logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 2 Kerja Sama

"Iya-iya, Mbak Dinar. Tahan sebentar, aku lagi di jalan. Satu kilometer lagi sampai. Tunggu, oke!"
Dengan kecepatan penuh, Nesha menembus jalanan. Suara Dinar sangat berisik di telinga, hampir saja menghilangkan fokusnya. "Tunggu sebentar! Suruh Bu Mayang tunggu dulu, Mbak. Aku sebentar lagi sampai." Dia mematikan ear piece, mencopotnya dari telinga.
Jika tidak segera sampai di toko kue, bisa jadi kesempatan baru pasti melayang dari genggaman. Jangan sampai hal itu terjadi!
Terburu-buru dia memarkirkan mobil, keluar dengan kaki tanpa alas. Sambil terpincang-pincang, Nesha membanting pintu mobil dengan kencang dan segera masuk ke dalam toko kue miliknya. Bukan hanya pakaian yang super ribet, teriknya matahari juga mendominasi diri karena terlambat untuk datang bertemu pelanggan.
"Mbak Dinar!" Nesha menyelinap dulu ke dapur, tempat di mana para chef andalannya kini tengah bekerja.
Mereka langsung menghentikan aktivitasnya, menoleh pada Nesha di ambang pintu yang terlihat cantik, namun ... berantakan. Salah satu pegawai yang selalu cerewet minta ampun, membuat badannya lelah dan panik secara bersamaan, kini mendekat dengan raut kaget yang begitu kentara.
"Kamu kenapa? Itu kaki kenapa berdarah begitu? Terus sepatu kamu mana? Kenapa nyeker?"
"Ah, pokoknya kalau diceritain panjang. Nanti aja!" Nesha sudah kalang kabut, tidak akan sempat menjelaskannya sekarang. Yang diperlukan saat ini hanya minum untuk meredakan rasa haus akibat keterburu-buruan yang dilakukannya. "Minta air, dong!"
Dinar mendekat, memberikan segelas air putih masih terlihat bingung dengan keadaan Nesha yang seperti itu. "Bu Mayang udah nungguin di ruangan kamu."
Itulah masalah yang sebenarnya. Nesha meneguk habis air yang Dinar berikan dan menyerahkan kembali gelas kosong pada pemberinya tadi. Dia segera berlari ke toilet, mengambil tisu untuk mengelap lukanya yang ternyata memang mengeluarkan darah dan sedikit kotor. Nesha meringis karena perih. Tidak peduli bagaimana rasa perihnya saat ini, dia harus segera pergi ke ruangannya untuk menemui bu Mayang.
Berbenah raut wajah dan menetralkan debar jantung serta napas yang tidak beraturan. Nesha menunduk melihat kakinya yang tidak mengenakan apa pun, dia meringis. Masa harus menemui bu Mayang dengan keadaan seperti itu. Dia harus meminjam sandal atau apa pun yang bisa dijadikan sebagai alas kaki. Setidaknya terlihat sopan sedikit.
"Aku nemuin bu Mayang dulu." Dia berlalu pergi, setelah menemukan alas kaki di pojokan dapur.
Selama berjalan menuju ruangannya, Nesha merasa waktu berputar terlalu cepat. Dia kesusahan mengatur napas dan berusaha untuk menormalkan kekacauan yang tengah dialaminya saat ini. Yang akan dihadapinya nanti adalah orang penting yang sudah bertahun-tahun menjadi pelanggan setia di toko kue miliknya. Nesha harus melakukan pelayan dengan baik, tidak terkecuali saat bu Mayang menginginkan pertemuan dengannya. Itu pasti kesempatan yang bagus. Manusia kaya seperti bu Mayang tidak mungkin bertemu dengan sembarang orang, jika tidak ada hal penting yang akan dibahasnya. Sudah tentu akan menjadi keuntungan baik untuk perkembangan Kaneish Torta.
Tarik napas ... embuskan. Nesha menarik sudut bibir untuk membentuk senyuman dan segera membuka pintu ruangannya dengan perlahan. "Halo, Selamat siang, Bu Mayang."
Berhasil! Nesha berhasil menguasai dirinya dan sekarang berjalan anggun, masuk ke dalam ruangan yang sudah terdapat ibu paruh baya tengah menunggunya, duduk di sofa. "Maaf, saya ada keperluan di luar tadi."
Ibu paruh baya itu membuka mata dengan lumayan lebar, sebelum dia tersenyum nampak heran. Nesha merasa, gugup kembali menyerang dirinya, saat tatapan bu Mayang menelusuri penampilannya dari atas sampai bawah. Itu cukup tidak mengenakan baginya. Tapi dia harus berusaha terlihat tenang dan berwibawa sebagai pemilik Kaneish Torta.
Sanggul cantik disertai kepangan dan mutiara menghiasi kepala, memakai gaun indah berwarna baby blue dan juga membawa tas tangan berwarna senada dengan baju. Tatapan bu Mayang terus beralih sampai ke bawah dan matanya semakin membulat tidak percaya. Terdapat luka di lututnya dan di balik penampilan anggunnya, kenapa Nesha malah menggunakan alas kaki yang ... sendal jepit?
Oke, Nesha tahu itu tidak elegan. Sama sekali tidak stylelist. Tapi, mau dikata apa lagi, jika tidak menemukan alas kaki yang cocok untuk pakaiannya saat ini. Dia menemukan sendal jepit itu di pojok dapur, sedangkan sepatu heels mahalnya masih tertinggal di dalam mobil. Setidaknya Nesha masih mengenakan alas kaki, tidak nyeker seperti ayam kehilangan induknya.
Nesha berdehem pelan, menetralkan gugup yang kembali mengguncang. Dia tersenyum canggung, menghampiri bu Mayang dan duduk di sampingnya sambil meletakkan tas tangan di atas meja. "Bagaimana kabarnya bu Mayang? Terakhir kali kita ketemu, itu sudah lama sekali, ya." Dia terkekeh pelan.
Bodoh!
Bukan-bukan, bukan bu Mayang yang bodoh, tapi dirinya.
Bu Mayang malah tersenyum aneh mendengarnya terkekeh pelan. Nesha pasti terlihat sekali canggungnya, berusaha untuk mengembalikan kepercayadirian yang hilang hanya karena sebuah sendal jepit.
"Kabar saya baik, Mbak Nesha. Mbak Nesha sendiri?"
"Saya baik juga." Nesha terkekeh lagi, malah terlihat semakin konyol. "Ehem!" Oke, mari perbaiki atittude-nya. Dia tersenyum lagi, duduk sedikit menyerong untuk bisa berhadapan langsung dengan bu Mayang. "Ada yang bisa saya bantu, Bu?"
Pertanyaan apa pula yang dia ajukan? Argh, jika diburu-buru pasti kalang kabut tidak jelas dan berakhir seperti alien lepas dari planet Mars. Aneh!
"Saya langsung saja ya, Mbak Nesha." Bu Mayang tersenyum biasa kali ini. "Saya mau menjadi pelanggan setia di Kaneish Torta."
Nesha termangu sejenak. Apa sebelumnya bu Mayang tidak merasa menjadi pelanggan setia? Nesha masih mendengarkan dengan baik, meskipun terlihat sangat kikuk dan tidak mengerti.
"Saya ingin mempercayakan Kaneish Torta untuk menjadi pendukung di setiap acara saya."
Tunggu! "Pendukung ...?"
"Saya akan mengadakan banyak acara untuk beberapa saat ke depan. Entah itu acara saya dengan rekan sesama teman atau acara-acara keluarga lainnya. Saya sudah tahu bagaimana enaknya semua produk di Kaneish Torta dan saya suka setiap menunya. Apa Mbak Nesha bersedia menjadi pendukung di setiap acara yang saya buat?"
Nesha tercengang dengan mulut menganga lebar. Dia segera menutup mulut ketika sebuah lalat lewat di depan bibirnya hendak masuk. Menjadi pendukung langganan untuk bu Mayang di setiap acaranya? Butuh kesadaran penuh untuk Nesha meresapi ucapan bu Mayang barusan. Kaneish Torta akan dipercaya menjadi toko kue langganan yang akan digunakan bu Mayang untuk kudapan acaranya. Betapa berharganya kesempatan itu.
"Oke, saya setuju, Bu!"
Tidak baik menyia-nyiakan kesempatan emas. Nesha tidak akan banyak berpikir panjang, apalagi merenungkannya. Dia tidak akan rugi, melainkan untung besar karena dipercaya menjadi pendukung keluarga besar seperti bu Mayang. Beliau terkenal sebagai sosialita yang banyak berkecimpung di dunia glamour nan bertabur harta. Sudah tentu akan banyak acara yang dia gelar. Entah itu arisan sesama kalangan atas, atau bahkan acara keluarga yang pastinya sangat mewah. Akan menjadi pencapaian terbesar, jika bu Mayang meresmikan kerja sama dengan Kaneish Torta, bukan?
"Baik, kalau begitu ini jadwal untuk beberapa acara yang akan saya adakan untuk dua minggu ke depan. Mbak Nesha saya percayakan untuk menyediakan kudapan dan suguhan para tamu nanti. Saya tahu kualitas semua menu di Kaneish Torta. Setiap Dessert dan Pastry-nya sangat menggugah selera. Saya gak akan menyesal kalau mempercayakan acara saya pada Mbak Nesha, kan?"
Senyuman mengembang cerah di wajah Nesha sambil menerima selembar kertas dari bu Mayang. "Terima kasih, karena telah mempercayakannya pada kami, Bu. Saya janji akan melakukan yang terbaik."
"Iya, saya percaya. Nanti kalau ada pilihan menu atau jenis yang saya inginkan, saya akan hubungi Mbak Nesha."
"Iya, Bu, siap!"
Hati Nesha berbunga-bunga. Pengorbanan kehilangan sedikit darah dan terdapat beberapa goresan di kulit, tidak seberarti apa pun ketimbang kerja sama yang menguntungkan. Dia berdiri dan bersalaman dengan bu Mayang, tanda kerja sama akan segera dimulai. Dan Kaneish Torta sebentar lagi akan mendapatkan keuntungan besar.
***
"Gimana?"
"Apanya?" Nesha menoleh sebentar pada Edgar, mengambil tisu dari atas meja dan juga kapas yang sudah dibasahi oleh obat antiseptik. Dia meringis ketika menyentuh lukanya dengan kapas. Terasa sangat perih.
"Tadi bu Mayang mau ngapain ketemu Mbak?" Edgar membuka plester, memberikannya pada Nesha yang langsung menempelkannya di bagian lutut yang terluka.
"Kita dapat langganan acara-acara pentingnya bu Mayang. Jadi, nanti kita yang handle kudapannya. Kerja sama. Bu Mayang mempercayakan acaranya sama kita."
"Serius?" Edgar juga tak kalah senang mendengarnya. "Kita bakalan dapat banyak pesanan lagi, dong?"
Nesha mengangguk pelan, lukanya sudah selesai diobati. Dia menyerahkan kotak obat pada Edgar untuk disimpan kembali, karena tadi laki-laki itu juga yang membawanya.
Mereka menoleh berbarengan pada ponsel yang berdering di atas meja. Itu milik Nesha yang keluar sedikit, menampakkan diri dari dalam tas tangan mewah miliknya. Seketika Nesha mendengus melihat siapa yang menelepon. Dia tidak ingin mengangkatnya, tapi tidak bisa menolak. Maka, pilihan terbaik hanya menerima.
"Halo, Pa?"
"Kamu di mana? Kenapa malah pergi saat acaranya aja belum selesai, Nesha? Kamu tahu, Morgan mengadu sama papa, katanya bla, bla, bla ...."
Nesha menjauhkan ponsel dari telinga, jengah mendengarnya. Dia tahu, laki-laki itu pasti mengadu pada Raharja, karena Nesha yang kabur dari acara grand opening restorannya beberapa saat yang lalu. Nesha melakukan itu juga terpaksa-tapi menginginkan kabur jauh lebih akan dia lakukan, ketimbang menikmati rangkaian acara. Untung saja Dinar menghubunginya dan mengharuskan Nesha pergi dengan cepat, sehingga tidak perlu berlama-lama berada di acara yang tidak diinginkannya.
Nesha sudah bisa menduga jika kemarahan Raharja akan dia dapatkan. Ayahnya selalu saja memaksa mendekatkan Nesha dengan laki-laki pilihannya. Padahal Nesha tidak mau.
"Pa, udah, ya. Aku capek, lho. Papa gak capek ngomel terus? Lagian papa cuma minta aku untuk datang ke acara itu. Aku udah lakuin semua-"
"Pulang ke rumah! Papa mau bicara!"
Tut!
Nesha terkulai lemas memperhatikan Edgar yang meringis, terlihat iba dengan nasibnya. Alamat mendapat karma buruk, jika Raharja sudah menyuruhnya untuk pulang ke rumah.
Tuhan ... semoga dia selamat dari amukan ayahnya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (241)

  • avatar
    Anisa Galeri

    makin penasaran, qira semangat cari bundanya,jangan lupa cariin ke ayah yang cantik dan pintar juga baik... seruu ceritanya

    30/12/2021

      0
  • avatar
    Genduk Wahyuningsih

    Ceritanya bagus banget

    6d

      0
  • avatar
    Dayat Widayat

    lanjut sudah gak sabar kak

    7d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด