logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 5 Lukaku Belum Usai

Orang yang sering disakiti, ibarat orang yang setiap harinya memakan racun, dia kuat setelah ia terbiasa, bahkan racun seperti apapun, tak akan mampu lagi membuat dirinya lemah, tubuhnya kebal dan ia pun makin kuat.
Hera! Apa yang dulu sering menyakitinya dan melukai hatinya, kini sepertinya tak lagi ia hiraukan. Clara and the geng juga sudah bukan masalah lagi bagi Hera. Namun, bukan hidup namanya jika terus bahagia. Layaknya air, kehidupan juga memiliki hukum pasang surut. Ini bukan hal yang fantasi, ini kenyataan dan memang sudah tertulis keberagamannya, sejak empat belas abad lalu.
Benar saja, ternyata takdir suka bermain-main dengan orang-orang yang teguh hatinya, kuat sabarnya, dan selalu menerima keadaan dengan ihklas.
Entahlah, kenapa orang-orang suka sekali merebohkan bangunan yang sudah dengan susah payah kita bangun! Kenapa manusia begitu egois soal urusan hati? Hingga akhirnya, hati yang masih terbalut perban akibat luka lama ikut terseret merasakan imbasnya. Kini, luka yang seharusnya sudah sembuh itu, kian tergores bertambah parah.
HERA🌈
****
Hari ini, Aditia mampir lagi ke kos Hera, ia yang kebetulan libur dan punya banyak waktu luang mengajak Hera untuk pergi jalan-jalan. Sudah lama mereka tidak pernah keluar bersama, rencananya hari ini Adit ingin mengajak Hera ke taman dan beberapa tempat yang dulu sewaktu kecil sering mereka kunjungi bersama.
"Udah siap dek?"tanya Adit.
"Udah dong bang," jawab Hera.
Mereka berjalan ke luar kamar kos Hera, Aditia lebih dahulu berjalan masuk ke dalam mobil, sedang Hera ia mengunci rapat pintu kosnya, setalah itu barulah ia menyusul masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan gang. Deru mobil melaju meninggalkan tempat kos Hera, di dalam mobil adik dan kakak itu nampak asyik saling bercanda, sampai-sampai salah satu dari mereka tertawa terpingkal-pingkal. Senang sekali melihat mereka seperti ini, Aditia bener-bener juara soal menghibur Hera.
Sudah cukup lama mereka di dalam mobil, akhirnya mereka pun sampai ke temat tujuannya.
"Ye, akhirnya sampai juga," ucap Hera, sembari melepas sabuk pengaman yang menempel di badannya sejak tadi.
"Duh capek!" ucap Aditia.
"Capek kenapa, cuma nyetir doang kok abang udah capek aja,"
"Capek, ketawa ngedenger cerita kamu tadi, udah berani banget kamu jailin orang," ucap Aditia.
"Wk wk wk, cuma sekali aja bang," balas Hera.
" Wk wk wk Yaudah, sekarang kita masuk yuk!" ajak Aditia.
Mereka memasuki sebuah kafe yang memang sejak dulu menjadi tempat favorit keduanya, seperti biasanya kafe ini selalu ramai pengunjung. Aditia dan Hera duduk di meja paling pojok, posisinya pas sekali menghadap panggung, yang biasanya selalu ada penyanyi yang menghibur para pengunjung.
Tepat di belakanng meja Adit dan Hera, beberapa orang lelaki juga tengah asyik berbincang di kafe itu.
Adit dan Hera telah selesai memesan makanan, kini mereka sibuk memainkan ponsel masing-masing, sambil menunggu makanan datang. Tak perlu menunggu lama, pesanan pun akhirnya datang. Mereka memesan makanan cukup banyak, sampai-sampai para lelaki di belakang mereka, terheran-heran dan juga meledek mereka berdua.
"Cowonya ganteng yah bro? Tapi kok, mau sama cewek jelek!" ucap salah seorang di belakang mereka.
"Mungkin itu Ibunya, tapi kok, bisa bikin anak sebagus itu." Lagi, celetuk salah seorang dari mereka. Telinga Hera jelas mendengarnya.
Teman-temanya yang mendengar lantas tertawa dengan santai, sambil memperhatikan Hera yang duduk membelakangi mereka, bahkan orang-orang di sekitar pun sampai jadi ikut serta menatap Hera dan Adit karena ulah mereka.
Tak mau mendengar kelanjutan yang lebih parah lagi, hera pura-pura memperbaiki antingnya, padahal sebenarnya ia tengah menutup telinganya.
"Kalo gue jadi tu cowok, mungkin gue udah bunuh diri, gak sanggup gue dapet pasangan yang kaya gitu," timpal salah seorang lagi. Lagi, dan lagi mereka tertawa dengan santainya. Orang sekarang punya masalah hidup apa sih? Ribet banget sama urusan dan hidup orang lain. Gak ada kerjaan ya? Pengangguran emang!
Meski sudah menutup telinga, Hera masih bisa mendengarnya dengan jelas. Deg! Benar saja, hati Hera tiba-tiba terasa nyeri, ucapan orang-orang tersebut sukses membuat hati Hera sakit lagi, bahkan meski, saat ia belum sembuh total, dari luka lamanya.
Aditia yang mendengar itu, sontak saja langsung emosi, napasnya naik turun tak teratur, tangannya mengepal, matanya sudah tanpak merah padam. Ia sudah ingin berdiri menghajar para lelaki itu, tapi Hera menahannya.
"Hera gak papa bang," ucapnya sambil tersenyum di hadapan Adit.
"Meraka itu udah keterlaluan Ra ...!"
Adit belum selesai berbicara Hera sudah memotong ucapanya, "Kita pulang aja yah bang! Makannya lain kali aja," pinta Hera pada Adit.
Nampaknya Hera benar-benar sedih kali ini, ia bahkan kehilangan selera makan lagi, meski dihadapannya sudah tehidang makanan favoritnya.
"Yaudah kamu masuk mobil duluan yah, Ra, abang bayar bilnya dulu!" pinta Adit.
Usai membayar bil makanan yang mereka pesan tadi, Adit meminta kepada para pelayan kafe itu agar makanan yang dipesannya tadi dibungkus saja, untuk di bawa pulang.
Adit menunggu di dekat meja kasir, malas rasanya jika harus menunggu di meja tadi, mungkin bisa saja, ia tak bisa menahan amarahnya lagi, jika saja tadi Hera tak menahanya, bisa saja keributan besar sudah terjadi di kafe ini.
Tak lama Adit sudah menerima bungkusan makanan tadi, ia bergegas ke mobil menghampiri Hera, takut jika terlalu lama Hera akan makin larut dalam kesedihannya, Adit tahu ia terluka, bahkan meski Hera berkata 'Iya tidak Apa-Apa'. Adit masuk ke dalam mobil, Hera tidak menatap atau bahkan berbicara kepadanya. Nampak jelas buliran bening di sudut mata Hera berjatuhan. Aditia yang sadar akan hal itu, pun ikut merasa sakit.
"Adikku tak pantas diperlakukan seperti ini." gumamnya dalam hati.
Rasanya ia ingin sekali kembali masuk kedalam, memukul atau jika bisa, ia ingin mencincang-cincang tubuh laki-laki yang telah berani mengatai Hera. Namun, tak bisa karena Hera sudah memintanya untuk tidak melakukan apa-apa jadi dia tidak akan melakukan hal yang akan menambah kesediha sang adik.
Nb: "Terkadang lelaki juga harus menjaga ucapannya, memang benar yang ahli dalam hal mengatai itu identiknya adalah para wanita. Namun, lidah itu tak ubanya seperti sebilah pedang, sehebat apapun wanita memainkannya, tetap saja lelaki jauh lebih piawai. Saat laki-laki yang sudah memegangnya, ia bisa membunuh dan mematikan apa saja yang ada di hadapannya, bahkan, meski sekali pun itu hati yang sudah berselimutkan kulit yang kasar."
_A Author_
Sajak Bumi, 17 Nov-2020

หนังสือแสดงความคิดเห็น (150)

  • avatar
    Dumpchive

    keren + bagus banget cerita nyaa , alurnya juga ga mudah di tebak , salut dehh

    04/01/2022

      1
  • avatar
    AzrilHaikal

    seru kak

    07/08

      0
  • avatar
    Siti Nurhafiza

    seruuuuuuuuu

    07/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด