logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 3 Tak Menyangka

“Orang yang telah pergi meninggalkan kita tidak akan mau melihat tangis air mata masih tersisa di pelupuk mata kita---orang-orang yang dicintainya adalah kita yang masih hidup di dunia yang fana.”
Tiga hari setelah kematian kak Dewi semua kembali seperti semula. Raut sedih dan takut jika ada pembunuh atau psikopat di sekitar lingkungan kos telah sirna. Semua beraktivitas seperti biasa. Nania pun begitu, meski setiap malam Nania masih memikirkan kematian kak Dewi. Kadang kak Dewi hadir dalam mimpinya.
Satu hari setelah kematian kak Dewi, malamnya Nania bermimpi kak Dewi ketakutan dan meminta tolong lalu datanglah seorang yang berpakaian serba hitam memeluk kak Dewi lalu tiba-tiba kak Dewi menjerit dan lunglai lalu tersungkur ke lantai. Orang itu menghadap Nania lalu menyeringai seolah ingin meneror Nania, “Nantikan giliranmu…jika kamu terus penasaran maka akan aku percepat ajalmu!” Seketika itu rasa takut menyergap Nania hingga membuatnya menggigil. Nania berdoa dan terus berdoa hingga Nania membuka mata. Ia bernapas lega, ternyata hanya mimpi. Mimpi yang menjadikannya semakin tidak tenang dan ingin mencari tahu. Aku takut jika ternyata penjahat itu masih berkeliaran dengan tenang lalu sewaktu-waktu bisa mencari mangsa dengan cara iblisnya.
“Heh bengong aja! Udah hampir jam tujuh ini…”
Nania tersentak dan menooyor bahu Rina sebagai balasan karena telah mengagetkannya.
“Yey santuy aja bos, kalau gak aku kagetin sampai magrib pun kamu akan bengong. Kan ngeri kalau tiba-tiba ada yang kasat mata lewat,”tambah Rina dengan bergidik ngeri. Nania hanya mencibir dan berjalan menuju halte bus.
Saat Nania duduk di halte bus, jantungnya kembali dibuat tidak sehat dengan cowok tampan yang masuk ke rumah bapaknya Kevin. Mungkin cowok itu juga termasuk anaknya, yang berarti kakaknya Kevin. Ah, nggak peduli. Semoga aja cowok itu sifatnya nggak persis dengan Kevin. Cowok itu berpakaian seperti anak kampus, mungkin memang kuliah. Dia menyadari Nania yang berdiri berjarak satu meter ini mengamatinya. Bonusnya dia tersenyum lalu berdiri, “Duduk aja, Dek,”ucapnya. Nania mengangguk, mengucap terima kasih lalu duduk. Alhamdulillah tidak mirip dengan Kevin. Baik sekali cowok ini.
Bus datang dan Nania masuk bus, tetapi cowok itu tidak masuk. Mungkin beda jalur. Semoga lain waktu kita dipertemukan lagi ya kakak ganteng. Nania kembali berdesakan seperti hari-hari biasanya. Sampai di sekolah kurang lebih lima belas menit.
“Pak…Pak…stop Pak!! jangan dikunci gerbangnya!”teriak Nania sambil ngos-ngosan. Pak Satpam yang hampir mengunci gerbang itu karena baik hati maka dia bukakan sambil geleng-geleng kepala. Nania terus berlari hingga sampai di kelas 11 IPS 2.
Untung belum ada guru ya Allah.
“Kamu tu bangun jam berapa sih kok mepet terus kalau masuk kelas?”tanya Leli dengan raut sebel bercampur heran. Nania tak menjawab dan hanya duduk menyenderkan punggungnya di kursi sambil ngos-ngosan. Lalu memejamkan mata. Tiba-tiba ada angin kecil yang menyejukkan wajahnya. Nania tersenyum karena enak banget rasanya.
“Kalau lo sama gue pasti gak akan sengsara lagi Nan… lo keringetan aja gue mau jadi kipas lo, asal lo bisa tersenyum.”
Seketika Nania langsung membuka mata dan tampaklah dengan jelas wajah cowok yang selalu membuatnya alergi dengan semua kata-kata gombal nan bucinnya. Siapa lagi kalau bukan Sofyan. Nania segera menyingkirkan kipasnya.
“Aku itu nggak mau sama cowok yang suka gombal, kamu tahu kenapa? Karena aku alergi Sofyan…” ucapku dengan penuh pemanjangan kalimat.
“Gue udah tahu Nania, gue udah khatam karena lo selalu ngasih tahu gue. Tapi emangnya alergi lo sampai bikin gatal-gatal? Enggak kan?”
“Tapi bikin aku muntah. Udah sana-sana… balik sana ketempat dudukmu.” Nania terus mendorong tubuh Sofyan menjauh hingga dia mengalah dan duduk di bangkunya.
Guru bahasa Indonesia pun tiba-tiba masuk. Nania dan Sofyan segera duduk.
Brakkkk
“Bangsat… ini buat elo yang udah deketin pacar gue…”
Bug…bug..bug
“Gue nggak deketin cewek lo, gue udah punya cewek sendiri!”
“Cewek lo gak cantik kan? Makanya lo mau selingkuh sama pacar gue!”
Pernyataan itu membuat Kevin semakin memanas, ia mendapatkan emosi untuk menghantam wajah songong Jeihan.
Bug…bug…bug…
“Jaga omongan loe ya, cewek gue lebih dari segalanya.” Kevin melepas cengkeramannya di kerah Jeihan dan langsung pergi meninggalkannya. Suasana lapangan yang sepi membuat mereka berdua tidak ketahuan saling jontor-jontoran.
Sebelum Kevin kembali ke kelas. Ia membeli tisu dan membersihkan beberapa bagian wajahnya yang berdarah gara-gara ditonjok tiba-tiba oleh Jeihan. Ia benar-benar kesal dengan pacar Ana yang posesif itu. Setelah dirasa wajahnya bersih dari darah, Kevin langsung berjalan kembali ke kelasnya.
“Vin,”
Kevin berhenti berjalan saat ada yang memanggilnya dan sangat malas ketika yang memanggilnya adalah Ana.
“Gue boleh minta tolong sama loe buat ngembaliin buku gue di perpustakaan nggak? Soalnya udah masa tenggat ini.”
Kevin tersenyum masam, “An, lo itu waras gak sih? Gara-gara kemarin gue nganterin elo pulang, pacar lo si Jeje itu jadi salah paham sama gue. Lebih parahnya lagi dia tiba-tiba nonjok gue cuma gara-gara cewek kayak elo yang sukanya meras gue dengan caranya yang nggak mungkin gue tolak.”
Ana tersenyum, cukup tahu dengan apa yang Kevin katakan.
“Ya…, kalau loe merasa keberatan nggak papa. Tapi gue akan bongkar latar belakang loe sama satu sekolah ini. Trus loe pasti akan tahu apa yang terjadi setelahnya.” Ana menyeringai hingga membuat Kevin mengambil buku dan kartu perpustakaan yang dipegang Ana.
Kevin berjalan sambil mengumpat sikap Ana yang selalu mengancamnya dengan sesuatu yang harus ia lindungi. Tapi bukankah udah ada satu orang lagi yang mungkin tau latar belakangnya? Ah tapi masih ada yang lebih penting dari yang sekilas cewek itu tahu. Kevin melegakan dirinya dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.
Kevin semakin mengumpat banyak-banyak dalam hatinya karena yang mengantre mengembalikan buku banyak sekali. Ia harus menunggu lama lagi. Padahal ia harus segera kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran agar nilainya tidak jelek dan tidak alpha.
Kevin melihat Nania yang sedang mengantre juga di depannya berjarak empat orang. Lalu ia segera menghampiri Nania tanpa pikir panjang, menepis segala image dingin yang disematkan padanya.
“Nan, gue titip buku ini ya, tolong kembaliin. Ini kartunya. Kalau udah nanti sepulang sekolah langsung aja kembaliin ke gue di parkiran ya. Gue mau cabut dulu.”Kevin terus meletakkan buku serta kartu perpustakaan Ana di telapak tangan Nania tanpa mempedulikan Nania yang masih bengong.
Setelah itu Kevin pergi tanpa mengucapkan terima kasih. Siswa-siswa lain turut berbisik satu sama lain. Pasalnya Kevin termasuk cowok tampan dengan image dingin dan songongnya. Jadi akan menjadi sesuatu yang menghebohkan saat Kevin mendatangi Nania yang berkasta rendah di sekolah meskipun mereka berada dalam satu organisasi yang sama.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (2064)

  • avatar
    Shalifa Hanisa

    ceritanya bagus banget. bikin gue trsnyum sorang terus🤭 #please sambungkan jalan critanya..i'm curious so much🥺 #❤️🇲🇾

    24/01/2022

      0
  • avatar
    TamadaniMuhamad

    10p jt

    14d

      0
  • avatar
    Rati Ya

    cerita nya bagus

    16d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด