah papa 3 hari lagi tepat pukul 12 siang, kita akan bertemu."
"Kamu mau kasih aku kesempatan Sin, baiklah. Aku pasti akan datang bersama ibuku. Kamu tunggu kedatanganku ya sayang."
Huekk... Ingin sekali aku muntah mendengar kata-katanya.
Tapi aku harus sabar menghadapi orang tidak tau diri seperti dia.
******
"Saya nikahkan dan kawinkan anak saya Sinta Syakila Gunawan binti Gunawan dengan mas kawin emas 30 gram dan uang tunai 50 juta di bayar tunai"
"Saya terima nikah dan kawinnya Sinta Syakila Gunawan binti Gunawan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." Dalam satu helaan nafas Pak Arif mengucapkan qobul, menjawab ijab yang di ucapkan oleh Papa.
"Bagaimana, saksi sah?"
"Sah.."
"Sah.."
"Alhamdulillah...."
Do'a pun di lantunkan...
Hingga sebuah tangan terulur di sampingku, ternyata tangan Pak Arif. Dan aku pun meraih tangan itu, lalu menciumnya ta'dzim. Dengan tangan gemetar tentunya.
Setelah itu, dia mencium keningku.
Jantungku berdebar sangat kencang, apalagi karena kami memang belum pernah bersentuhan kulit seperti ini, tiba-tiba aku harus di ciumnya.
Bertahanlah Sinta, jangan sampai pingsan disini. Malu-maluin.
Setelah itu, semua tamu undangan bergantian menyalamiku dan memberi selamat, lalu mereka semua di persilahkan mencicipi hidangan yang sudah di siapkan.
Disinilah aku, berdiri bersanding dengan Pak Arif, bapak direktur dingin yang tak pernah senyum. Dia sekarang suamiku.
Ada rasa aneh di hatiku,entah apa, tapi sepertinya aku bahagia. Seperti cinta pada pandangan pertama... Ups.
Iya. Sepertinya begitu.
Sesekali pandangannya beralih menatapku yang berdiri disampingnya, tentu sudah bukan wajah dingin lagi yang terpampang disana, tapi wajah dengan senyum yang , Aduhaii... ah . Tak bisa lah aku menggambarkannya... Hehehe.
Saat kami sedang sibuk menyalami tamu yang memberi selamat, dan sedikit curi-curi pandang dengan suami baruku ini, tiba-tiba terdengar ada keributan diluar rumah.
Teriakan yang sudah tidak asing lagi bagiku.
"Apa- apaan ini Sinta,?????"
Mas Bagas, dia datang.
****

หนังสือแสดงความคิดเห็น (238)

  • avatar
    Dhe Rumengan

    ceritanya bagus moga aja endingnya juga ..paling tidak ada pesan moral yg terkandung didalam ceritanya yg bermanfaat bagi pembaca..semangat ya thor..

    09/01/2022

      0
  • avatar
    NainggolanTiara

    bagus

    8d

      0
  • avatar
    OdikShodiq

    okey

    10d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด