logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

TUKANG BULLY KENA BATUNYA

TUKANG BULLY KENA BATUNYA

Bintang Aldebaran


1. Arina Bella

"Awas! Ada Si Bongsor," seru Bobby pada teman-temannya saat Arina melewati mereka.
"Pagi hari bukannya lihat yang bening, malah beginian yang datang," timpal Rio disambut gelak tawa dari teman-temannya.
Arina sudah terbiasa dengan perlakuan mereka. Dibully, sudah jadi makanan sehari-hari bagi Arina. Postur tubuh yang tinggi dan berisi membuatnya sering dikatakan bongsor. Tak hanya itu, kulit yang gelap dan wajahnya yang berjerawat membuatnya makin tak percaya diri.
Baik, ramah, dan tidak pilih-pilih teman, adalah sifat Arina. Tapi sangat disayangkan, justru teman-temannya yang banyak menghindar. Ini semua karena ulah Bobby dan Rio.
Bobby suka sekali menghina Arina. Bahkan, ia akan bergidik ngeri jika tak sengaja bersentuhan dengan Arina. Padahal, penampilan Bobby juga pas-pasan dengan tubuh kurusnya itu.
"Arina!" Tia berlari kecil menghampiri Arina. Terlebih saat Tia tahu disana ada geng Bobby.
"Kamu nggak apa-apa 'kan?" tanya Tia sambil melirik Bobby.
"Aku nggak apa-apa, nyantai aja," jawab Arina setenang mungkin.
"Dih, jangan ngomong! Nanti air liurmu itu muncrat. Jijik tahu, nggak?" sentak Bobby kasar.
"Ayo kita tunggu disana saja! Jangan disini!" Tia menarik tangan Arina dan segera pergi.
Mereka sedang menunggu untuk pengambilan ijazah setelah menerima pengumuman kelulusan beberapa hari yang lalu.
"Jangan nangis! Sebentar lagi kita nggak akan ketemu mereka, kok," ucap Tia menenangkan sambil mengusap buliran bening di pipi Arina yang dipenuhi jerawat tanpa merasa jijik.
"Kamu yakin mau kerja? Nggak kuliah dulu?" Tia membuka obrolan.
"Yakin," jawab Arina dengan bibir bergetar.
"Kenapa gitu?"
"Aku ingin tahu rasanya kerja," ucap Arina masih dengan suara terisak. Selain kendala biaya, Arina juga tak percaya diri. Ia takut akan dibully dan dijauhi lagi.
"Kamu gimana, Ti?" tanya Arina balik.
"Nggak tahu. Belum diskusi sama orang tua," jawab Tia sambil cengegesan.
****
Setelah pengambilan ijazah, Arina tak sengaja berpapasan dengan Andy, pria yang ia kagumi selama ini. Mereka hanya saling beradu pandang tanpa bertegur sapa.
Arina benar-benar sudah kehilangan kepercayaan dirinya. Ia pernah dipermalukan oleh Bobby dan Rio didepan semua siswa, terlebih ada Andy disana.
Saat itu, sedang ada lomba bulu tangkis antar kelas. Arina menjadi salah satu pesertanya. Saat akan melambungkan raketnya, ia terjatuh karena tak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri.
"Biang kerok!" teriak Rio kala itu.
"He, dasar pembuat masalah. Tau gini nggak usah ikut," imbuh Daffa.
"Wah, udah gendut, hitam, jelek, banyak gaya. Sekarang malu-maluin kelas. Biang kerok!" ejek Bobby.
"Huuuuuu!" Sontak semuanya menyoraki Arina dan ikut menghujat dirinya. Rio dan Bobby lah yang paling semangat menghujat sambil mengacungkan jempol ke bawah. Saat itu Andy hanya diam memandangi Arina.
"Diam! Bobby, Rio! Saya akan mengurangi nilai kalian jika sekali lagi kalian menghujat Arina," ucap Pak Joko saat itu tegas sambil menunjuk Bobby.
Arina sangat malu jika mengingat kejadian itu. Sejak saat itu, banyak siswa yang ikut-ikutan membully Arina. Ia juga berpikir, bahwa Andy akan merasa risih jika melihat dirinya. Bagi Arina, sangat tidak mungkin untuk mendapatkan perhatian, apalagi cinta dari Andy. Penampilannya yang selalu dianggap keren dan jadi idola para siswi, membuat Arina harus mengubur dalam-dalam rasa kagumnya itu.
****
Setelah makan malam, Arina memainkan ponsel jadulnya. Ia merasa tenang dan lega karena sudah tidak bertemu teman-temannya lagi. Tak ada lagi hinaan yang ia terima.
"Nduk!" panggil Bu Anna, Ibunya Arina.
"Iya, Bu?" sahut Arina pelan.
"Kamu mau nggak melamar kerja di PT Ayu Kosmetika? Tadi Mita yang kesini katanya ada lowongan kerja disana," tutur Bu Anna.
"Mbak Mita kerja disana, Bu?"
"Iya."
"Pekerja disana kan penampilannya bersih, Bu. Apalagi itu pabrik kosmetik dan perawatan kulit. Lah, aku? Penampilanku kayak begini, Bu. Mana bisa?" tanya Arina ragu.
"Coba saja, Nduk. Katanya kepingin tau rasanya mencari uang? Katanya mau merawat diri? Maaf, Bapak dan Ibu nggak bisa beri uang lebih buat kamu. Kamu tahu kan kebutuhan adik-adikmu seperti apa?" Bu Anna menjelaskan.
Arina hanya diam memikirkan ucapan Ibunya. Ia memang ingin sekali merawat dirinya. Ia juga ingin membantu menyekolahkan kedua adiknya.
Kehidupan keluarga Arina memang sederhana. Pak Fajar, bapak kandungnya bekerja sebagai tukang ojek. Penghasilannya juga tak menentu. Penghasilannya cukup untuk makan sehari-hari walau dengan lauk pauk seadanya. Untung saja Bu Anna, istri setia yang selalu mendampinginya. Bu Anna membantu suaminya bekerja dengan membuat kue basah dan dititipkan ke warung-warung tetangga. Lumayan, bisa digunakan sebagai uang tambahan untuk Elly dan Era, adik-adiknya Arina.
"Aku akan mencoba, Bu. Sekarang aku akan membuat surat lamaran itu," ucap Arina sembari tersenyum menatap Ibunya.
'Aku akan membahagiakan kalian. Aku akan bekerja. Aku pasti bisa!' Arina membatin menyemangati dirinya sendiri.
Arina bediri di depan cermin. Ia berputar-putar dan mengamati setiap bagian tubuhnya. Ia menyentuh jerawat meradang yang sudah berbulan-bulan hinggap di wajahnya. Arina hanya mengobati jerawatnya dengan bahan-bahan alami yang mudah didapat. Tapi, tetap saja jerawat itu tidak mau pergi.
Melihat tubuh gemuknya di depan cermin, Arina merasa kurang percaya diri dengan dirinya sendiri. Ia akan berusaha mencari cara untuk membakar lemak yang ada di dalam tubuhnya.
"Setelah aku bekerja nanti, aku akan merawat diriku lebih dari ini." Arina berkata kepada dirinya sendiri di depan cermin.
Ya, Arina ingin mengubah penampilannya. Pekerjaan apapun asalkan halal, akan dilakoninya. Selain untuk merawat dirinya, ia berencana membantu biaya sekolah kedua adiknya yang masih SD dan SMP.
Bu Anna sudah tahu jika putri sulungnya itu sering dibully. Dengan sabar Bu Anna mendengarkan setiap keluh kesah putrinya itu dan selalu memberi dukungan positif.
Bukannya Bapak dan Ibu Arina abai tentang pendidikannya. Mereka sudah membujuk dan berusaha untuk mencari uang tambahan untuk biaya kuliah Arina namun, Arina menolak. Jadi, orang tua Arina hanya mampu mendukung apapun keputusan yang ia ambil asal itu baik bagi dirinya.
Pukul 21.00 WIB, Bu Anna memasuki kamar Arina dan mendapati putrinya tengah tertidur di atas meja belajar.
"Rupanya kamu telah membuat banyak surat lamaran kerja," ucap Bu Anna lirih sambil memegang lembaran kertas itu.
Arina tak hanya membuat satu surat lamaran kerja, melainkan tiga. Ia berencana akan mengantar surat lamaran itu ke tiga perusahaan sekaligus. Siapa yang paling cepat menguhubungi, itulah yang akan ia datangi.
"Semoga sukses, Arinaku." Bu Anna mencium rambut putrinya sambil menggiringnya untuk berpindah ke kasur.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (347)

  • avatar
    CuteAulia

    fina sangat amat baik

    12/06

      0
  • avatar
    MaulidtaLutfi

    suka sama ceritanya seru nyambung dari awal smpe akhir👍

    29/05

      0
  • avatar
    TariganOktania

    ceritanya seru sekali seperti jaman saya masih SMP

    28/04

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด