logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

RENCANA XABIRU

Tadinya Xabiru berniat untuk makan siang bersama dengan Nara, bukan malah berakhir menjadi nyamuk di antara mereka.
Nara dan Andre sibuk berbincang dengan senang, sementara Biru menyantap makanannya dengan kesal.
Dia mengumpat dalam hati, kenapa juga sih pria ini berada di sini. Mengganggu suasana saja!
“Ternyata kamu suka seafood ya?” tanya Andre, sambil terus menatap Nara yang menyantap makanannya.
“Lumayan,” jawab wanita itu dengan senyum kecil.
Sementara Biru sedang menatap keduanya dengan jengkel, perbincangan yang sangat manis. Bahkan sampai melupakan jika ada orang lain di sekitar mereka.
“Boleh aku coba?” Andre menatap makanan Nara, memang terlihat sangat lezat. Ingin sekali da mencoba sedikit saja.
“Silahkan Pak, ambil saja.” Dia tersenyum, sambil menyodorkan udang goreng tepung yang cukup besar-besar dan itu hanya sisa satu.
Andre tersenyum senang, lalu dia mengarahkan garpunya untuk mengambil udang itu, “saya jarang-jarang sih makan seafood. Bisa di bilang tidak pernah.”
Baru saja dia ingin menancapkan garpu, ternyata Biru sudah terlebih dahulu melakukannya. Dia dan Nara tercengang sambil menatap ke arah pria itu.
“Pak Smith?” tanya Nara yang tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Sementara Andre hanya kebingungan menatap sepupunya itu.
“Kau alergi seafood. Jadi gak usah.” Dia mengunyahnya dengan cepat, mengabaikan tatapan aneh yang diberikan oleh keduanya.
“Pak Andre alergi seafood?” tanya Nara yang terlihat keheranan, kenapa tiba-tiba Andre ingin makan seafood jika ternyata dia sendiri alergi.
Pria itu tersenyum kecil, sambil meletakkan garpunya di atas piring dan menatap Biru yang ternyata memberikan tatapan jengkel padanya.
“Iya,” jawabnya dengan simpul.
“Terus kenapa minta tadi?”
“Saya cuma mau cicipin dikit aja.” Andre kembali terkekeh, tepat setelah dia mendapati tatapan datar dari Nara.
“Ck. Bilang aja mau cari perhatian,” sungut Biru yang masih mengunyah udang dengan mulut penuhnya, bahkan dia benar-benar tidak diperhatikan oleh Nara lagi yang sudah sibuk dengan Andre.
Dia persis seperti nyamuk yang menemani dua sejoli sedang berkencan.
“Oh iya Nay, nanti malam jadikan? Aku jemput kamu ya.”
Xabiru yang duduk dihadapan mereka, mendadak kebingungan mendengar percakapan dua orang dihadapannya ini.
Apa mereka ingin pergi berkencan nanti? Oh, jangan sampai. Jangan sampai itu terjadi. Dia akan benar-benar membuat Nara sibuk malam ini.
“Saya sudah selesai.” Biru meneguk air minumnya, lalu merogoh dompet dari dalam saku celana bahan berwarna hitam itu.
Sontak ucapannya itu mendapat respon dari Nara dan juga Andre. Mereka menatap Xabiru yang terlihat berbeda kali ini. Ekspresi pria itu tidak seperti biasanya. Dia terlihat seperti orang yang sedang cemburu, tapi sialnya Nara dan Andre sama sekalu tidak menyadari hal itu.
“Bi, biar aku aja yang bayar.” Kata Andre ketika menyadari Xabiru sedang mengeluarkan kartu dari dalam dompetnya.
Tapi pria itu tidak memberikan jawaban apapun, dia hanya mengangkat tangan untuk memanggil pelayan. Tapi tatapan datarnya terus tertuju pada Nara, sampai wanita itu kebingungan sendiri.
‘Dia kenapa sih!’ gumamnya dalam hati, tapi Nara mencoba untuk mengabaikannya.
“Iya Tuan.” Seorang pelayan datang dengan nampan di tangannya. Biru sama sekali tidak menatap ke arah pelayan itu, pandangan terus mengarah pada Nara.
Dia menyodorkan kartu kredit ke arah waiters, dan setelah paham pelayan itu segera menerimanya untuk melakukan pembayaran.
Setelah menyelesaikan pembayaran, pria itu segera pergi dari sana. Bahkan tidak mengatakan kata permisi sedikitpun. Entahlah, dia benar-benar tidak suka melihat kedekatan antara Nara dan juga Andre.
“Biru kenapa?” tanya Andre yang tampak kebingungan, dia menatap punggung Biru yang sudah menghilang di balik pintu keluar resatauran.
“Gak tahu Pak. Tadi baik-baik aja,” jawab Nara yang sudah terlihat acuh. Dia bahkan seperti tidak peduli pada pria itu.
Biru tiba di dalam ruangannya, kali ini dia bahkan sudah tidak mood untuk melanjutkan pekerjaannya lagi. Pikirannya selalu mengarah pada Nara. Sejak Chris mengatakan jika Naralah wanita yang sudah dia rusak beberapa tahun lalu.
Ingin sekali rasanya Biru mengatakan yang sebenarnya, meminta maaf untuk semua kesalahan yang sudah dia lakukan. Tapi, apakah dia akan memaafkan Biru? Dia takut, jika sampai Nara tahu tentang dirinya.
Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar, dia benar-benar bingung sekarang. Sekarang, dia baru sadar jika dirinya menyuakai Nara. Semua sikap acuh dan menyebalkannya selama ini, hanyalah sebagai alasan untuk menyembunyikan perasaannya.
Dan sialnya, perasaan itu semakin kuat setelah dia tahu jika Naralah wanita itu.
Xabiru mendesah panjang, dia sedang berusaha untuk memikirkan cara, bagaimana agar Nara tidak pergi berkencan dengan Andre. Jujur, dia tidak ikhlas sama sekali. Rasanya sangat menyebalkan saat tahu mereka akan berkencan nanti malam.
Jarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja, sedang memikirkan bagaimana cara untuk menggagalkan kencan mereka.
Pandangannya tertuju pada tumpukan file yang ada di lemari buku. Seketika pria itu mendapat sebuah ide, dia tersenyum senang lalu segera meraih telepon yang berada di samping laptopnya.
“Ke ruangan saya sekarang,” ucap pria itu lalu dia segera menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban dari orang di seberang sana.
Biru tersenyum senang, kali ini dia yakin, rencananya tidak akan gagal.
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (313)

  • avatar
    Imagirl

    good novel, dah gak bisa berword" lagi saya. 👍🤩

    04/04/2022

      0
  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    06/08

      0
  • avatar
    PutriAnisa

    alur nya bagus tidak membosan kan

    19/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด