logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 4 Kehilangan Jejak

Lara beserta rekan Polisi Irawan memasuki sebuah desa di sebuah perumahan di daerah Jember (Jawa Tengah) ketiganya bersiap siaga untuk melambrak salah satu rumah pelaku pembunuhan orang tua Lara.
Lara berdiri tepat berhadapan dengan pintu utama rumah pelaku, memperhatikan pergerakan polisi Irawan dan rekan Polisi lainnya. Ia tak sabar menunggu 'Bedebah Laknat' itu. Ingin menghajarnya serta memaki dan membalas sakit atas penderitaan yang selama tiga tahun ini ia derita.
Irawan mengetuk pintu rumah pelaku. Namun, yang keluar justru orang lain. Orang itu mempersilahkan para polisi dan Lara masuk ke rumahnya. Perasaan Lara mulai tak karuan di situ. Dimana orang yang mereka cari sepertinya tidak ada. Benar saja, pemilik rumah menjelaskan bahwa sebenarnya pelaku ternyata sudah meninggal dunia.
Deg!
Di sini Lara benar-bener sedih, marah Serta Kecewa. Kecewa atas penantiannya bertahun-tahun berujung dengan sia-sia.
Wanita itu langsung mengajak mereka duduk dan melanjutkan ucapnya.
"3 tahun yang lalu usai menerima bayaran dari boss Juna melakukan pelarian diri agar menghindari pengajaran polisi. Dia pulang ke rumah dan menyerahkan semua uang yang dia dapat untuk pengobatan berobat kakek kami yang sedang sakit kepada saya. Dia menyisakan beberapa untuknya terbang ke Singapure agar lepas dari pengajaran. Namun, setelah 1 tahun saya sudah tidak memiliki kontak yang baik dengannya. Sampai suatu hari seseorang dari Singapure menelepon memberitahukan kabar duka kalau Juna sudah di jemput, saya pihak keluarga hanya bisa tertegun sewaktu mendengar kabar duka itu. Di posisi, ini saya masih belum berani mengungkapkan kejadian ini," ungkap Edel yang tak lain adalah kakak dari pelaku.
"Apa sampai saat ini juga? Jika saja saya dan pihak kepolisian tidak datang, apa Anda akan terus merahasiakan ini?" tanya Lara yang tengah emosi.
"Saya tahu adik saya bersalah tapi dia benar-benar terpaksa," bela Edel.
"Tapi apakah anda tahu? Saya kehilangan orang tua saya atas konspirasi adikmu dan bossnya, saya menunggu 3 tahun untuk hari ini," pekik Lara dengan wajah merah padam.
"Saya minta maaf. Saya sungguh merasa bersalah atas ini," ucap Edel yang tak bisa berkata apa-apa lagi.
"Saya kehilangan orang tua saya," ungkap Lara dengan suara bergetar sambil menangis.
Melihat itu Irawan segera mendekatinya dan mendekap tubuh Lara. Ia mengerti sakali bagaimana perasaan gadis itu saat ini. "Lara tenanglah, saya akan membantu kamu," jelas Irawan.
Lara menangis dibalik dada bidang polisi muda itu. Sisanya tim lain terus menggeledah seisi rumah Edel berharap sesuatu bisa menuntun mereka agar menemukan petunjuk dari Juna. Ini konspirasi yang sangat besar. Mengingat, orang tua Lara adalah jajaran orang-orang terpandang yang saat itu cemerlang dibidang properti dan beberapa hotel.
Edel terdiam menatap Lara yang menangis sesenggukan. Rasa bersalah atas adiknya membuatnya hanya bisa menundukan kepala.
Irawan membawa Lara kembali ke mobil untuk mengantarnya pulang. Wajah gadis itu terlihat sendu dan matanya menyimpan banyak kesedihan.
Lantas, bagaimanakah dunianya akan kembali utuh, jika saja kebenaran tentang kasus kematian orang tuanya masih menjadi misteri yang belum terkuak.
Keduanya kembali lagi ke Jakarta, Irawan merangkul gadis itu karena tubuh Lara tiba-tiba lemas dan langsung membawanya masuk ke rumah Nyoya Margaret. Wilson yang melihat keduang datang langsung membuka pintu.
"Bagaimana?" tanya Margaret pada polisi muda itu (Irawan).
Keempatnya duduk di sofa. Namun, Lara seperti tengah ingin memisahkan diri dan meninggalkan ketiganya menuju lantai atas.
"Pelaku sudah tiada," terang Irawan.
"Bagaimana mungkin?" tanya Wilson kaget.
Mendengar itu Margaret menghela napas berat. Pantas saja wajah Lara terlihat murung. Ia menutup wajah sedihnya dengan selendang kemudian menyusul Lara naik. Berharap bisa menenangkan gadis itu.
Wilson menatap punggung istrinya sampai wanita itu hilang setelah melewati anak tangga.
"Terima kasih, sudah membantu keponakan saya sampai sejauh ini," ucap Wilson.
"Sama-sama pak, kalau begitu saya permisi dulu," ucap Irawan berpamitan.
***
Lara duduk di depan cermin sambil memegang gadis ibunya. Dicium ya berkali-kali gamis putih itu sampai basah oleh air matanya. Rindu sekali rasanya, ingin memeluk dua orang yang sedang terbaring di tanah itu. Namun, ia tak bisa. Ia frustrasi.
Tiba-tiba Kevin datang dan mengurai kepelukannya. Anak lelaki berumur 14 tahun itu ikut bersedih melihat Lara. Ia pelan-pelan menghapus air mata Lara dengan tangga bergetar.
"Kakak, aku di sini," ucap Kevin menenangkannya. Mendengar itu Lara tersenyum sambil menangis dan mengelus pelan kepala Kevin.
Dua detik kemudian Kevin langsung berlari meninggalkan Lara keluar dari kamarnya, yang membuat Lara kebingungan. Tak lama langkah kaki seseorang terdengar dibalik pintu itu.
Street. Margaret membuka pelan knop pintu. Seketika ia langsung mendapati Lara yang sesenggukan di depan cermin.
"Sayang," ucapnya sambil memeluk Lara.
"Bibi, bukankah Tuhan terlalu jahat kepada saya?" tanya Lara dengan suara bergetar.
"Tidak sayang, tidak," Margaret mengelus pelan kepala keponakannya itu, "Ini sudah menjadi keputusan yang di atas," jelas Margaret sambil menyeka air mata Lara.
Margaret membaringkan Lara di tempat tidur, lalu menyelimutinya. Kemudian, ia bergegas keluar membiarkan Lara menenangkan dirinya dahulu. Dari balik pintu Margaret membungkam mulutnya sendiri. Ia menangis mengingat bagaimana kondisi Lara saat ini. Wilson yang melihat itu langsung bergegas menghampiri istrinya dan membawa Margaret masuk ke kamar mereka.
***
Di sisi lain Irawan tengah sibuk mengirim file berisi permintaan laporan kasus kematian Juna melalui rekannya di Singapure. Ia berharap dengan ini ia bisa lekas mengungkap kasus ini sekaligus membantu Lara.
Dari informasi yang ia dapat ternyata apa yang dikatakan Edel benar bahwa adil lelaki ya itu memang sudah tewas. Kasus kematiannya adalah jatuh dari balkon kamar hotel tempat ia menginap. Namun, ada yang jangal di sini. Saat Adam mengirim file berikutnya kepada Irawan yang berisi foto ia menyadari di tubuh korban terdapat bekas-bekas merah seperti habis di pukul.
Irawan manggut-manggut sambil terus melihat foto itu.
"Ini kematian yang disengaja," ucap Irawan sambil mengetik Email kepada Adam.
Mendapati balasan Irawan, Adam langsung mengecek kembali foto itu. Memang benar yang dikatakan Irawan. Akan tetapi, kejadian ini terjadi sejak 3 tahun yang lalu tak lama setelah kematian orang tua Lara dan ia baru satu tahun di sini. Lalu dengan bukti jelas ini kenapa polisi tak melanjutkan kasus ini saat itu? Dan malah di tutup.
Adam dan Irawan memiliki keyakinan kalau pelaku sebenarnya pasti bukan orang sembarangan. Sebab, ia mampu membayar polisi Singapure dan membungkam mulut mereka agar tidak membuka fakta sebenarnya.
Irawan benar-benar kaget ia tak menyangka kasus ini benar-benar rumit. Pantas saja Lara ngotot waktu untuk membuka kasus ini lagi meski hampir di tutup.
Irawan memijit-mijit kepalanya berharap besok ia sudah punya rencana jitu untuk melakukan penyelidikan berikutnya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (355)

  • avatar
    Jesen Eleek Koyo

    tak pernah mengecewakan aku walaupun kita bukan orang yang diterima oleh para students macam aku ni jenis kalau takda daia nk hidup atau kayu yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomse

    1d

      0
  • avatar
    AdrianaFiffy

    good

    2d

      0
  • avatar
    ArlianiMira

    judul ny sangat seru

    5d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด