logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 3 Mimpi Buruk

Lara duduk di tepi ranjang sembari menetap kosong ke arah jendela. Hari ini ia sudah menemui dosennya dan juga meminta izin untuk tidak masuk kuliah beberapa hari.
Gadis itu hanya diam. Rasanya ada banyak pertanyaan dibenaknya kali ini. Mengingat kemarin tentang kejadian di Loftus Hall. Masinis kereta api dan wanita yang mengaku sebagai seirbhíseach Amberth Warien. Ah, memikirkan itu membuatnya sakit kepala. Detik berikutnya Lara menepuk kepalanya tiba-tiba teringat akan sesuatu. Ia berjalan mengambil laptopnya di atas meja membawanya beserta dirinya naik ke atas ranjang. Lara mengetik nama Amberth di situs penduduk resmi Irlandia yang bisa di akses melalui browser. Namun, tak satu pun orang yang sama persis seperti Amberth.
"Saya yakin, Amberth ini pasti bukan manusia," ucap Lara mengambil kesimpulan sendiri. "Ah, kenapa kemarin gak difoto aja lukisannya," tambahnya lagi dengan perasaan menyesal.
***
Lara terbangun dari tidurnya ia panik karena sudah tak lagi berada di dalam pesawat yang sebelumnya ia naiki. Suasana gelap dan hanya ada beberapa orang di sana dengan pakaian serta cara berbicara yang aneh. Lara menetap beberapa orang itu kemudian mereka tersenyum menatap Lara. Keempat orang itu mendekat dan membuat Lara ketakutan. Detik berikutnya mereka mengeluarkan pisau dan tombak dan ekspresinya yang seperti ingin memangsa Lara.
Lara berlari bersembunyi dibalik semak-semak rimbun. Ia tak tahu ia di mana? Lara membekap mulutnya sendiri agar orang- orang itu tidak menemukan keberadaan ya. Tiba-tiba seseorang dengan sengaja menyentuh pundak Lara dari belakang dan hampir membuat ia terkejut dan ingin berteriak. Lara kenal wanita itu, sangat kenal.
Wanita itu memberi Lara isyarat untuk jangan berteriak dan tetap diam, Lara hanya bisa mengikutinya sambil menganggukan
kepalanya pelan. Wajahnya menyimpan banyak ketakutan kali ini. Detik berikutnya perempuan itu keluar dari semak menghadapi empat orang aneh itu.
Lara melihat dengan mata kepalanya sendiri perempuan itu mengeluarkan cahaya kuning keemasan diri telapak tangannya yang membuat ke empat orang itu berlari ketakutan. Melihat itu Lara mencubit tubuhnya sendiri berkali-kali tidak bisa percaya.
Detik berikutnya ia segera berlari keluar dari semak dan langsung berhambur kepelukan perempuan yang tak lain adalah ibunya.
"Ibu," ucap Lara terisak.
"Lara, jaga dirimu baik-baik," ucap Heart berbicara pada anak gadisnya.
"Kenapa ibu meninggalkan aku sendirian. Tidakkah ibu rindu padaku?" tanya Lara marah sambil sesenggukan. "Jika seandainya ingin pergi kenapa tidak mengajak aku," ucap Lara menangis makin menjadi-jadi.
"Ibu minta maaf sayang. Ibu tidak bisa mengajak kamu," jelas Heart.
Tiba-tiba pelukan hangat itu terasa kosong. Lara sadar ibunya sudah tidak ada lagi. Lara terus berteriak. Namun, tak ada jawaban sama sekali dari ibunya. Lara terus menyusuri lorong. Namun, ibunya benar-benar menghilang.
"Mrs. Lara Aurelea davit,"
"Nyoya Lara Aurelea davit," panggil pramugari yang yang bertugas di pesawat yang tengah Lara naiki.
"Owh." Lara perlahan membuka matanya ternyata ia tertidur.

"Owh, I'm sorry. You screamed when you fell asleep so I woke you up and we also arrived in Indonesia,"
"Owh, maafkan saya. Anda berteriak saat tertidur jadi saya membangunkan Anda dan kita juga sudah sampai di Indonesia," jelas pramugari itu sambil menunjuk ke arah para penumpang lain yang sedang mengantri untuk turun.
Menyadari itu Lara segera membenarkan posisi duduknya. Lara membuka sabuk pengamannya lalu berjalan keluar menuju gedung bandara. Segera setelah itu ia menuju tempat pengambilan bagasi untuk mengambil bagasinya dan langsung menuju pintu keluar bandara sambil memikirkan tentang mimpi anehnya itu.
Di parkiran Papa Wilson sudah menunggunya beserta mama Margatet (tante dan omnya Lara) keduanya menyambut hangat kedatangan Lara. Wilson memeluk dan mencium keponakannya itu, disusul Margaret yang juga melakukan hal yang sama.
"Lho, di mana Kelvin?" tanya Lara yang melihat tidak ada bocah lelaki itu di sana.
Wilson ingin menjawab pertanyaannya. Namun, mama Margatet memberinya kode agar tidak berbicara apa-apa mengenai Kelvin. Melihat keduanya Lara sedikit bingung. Namun, Margaret tiba-tiba saja mengalihkan pembicaraan ketiganya dengan mengajak Lara dan Wilson untuk pulang karena ia ingin segera mengajak keponakannya itu untuk makan siang bersama.
***
Mobil Porsche 718 Cayman milik Wilson yang merupakan produk mobil mewah asal Jerman yang memiliki reputasi tinggi di seluruh dunia, kini sudah terparkir di halaman rumah. Lara turun dan disusul Margaret yang langsung menuntunnya untuk masuk ke rumah.
Posisi sekarang Margaret tengah sibuk di dapur menyiapkan makan siang. Sedang Lara dia langsung naik ke lantai atas untuk beristirahat. Ia rindu sekali dengan rumah ini, rumah ini adalah satu-satunya saksi kebahagiaan keluarganya. Sebelum akhirnya Ayah dan Ibunya tiada, barulah Wilson dan Margaret menempati tempat ini dengan alasan agar bisa menjaga Lara.
Lara berjalan keluar menuju ke kamar Kevin. Di carinya anak lelaki itu. Namun, ia tak kelihatan. Lara masuk ke kamarnya memanggil-manggil Kevin. Namun, tidak ada. Sama-samar Lara mendengar suara air dari balik kamar mandi dengan wajah sumringah ia langsung berjalan dan membuka pintunya.
"Baaa ...," pekik Lara ingin mengejutkan Kelvin. Namun, ternyata kosong.
" BAAA ...," pekik Kelvin yang tiba-tiba saja sudah berada dibelakang Lara. Dengan wajah kaget Lara menatap Kelvin yang sudah mengerjainya itu. "Kamu ya," ucap Lara sambil mencoba meraih tubuhnya agar bisa ia cubit.
Melihat itu Kelvin spontan berlari dan menghindar. "Gak bisa wlee," ejeknya sambil berlari menghindari Lara.
"Dasar kamu ya," ucap Lara geram sambil berlari mengejarnya lagi.
****
Malam ini Lara mendapat Email dari Jessh tentang informasi terkait Amberth. Ternyata benar wanita tua itu tidak ada di Irlandia dan yang paling mengejutkan adalah Jessh kembali lagi ke Loftus Hall. Namun, tidak ada bangunan rumah megah seperti yang mereka datangi kemarin.
Masinis kereta api juga tidak lagi bekerja di sana. Hal terburuknya adalah hanya adalah tempat itu di penuhi kuburan yang mereka datangi sama sekali tidak ada.
"Sial," ucap Lara kaget sembari meremas roknya menahan emosi sekaligus takut. "Siapa wanita itu?" batin Lara.
Kemudian Lara bergegas membalas Email dari Jessh. Ia juga menceritakan perihal mimpinya waktu saat di pesawat. Mimpi yang seolah-olah benar-benar terjadi waktu itu, yang membuat ia syok sekaligus sedih.
Detik berikutnya Jessh membalas pesan Lara, meski berbeda agama Jessh tetap menjadi sahabat baiknya Lara. Pesan yang ia kirim berisi banyak kekhawatiran. Namun, meski begitu ia juga mendoakan Lara agar dapat segera menemukan jawaban dari apa yang menimpanya saat ini.
"See u My bestfreind. Love."
Lara mengakhiri perbincangan mereka berdua melalui Email. Ia bergegas menarik selimutnya dan bersiap untuk tidur karena besok ia harus bangun pagi-pagi menemui Irawan (Polisi) yang akan membantunya menyelidiki kasus kematian orang tuanya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (355)

  • avatar
    Jesen Eleek Koyo

    tak pernah mengecewakan aku walaupun kita bukan orang yang diterima oleh para students macam aku ni jenis kalau takda daia nk hidup atau kayu yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomsel silakan mention kembali apabila ada yang telah berpartisipasi seputar produk dan layanan Telkomse

    1d

      0
  • avatar
    AdrianaFiffy

    good

    2d

      0
  • avatar
    ArlianiMira

    judul ny sangat seru

    5d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด