logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

PART 09

Author POV
Tak terasa sudah 4 bulan lebih Iyus tinggal di rumah eyang Harnoto. Kakek dari Adinda puteri yang selama ini telah mampu membuatnya seperti seseorang yang hilang harga diri dan membuatnya menjadi orang yang lebih banyak linglung. Ada saja hal yang dia menjadi sering kelupaan. Entah saat dia naruh barang atau yang lainnya. Semua gara-gara sikap jutek dan galaknya gadis yang bernama Adinda itu.
Meski eyang Harno, begitu panggilan Iyus terhadapnya nampak begitu sumringah dengan kehadiran gadis itu yang membuatnya tak lagi merasa kesepian, namun disisi lain sosok gadis yang telah begitu dekat dan manja sama eyang Harno selama ini, begitu tak suka dengan keberadaannya. Dan selalu saja ada kejadian yang memecah tangisnya Iyus. Sepertinya dia sengaja, untuk membuat gadis itu tak betah tinggal disitu.
Apalagi Iyus yang pinter masak dan selalu rutin membuatkan eyang secangkir kopi panas disetiap pagi hari dan sore hari sepulang kerja. Itu semua semakin memicu rasa tak sukanya Adinda pada sosok Iyus. Menurutnya, gadis yang dijuluki si culun itu terlalu cari muka. Biar Eyang kakungnya beralih perhatian. Gimana enggak?? Dia begitu sangat rajin dan penuh perhatian pada Eyangnya.
Belum lagi di setiap pulang kerja, gadis itu selalu membawa buah tangan untuk Eyang kakungnya dan masih menyempatkan diri juga memasak dan bersih-bersih rumah. Merawat bunga-bunga dan tanaman hias didepan rumah setiap libur kerja.
Benar-benar rajin sampai Eyang Harno menyebutnya calon istri idaman. ( Kalau saja cucu perempuannya dengar, bakalan terjadi mulut ). Bahkan terbersit di pikiran laki-laki baya itu jika mungkin nanti saat cucu laki-lakinya Ardian pulang, bisa diperkenalkan dengan gadis ayu itu. 😊
" Sudah cantik pinter masak rajin beberes rumah penyayang tanaman pula.. pasti ayah sama ibu kamu bangga melihat kamu Iyus.." Begitu selalu puji eyang Harnoto pada gadis itu yang hanya dibalas dengan senyum simpulnya yang super manis jika Adinda mau jujur mengakuinya.
 Iyus gadis sederhana yang tak pernah neko-neko. Gadis rumahan yang selalu menjaga diri dari pergaulan yang tidak-tidak. Gadis yang memiliki kecantikan fisik. Meski menurut Adinda dia culun dan dusun, toh Adindapun masih mengakui kalau sebenarnya Iyus cantik. Cantik alami tanpa polesan make up dan sejenisnya.
Yahh dan memang seperti itu kenyataannya.
 Sejak ada Iyus rumah  Eyang Harnoto jadi sangat bersih dan wangi. Dan itu cukup membuat eyang Harno semakin menyayangi Iyus seperti cucunya sendiri. Terlebih hidup Iyus yang sedari kecil sudah tak pernah tahu sosok kedua orangtuanya.
Mereka meninggal dalam kecelakaan ketika hendak menghadiri pernikahan saudara. Jadi sedari kecil dia dan kakaknya Widhi dirawat oleh kakek neneknya. Untung orangtua mereka meninggalkan kebun dan sawah yang cukup luas yang bisa diandalkan untuk kebutuhan mereka sehari-hari juga untuk pendidikan mereka sampai bisa menempuh ke jenjang perguruan tinggi.
Yang pasti Iyus sangat berbeda dengan Adinda yang lebih suka keluyuran, main hape atau tidur untuk mengisi waktu senggangnya dikala libur kerja.
" Iyus.."
" Iya eyang.."
Iyus yang lagi asik menyiram tanaman di halaman rumah bergegas menghampiri laki-laki yang telah mulai uzur itu yang terlihat rapi dan wangi tak seperti sehari-harinya.
 " Tumben eyang Harno rapi banget. Pakai jas segala dan wangii.. Eyang mau kemana ?"
Bertanya Iyus heran dan penasaran begitu dia tiba dihadapannya.
Lelaki tua itu senyum.
" Eyang mau pergi ketempat saudara di Jogja Iyus, sama bundanya Adinda.."
     Iyus manggut-manggut, sedikit membuka mulutnya membentuk huruf O .
" Terus eyang Harno sama tante Asih naik apa kesananya ?
" Emm... Kak Dinda juga ikut..,?" Agak tertekan suara Iyus ketika bertanya tentang Adinda. Eyang kakung menggeleng. Sembari merapikan rambutnya yang sudah ditumbuhi uban disana sini memakai sisir.
" Naik travel. Adinda ndak mau diajak kesana. Katanya mau ada acara sama teman.. Dia selalu begitu, teman-temannya yang dia dahulukan. "
" Ndak apa-apa yah Iyus sendirian di rumah? Nanti biar eyang kung suruh Dinda nemeni kamu disini selama eyang pergi."
" Iya eyang terimakasih. Tapi sepertinya Iyus akan baik-baik aja eyang, meski enggak ada teman. Iyus kan udah terbiasa jagain rumah juga kalau kakek sama nenek Iyus pergi karena mas Wid juga enggak dirumah. Enggak usah aja eyang, takut kalau kak Dindanya sibuk."
Sahut Iyus buru-buru.
 Dalam hati dia sangat menolak ide eyang Harnoto. Tak terpikirkan sedikitpun untuk sudi bertemu muka, apalagi sampai berjam-jam..
' Bisa-bisa aku seperti pesakitan yang gelisah menunggu ketok palu Hakim..'
" Daripada ditemani sama dia mendingan ngomong sendirian sama tembok. " Bergumamnya lirih tak jelas.
Tak lama setelahnya eyang Harnoto berpamitan pergi dan sebelum beliau benar-benar keluar dan meninggalkan rumah, Iyus sempetin cium tangannya, sebelum lelaki itu melangkahkan kakinya meninggalkan halaman rumah.
" Hati-hati eyang.. salam buat tante Asih.." " Iyaa.. nanti eyang sampaikan.." Dan laki-laki itupun benar-benar keluar rumah dan melangkah pergi meninggalkannya yang mengantarkan kepergian eyang Harno sampai pintu depan..
Sepasang matanya mengawasi kepergian eyang kakung sampai sosoknya menghilang dari hadapannya, barulah gadis itu kembali meneruskan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda.
Dipagi hari itu cuaca cukup cerah. Matahari yang memancarkan sinar terangnya, cukup memberi hangat pada setiap tubuh yang merasakanya. Iyus masih menyibukkan diri dengan melap semua perkakas yang ada dirumah. Mulai dari hiasan-hiasan yang ada diruang tamu hingga ruang tengah dan dapur semua dia bersihkan tanpa terkecuali. Sambil bersenandung kecil, gadis itu nampak asik sekali dengan aktifitasnya. Tanpa ada rasa lelah. Nampak butir-butir peluh yang sedikit membasahi wajahnya dan meleleh diantara pelipisnya. Begitu natural cantiknya. Tak ada hal yang mengasikkan selain menenggelamkan diri dengan kesibukan dirumah. Menata ulang setiap ruanganya dan menghilangkan debu-debu, lalu menebarkan aroma segar buah-buahan agar otak menjadi fresh dan lebih tenang. Setelah kegiatan itu selesai, lanjut untuk memasak didapur. Semua itu sangat Iyus nikmati dan menjadi bagian yang paling dia sukai. Mendapati rumah dalam kondisi yang bersih dan rapi, siapapun pasti suka. Dan yang paling penting setiap tamu yang datang akan betah. Lalu.., mungkin Adinda akan memuji pekerjaannya. Minimal kasih dia satu senyuman untuk pengobat lelahnya.
Misal saja tau-tau Adinda muncul disini dan langsung berkata :
" Waahh harum sekali ruangannyaa.. Bersih dan rapi.. kamu pinter sekali Iyus,, merubah rumah kuno yang ditempati eyang jadi lebih enak dipandang. Bikin betah."
Membayangkan itu, Iyus senyum-senyum sendiri. Senyum yang lebih menggambarkan jika semua itu enggak mungkin. Hanya angan dan hanyalah mimpi disiang bolong.  Sebuah perasaan tak yakin samasekali jika itu beneran terjadi. Mungkin dunia berhenti berputar sepersekian detik.!

หนังสือแสดงความคิดเห็น (431)

  • avatar
    TaneA.a

    bagus terus berkarya ya kak

    24/05/2022

      0
  • avatar
    JuliasariKenaya

    bgss bngttt

    04/08

      0
  • avatar
    MuhammadMuhammad isayama

    cerita nya sangat menarik

    21/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด