logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

7. CHAPTER 07

Happy Reading
Sejak masalah di kantor, Levin semakin menunjukkan sikap posesifnya kepada Nami. Bahkan ketika Nami hanya tidak sengaja bertegur sapa dengan OB, Levin memanggilnya cepat.
“Nami!” Nami segera menoleh. Sontak OB itu juga langsung mengacir pergi setelah melempar canggung kepada atasannya itu.
Nami menghampiri Levin dengan kopi buatannya. Ia tersenyum cerah tanpa peduli wajah marah Levin.
“Aku baru saja akan membawakannya ke ruang, Bapak,” ujarnya. Dia menatap kopi buatannya.
“Ck, cepat,” ujar LEvin dan berjalan duluan. Nami mengekori dari belakang. Beberapa kali Nami mendengar gerutuan tidak jelas Bosnya.
Sampai di ruangan Nami meletakkan kopi buatannya. Tak peduli dengan netra hitam yang tak lepas memandangnya. Baginya asal kopi buatannya sudah mendarat dengan mulus di atas meja.
“Silakan diminum, Pak,” ujarnya.
Baru saja Levin ingin membuka suara. Akan tetapi, ketikan pintu dan muncul sekretarisnya.
“Maaf, Pak. Di luar ada Pak Jimin ingin bertemu dengan Anda,” ujarnya. Levin mengangguk mengizinkannya masuk.
Jimin masuk dan tersenyum saat melihat Nami. Benar ternyata gadis itu OG di kantor Levin. Ia tak habis pikir karena bisa ikut di rapat penting. Mungkinkah ada something.
“Silakan duduk, Pak.” Jimin duduk bersama Levin. Atmosfer di ruangan langsung terasa berbeda. Akan tetapi, Nami terlalu lugu untuk menyadari semua.
“Saya akan membuatkan minum dulu. Mau minum apa, Pak?” tanya Nami kepada Jimin.
“Say—“
“Minta OG kemari membawa minuman. Kerjakan tugas kamu saja di kamar, Nami,” ujar Levin sengaja membuat Jimin menyerit dengan arti kamar.
“Apaan ini?” batin Jimin.
“Baiklah, tugasku di kamar,” ujar Nami membuat ucapan Levin yang ambigu semakin ambigu. Ia keluar memanggil OG untuk membuatkan Jimin minum.
Sepergian Nami, Jimin langsung to the point pembahasannya bersama Levin. Kedua pria itu seolah tak semangat untuk bekerja sama, tetapi mereka saling membutuhkan.
“Apakah saya menganggu?” Datang Yoongi membawa beberapa berkas.
“Tidak. Kehadiranmu sangat dibutuhkan,” ujar Levin membuat Jimin menahan dengusannya.
***
Nami POV
Aku membersihkan kamar dalam ruangan Pak Levin. Di dalam sini, ada lemar besar dan beberapa baju kantoran Pak Levin. Mungkin dia biasa menginap di kantor.
Astaga, pria itu sangat penggila kerja. Setelah membereskannya aku hendak keluar, tetapi pintu terbuka. Wajah lelah Pak Levin membuatku menjadi kasihan.
“Nami, sebaiknya kamu istirahat juga,” ujarnya. Aku melihat ia berbaring di kasur. Sekian lama kau diam, dia menepuk sisi kasurnya.
“Kemarilah,” ujarnya. Aku mendekat. Mencoba mengisi ruang yang kosong di dekatnya. Saat tubuhku mendarat, dia memelukku. Kenapa perlakuan Pak Levin tiba-tiba manis?
“Berhenti menggunakan otak kecilmu untuk berpikir,” ujarnya. Aku memberengut tidak suka.
“Otakku juga besar,” ujarku kesal.
“Emm ....” Dia mengusap kepalaku dengan pola membulat. “Kepalamu sangat kecil, otakmu juga kecil,” ujarnya memperjelas ucapannya.
“Otakku kecil tapi akalku besar,” ujarku. Dia tertawa pelan membuatku ikut tertawa.
“Kamu hanya gadis kecil yang polos, Nami,” ujarnya semakin memelukku erat. Aku membalas pelukannya. Biarlah kami begini, nanti kami begitu.
***
Nami tidur pulas di dalam dekapan Levin. Bahkan saat Levin menyentuh sisi wajahnya. Dia masih saja terlelap tanpa merasa terganggu sama sekali.
Bulu mata lentik, hidung pesek, dan bibir mugilnya membuat Levin begitu gemas. Ia ingin memeluk Nami sampai gadis itu susah bernapas.
“Kamu begitu cantik,” lirih Levin serak.
“Enghhhhhh.” Nami melenguh dengan keras. Ia melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku. Matanya terbuka pelan.
“Pak Levin,” ujarnya. Matanya mengerjap lucu. Dia menatap Levin dengan pandangan sayunya.
“Aku lapar,” ujarnya tanpa sungkan. Sepertinya diotak Nami kecil hanya ada makanan. Lagi-lagi Levin tertawa. Nami yang suka makan, tetapi tubuhnya sangat kecil.
“Kamu mau makan apa?” tanya Levin.
“Apa saja yang penting Pak Levin bayarin,” ujarnya mulai menyengir. Levin mendengus dan mencium bibir Nami secepat kilat.
Nami kaget dengan serangan mendadak Levin. Ia bahkan masih terlihat terkejut dan belum menguasai dirinya.
“Aku dicium sudah dua kali oleh Pak Levin,” ujarnya.  Tiba-tiba ia merasa wajahnya memanas. Ia memagannya dan panik.
“Pak Levin!” Teriakan Nami membuat Levin yang sudah mengacir pergi itu kembali ke kamar dengan wajah paniknya.
“Ada apa?” tanya Levin menatap wajah semburat malu-malu gadisnya.
“Wajahku terasa panas. Aku terkena deman setelah Pak Levin menciumku,” ujarnya dengan suara menahan tangis. Levin mengigit bibir bawahnya. Oh Hanami, kau polos, Sayang.
TBC
Jejaknya Guys, maaf, ya telat update. Aku beberapa hari ini terkena deman sama diare. Badan lemas, Cuma sekarang Alhamdulillah sudah mendingan dan buat teman-teman semua yang menunggu cerita ini, makasih banyak.
Jangan lupa juga baca karyaku yang lain, ya, Guys di sini. Langsung cek aja profil aku supaya ketemu sama cerita-cerita berbau nuansa mafia gitu.
1. Nyonya Bos Mafia
2. Father of My Baby
3. Perfect Uncle
4. Pesona Suami Mafiaku
Ada juga cerita baru rilis lainnya.
1. Gairah Mantan Suamiku
IG : @aretha_artha

หนังสือแสดงความคิดเห็น (97)

  • avatar
    SantiSantikha

    👍⭐👍⭐👍⭐⭐⭐⭐

    03/01

      0
  • avatar
    Maylani Kayla

    bgus

    04/12

      0
  • avatar
    ZahraAmelia

    ok bagus

    29/10

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด