logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 13 First kiss

Riko yang terpaksa mendengarkan pelatihnya hanya pasrah dengan omelan dan latihan yang keras saat itu. Cota-citanya menjadi seorang atlet profesional mengalahkan segala egonya tentang masalah dengan Feby saaqt itu.
Ppprrriiittttt
"Oke ko, kali ini kita udahin dulu latihannya, besok harus lebih ekstra lagi powernya, jangan kecewain saya," ujar coach.
"Siap coach,"
Riko setengah berlari menuju kamar ganti untuk segera berganti baju dan menghpiri Feby di aula. Ia tak perduli jikalau Feby belum selesai dengan latihannya. Ia tetap akan menunggu hingga dapat berbicara langsung dengannya.
"Oke cukup untuk hari ini guys, pokoknya minggu depan saat kita pentas udah nggak ada lagi salah salah gerakan, lupa koreo, dan paling penting buat tim ceremonial jangan ada yang false yah," ujar Ana sebagai ketua pelaksana.
"Oke," seru seluruh anggota.
Feby yang sudah merasa percaya diri dengan penampilannya nanti hanya menggangguk mendengar arasahan Ana. Zaidan pun tersenyum ke arah Feby seolah ia tau perasaannya.
"Feb, mau pulang bareng lagi? kali ini aku bawa motor kok, jadi bisa nganterin sampe depan rumah," ujar Zaidan.
"Mm gimana ya ka," Feby ragu.
Saat itu juga Feby melirik ke arah pintu aula dan benar saja Riko sudah berdiri di sana menatapnya. Seketika Feby pun mengiyakan tawaran Zaidan untuk pulang bersama.
"Ya udah deh kak kalo nggak ngerepotin," ujar Feby.
Riko yang melihat itu pun hanya mampu menatap dan mengepalkan tangannya. Hatinya seketika hancur karena sikap Feby. Riko yang berlalu pergi sesaat teringat amanat ayah Feby untuk mengantarna pulang karena mereka sedang berada di luar kota. Riko yang menjaga sekali kepercayaan dari ayah Feby akhirnya memutuskan mengikuti Feby dari belakang.
"Aduh kayaknya udah mau hujan lagi ka," ujar Feby mendongak ke atas.
"Makanya yuk buru-buru," jawab Zaidan.
Zaidan menjalankan motornya perlahan. Sesekali Zaidan menengok ke arah spion dan sadar jika Riko mengikutinya. Alhasil Zaidan membelokkan motornya ke arah berbeda dari jalan rumah Feby.
"Loh kak, kok kita belok ke sini?" tanya Feby heran.
"Kita muter aja Feb, banyak polisi tidur di sana," jawab Zaidan.
Karena jalan yang di lalui itu satu arah Riko pun tak sempat membelokkan motornya mengikuti Zaidan. Alhasil Riko harus memutar balik sangat jauh.
"Kampret Jainudin," umpat Riko.
Hujan mulai turun mengguyur jalanan. Riko yang masih berusaha mengejar Feby akhirnya terjebak macet. Riko khawatir jika Zaidan memiliki maksud tidak baik padanya. Dengan sisa tenaganya Riko pun membelah kemacetan.
Sementara itu Zaidan telah sampai di depan rumah Feby dengan arahan Feby melalui jalan alternatif lain tadi.
"Makasih banget ya kak, udah nganterin," ucap Feby.
"Iya sama-sama, eh tapi ini gerimisnya udah agak deres, boleh nunggu sebentar nggak," ujar Zaidan.
"Oh ya udah masuk aja ka," jawab Feby.
Zaidan memasukkan motornya. Niat Zaidan untuk bisa mengobrol lebih lama dengan Feby akhirnya terwujud. Feby pun mempersilahkan Zaidan menunggu di ruang tamu.
"Kak maaf ya nggak ada apa-apa di rumah, soalnya ayah ibu lagi ke bandung," ujar Feby.
"Ngga apa-apa Feb, aku juga sebentar kok nunggu reda," jawab Zaidan.
Riko yang terburu-buru akhirnya tersesat karena ia tak mengetahui ke mana Zaidan membawa Feby.
"Bentar, apa gue tunggu aja di rumah Feby yah, sapa tau dia udah pulang, tapi...,"
Riko yang sangat nengkhawatirkan Feby, mulai berpikir macam-macam. Pasalnya di rumah Feby sedang tidak ada orang tuanya. Riko menancapkan gas motornya hingga beberapa kali hampir menabrak pengendara lain.
Setelah sampai di depan rumah Feby, ia melihat motor Zaidan telah terparkir di sana.
"Aduh," Feby mengucek matanya.
"Eh kenapa Feb," Zaidan mendekat ke arah Feby.
"Kelilipan keknya kak," ujar Feby.
"Sini aku tiupin,"
Zaidan mendekatkan bibirnya ke arah mata Feby yang sudah mulai kemerahan itu. Ia meniup beberapa kali berharap mengurangi rasa gatal di mata Feby. Bersamaan dengan itu Riko telah berdiri di depan pintu rumah Feby. Posisi Zaidan yang membelakangi Riko terlihat seperti ia sedang mencium Feby.
"Bajingan lu ya,"
Dddeeziiiggg
Sebuah pukulan mendarat telak di pelipis kanan Zaidan. Zaidan yang tidak siap menerima pukulan tersebut seketika tersungkur ke lantai.
"Eh stop stop, kamu apa-apaan sih," Feby melotot ke arah Riko.
"Kamu yang kenapa, bawa masuk cowok mesum kayak dia," jawab Riko yang akan bersiap memukulnya kembali.
"Stooooppp, kak maaf ya," Feby membantu Zaidan bangun.
"Iya it's ok, keknya cowok kamu lagi PMS, aku pulang dulu ya," ujar Zaidan menatap Riko.
"Minggat lu, jangan pernah ke sini lagi," umpat Riko.
Feby yang mengantar Zaidan hingga depan pintu, langsung membalikkan badan menatap tajam pada Riko.
"Kamu pikir aku sama kak Zaidan ngapain di sini hah? mesum? otak kamu di mana sih, main mukulin orang sembarangan," ujar Feby mencecar Riko.
"Dia itu nggak baik bi, kamu kenapa belain dia terus sih, terus kenapa kamu nggak mau pulang sama aku? salah aku apa?" tanya Riko.
"Salah kamu, kenapa kamu selalu bikin ulah di hidup aku," jawab Feby.
"Gara-gara jaket? aku kemarin kejebak hujan di alfamart dan Lira nggak sengaja dateng dengan baju yang minim kek gitu, apa aku tega bikin dia jadi objek mata laki-laki? hah?"
Feby terdiam mendengarkan penjelasan Riko.
"Aku bela-belain ujan-ujanan buat jemput kamu tapi apa? kamu malah pulang sama si Jainudin itu, aku masih jaga kepercayaan kamu dengan aku ninggalin Lira buat jemput kamu, tapi balesan kamu..."
Feby yang mulai terpojok hingga berdiri tepat di depan tembok terkejut seketika saat Riko menempelkan tangannya pada tembok itu.
"Tapi tapi tapi aku...," ujar Feby ketakutan.
"Aaarrggghhh,"
Riko memegang kepala Feby dengan kedua tangannya dan langsung mencium bibir manis gadis di depannya itu. Feby pun terkejut hingga tak dapat bergerak sedikit pun. Ciuman Riko yang awalnya sangat lembut perlahan berubah menjadi panas.
"Mmhhhh," lenguh Feby.
Saat ciuman Riko berpindah ke arah leher Feby, ia berbisik Lirih.
"I love you, please don't leave me," ucap Riko.
Feby yang tersadar segera mendorong tubuh Riko menjauh. Terasa seragam Riko yang masih basah karena hujan.
"Kamu ngapain sih, jangan macem-macem ya," gertak Feby.
"Aku tuh gemes sama kamu bi," jawab Riko polos.
"Orang gemes itu nyubit pipi bukan nyipok," ucap Feby.
"Ya udah sini aku cubit," goda Riko.
"Awas ya macem-macem,"
Feby pun berjalan menuju kamar mandi untuk mengambilkan handuk. Tak lupa ia membuatkan teh hangat untuk Riko.
"Keringin nih," Feby melempar handuk.
Feby menaruh segelas teh hangat di meja. Ia menatap Riko penuh rasa bersalah. Ingin rasanya ia menanyakan siapa perempuan yang pernah ia nodai itu namun Feby masih belum sanggup.
"Kak Zaidan tadi cuman niupin mata aku, nggak ada maksud apa-apa, malah kamu yang tiba-tiba nyosor," jelas Feby.
"Terus kamu nyaman?" tanya Riko.
"Apaan sih gitu doang di debatin terus," ujar Feby ketus.
"Udah ya clear, nggak ada lagi ngambek-ngambekan, abang capek nahan cemburu terus," ucap Riko.
"Kamu yang mulai duluan," jawab Feby lirih.
"Oh mau di cipok lagi?"
Riko mendekat pada Feby dan langsung menggelitikinya. Feby yang tak tahan hanya mengampun pada Riko. Suasana pun kembali cair dengan hubungan mereka yang membaik.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด