logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 9 Pesona Malik Naviendra

Perempuan ini ... Benar-benar seperti seorang psikopat.
Ia tertawa diatas senjata yang ia genggam dengan entengnya. Bagaimana dirinya bisa dengan santainya kini berbuat demikian?
Bahkan beberapa menit yang lalu, perempuan ini tidak sanggup untuk mengangkat pandangannya, ketakutan. Dan sekarang?
Setelah melihat apa yang terjadi, kata pembunuh mungkin memang pantas disematkan pada seseorang yang tak berhati sepertinya.
Entah kejahatan apa yang sudah ia perbuat yang tlah Iren bantu.
Entah berapa banyak korban yang ia sulitkan hidupnya, dan Iren justru menolongnya.
Ia menyelamatkan seseorang yang seharusnya ia lawan dan malah berbalik membantunya?
Tidak. Ini tidak mungkin. Tidak mungkin hal yang Iren lihat di dalam mimpinya justru mengkhianatinya seperti ini. Perempuan ini ternyata sedang berakting, bahkan dalam mimpinya, kata tolong yang diucapkan hanyalah kebohongan belaka. Ia tak sebenarnya tertekan. Justru, Iren menyelamatkan penjahat yang sebenarnya.
Malik masih diam. Ia tak berkata apapun. Tatapan tajamnya mengilatkan amarah yang begitu besar. Ia benar-benar ... Ingin membunuh perempuan tak berakal yang berani mengancam Iren dengan pisaunya.
Bagaimana seseorang yang kau tolong justru berniat mencelakakanmu? Inilah apa yang pria itu khawatirkan.
Manusia dan semua yang ada pada mereka memang membuat muak. Kau tidak bisa hanya menilai seseorang dari suatu keadaan dan satu cerita saja.
Ada begitu banyak yang akan membuatmu mengerti bahwa mempercayai bukan sebuah tindakan baik yang bisa selalu kau ambil.
“Ire ....” akhirnya pria itu berkata. Namun begitu dingin. Membuat Iren yang mendengarnya terkejut bukan main.
Sebentar, seorang Malik? Bagaimana bisa terlihat begitu menakutkan seperti saat ini?
“Kalau gua bilang ‘sekarang’, lo harus langsung lari. Oke?” ia masih berujar datar. Begitu datar dan tak melepaskan pandangannya dari perempuan yang tengah memasang ancang-ancang untuk tetap menjadikan Iren sandera.
Selangkah demi selangkah, Malik mulai mendekat. Sejahat atau seberbahaya apapun perempuan ini, maka ia takkan bisa mengalahkan kilat kemarahan seorang Radeon Malik Naviendra.
Ia ... Tetap gemetar melihat tegasnya Malik yang menatapnya penuh kebencian.
“Satu ....” Malik mulai berhitung. Dengan terus melangkah mundur, perempuan itu masih belum menyerah, “Jangan mendekat!” teriaknya mengancam kembali.
“Dua ....” Malik mulai mengangkat bibirnya membentuk senyuman yang menakutkan. Pandangannya benar-benar membuat semua pokus terarah padanya.
“Tiga ....”
Iren —pada tidur panjangnya di kampus beberapa saat yang lalu, melihat dengan jelas waniya ini. Ia kesulitan dan akan berakhir mengenaskan berupa kematiannya yang tidak bisa teralihkan saat sebuah pisau ditancapkan di perutnya dengan bertubi-tubi.
Kemarahan, dendam, pengkhianatan. Wajah pria itu melambangkan hal yang demikian. Dan karena emosinya yang tidak bisa terkontrol dengan baik, maka awal dari yang yang begitu besar mulai terjadi.
Pembunuhan tragis itu akan menjadi berita yang luar biasa. Maka dari itu Iren sengaja membawa Malik melewati jalan tersebut dan membantunya.
Namun apa yang kini sedang Iren saksikan? Mengapa ia bisa-bisanya mendapati keadaan yang justu malah berbanding terbalik dan berbeda?
Tepat hitungan ke tiga, perempuan itu terjatuh. Tak sengaja terselandung batu yang tetiba-tiba entah bagaimana bisa berada disana dan membuat kakinya terselandung begitu saja.
Dengan cepat Malik mengunci tangan perempuan tadi dan memberikan serangan singkat yang menyebabkan pisau tadi terlepas dari genggaman. Ia memberikan aba-aba agar Iren pergi menjauh.
Gadis itu melakukan apa yang Malik perintahkan padanya, untuk pertama kalinya, Iren merasa begitu bergantung pada seorang Malik Naviendra.
Tak menunggu waktu, Iren segera menghubungi seorang polisi agar meringkus dan membawa si perempuan gila itu pergi.
Syukurlah semuanya membaik dan selesai sejam kemudian. Kini, kedua orang yang beberapa jam terjebak antara hidup dan mati itu berdiri di atas sebuah gedung yang tlah lama ditinggalkan.
Malik sengaja tidak membawa Iren pulang secepatnya sebab dengan kondisi syok seperti saat ini maka pasti akan menimbulkan kecemasan untuk kedua orang tuanya, nanti.
Darisana, mereka bisa melihat pemandangan kota dengan begitu jelas. Bagaimana bangunan terlihat kokoh dan tertata.
“Udah gua bilang, jangan percaya siapapun di dunia ini, Ire.” Malik berkata dengan suara serak, masih menatap jauh ke depan.
“Lo gak tau, seberapa takutnya gua liat lo diancam kaya tadi.” kini, nada tulus benar-benar bisa Iren rasakan.
Gadis itu hanya diam dan menunduk, kemudian sedetik setelahnya, “Maaf ....” Iren berujar pelan, “Gue gak tau, kalau niat baik gue justru dibalas dengan hal menakutkan seperti tadi.”
Malik memberikan air mineral yang ada di tasnya, “Nih minum,” ucapnya sembari tersenyum, “Ada yang luka, gak? Sini, gua cek dulu. Apa lo masih takut?”
Pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat, “Enggak. Jujur aja gue gak takut.” suara Iren terdengar rendah.
“Entahlah, mungkin karena ada lo tadi.” kalimat itu meluncur begitu saja di bibir mungil Iren. Tepat tatkala ia menyadari apa yang baru saja ia katakan, dengan cepat gadis itu mengoreksi kembali.
“Maksud gue, kenapa saat itu gak takut, ya, karena lo gak mungkin biarin gue terluka gitu aja, kan? Jadi, ya, gue yakin yang kaya tadi, ya, bisalah lo atasi.” Iren terlihat gugup saat mengatakan hal tersebut. Bahkan kalimatnya yang kaku dan terbata-bata membuat kondisi saat itu terbaca dengan sangat jelas bahwa sedang menutupi rasa malunya.
Ah, sial. Mengapa juga berkata demikian? Malik pasti sudah kegeeran sekarang.
“Muka lo pucet banget, tadi. Gua kira lo bakal pingsan gitu aja. Tapi, baguslah, lo emang pemberani, Ire. Atau, bakalan sulit ngasih pelajaran ke orang tadi.”
Jika saja Iren pingsan, maka sudah dipastikan beban Malik untuk melawan akan semakin bertambah. Tapi gadis itu, memang patut diacungi jempol. Ia tetap berdiri dengan kedua kaki gemetarnya dan bertahan.
“Gue bersyukur lo gak papa.” Malik masih terus mengatakan rasa terimakasihnya karena gadis itu aman dan tak terjadi hal yang buruk kepadanya.
Iren hanya mengangguk samar, “Terimakasih Malik.” ujarnya tiba-tiba, “Terimakasih karena lo udah nolong gue hari ini.”
Kini jantung Malik yang terasa seperti ingin lompat dan meninggalkan tubuhnya. Ia benar-benar gugup, “Ada untungnya kan gua nebeng lo?” ia bersuar dengan senyuman. Terlihat tampan.
Mengingat bagaimana semua hal yang mereka lalui membuat keduanya tak menyadari bahwa sebentar lagi, sesuatu akan mereka rasakan.
Dimana keduanya, akan terbiasa untuk saling melindungi dan menjaga. Dimana keduanya akan semakin dekat, dan mencapai tujuan yang sebenarnya dari inti sebuah cerita.
“Tapi Ire, setelah dipikir-pikir, gua kayanya gak bisa dapet ucapan terimakasih aja, deh.” racau Malik saat keheningan mereka rasakan.
Angin menerpa keduanya dengan asal, membuat rambut panjang Iren yang tak lagi terikat melambai kemana-mana, “Maksud lo, gue harus bayar?”
Malik tertawa mendengarnya. Sungguh gadis yang peka, “Ya, kita sama-sama tau, di dunia gak ada yang gratis, Ire. Apalagi yang menyangkut nyawa.” pria itu mengajukan pernyataan dengan nada jahilnya.
“Gue udah tebak. Udah gue tebak, Lik. Lo bakalan ngerese lagi, kan?” dengan wajah malasnya Iren berkata, ia memutar kedua bola matanya malas, “Awas aja kalau permintaan lo aneh-aneh.”
Ya, sesuatu yang ‘tidak gratis’ itu adalah balasan yang akan dibayar oleh Iren kepada Malik Naviendra. Pria aneh yang ia lihat semakin hari semakin sering mendapatkan begitu banyak hal yang dilewati bersama dengannya.
“Satu permintaan. Gua minta nanti ... Diwaktu yang tepat.” dengan kedipan mata, Malik mengatakan hal tersebut dan bangkit, “Ah indahnya dunia.” kemudian berlalu meninggalkan Iren yang hanya terpaku di tempat.
Pria aneh ini, benar-benar!

หนังสือแสดงความคิดเห็น (320)

  • avatar
    ForusKristo

    cerita dari novel ini menarik dan dapat memberikan kita pelatihan dalam penggunaan bahasa yang baik dalam penulisan kalimat. sehingga kita dapat menjadi fase dalam penggunaan kalimat yang baik.

    06/01/2022

      0
  • avatar
    Hemik Radjawane Verhagen

    cerita nya bagus sekali

    12d

      0
  • avatar

    cerita yg sangat unik,seru untuk dibaca👍🏻

    14/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด