logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bagian 3

Bukan Putri namanya kalau tidak membuat suatu keributan dimana dia berada. Seperti disaat ini bu Mahna menyuruh seluruh murid kelas XI ipa 2 untuk mengumpulkan Tugas Kimia mereka.
"Natya, kamu ada liat buku tugas kimia aku gak? Tadi aku rasa udah aku masukin kedalam tas. Tapi kok gak ada ya." Putri bertanya pada Natya yang duduk disampingnya.
Natya mengangkat alisnya saat menatap kearah Putri. "Gue gak ada liat, paling ketinggalan lagi dirumah lo. Lokan orangnya pelupa." Sindir Natya pada Putri.
"Tapi Putri Rasa udah Putri masukin kedalam tas sekolah Putri, Natya." Putri masih berkeras kalau dia sudah memasukan buku kimia itu kedalam tas.
"Serah lo deh serah. Gue juga gak tau buku lo ada dimana, kalau ditas gak ada, dirumah lo juga gak ada berarti diambil tuyul tu." Natya berpura-pura serius saat mengucapkannya.
"Tapi buat apa tuyul ngambil buku aku Nat?" Tanya Putri dengan tatapan bingung.
"Buat dia belajarlah. Siapa tau nanti dia gak dibutuhin lagi sama majikannya. Dia kan bisa buat atom atau nuklir buat ngebom majikannya atau dimau jualan bahan makanan kaya tempe, tahu. Terus uangnya bisa buat beli baju, celana, jaket, sepatu, sandal, beras, rumah. Emang elo gak kesian dia cuma pakai kain putih buat jadi kolor dia, udah gitu gak pakai baju, celana sandal terus topi buat nutupin kepala botaknya." Balas Natya dengan membayangkan ekspresi tuyul saat tau kalau dia sedang direndahkan.
"Tuyul kan sejenis setan Nat." Putri menatap Natya dengan cemberut.
"Siapa tau tuyulnya mau tobat."
"Putri mana buku tugas Kimia kamu. Cuma buku tugas kamu yang tidak ada dimeja!" Bu Mahna menatap kearah Putri dengan tajam dan membuat Putri dan Natya yang tadinya berdebat masalah tuyul yang gak tau salahnya apa tapi diperdebatkan, menjadi diam seketika.
Putri menatap kearah Natya meminta bantuan dia tidak mau dihukum keliling lapangan bendera lagi. Baru saja selesai keliling lapangan bendera hingga lima kali putaran bersama Alex karena mereka datang terlambat.
"Putri!! Mana buku tugas kamu!" Putri menatap kearah bu Mahna dengan takut-takut.
"Buku saya gak tau kemana bu. Perasaan saya udah saya masukan kedalam tas sekolah saya sebelum saya berangkat sekolah. Saya mohon bu jangan hukum saya dan saya mohon sama ibu jangan hukum saya lari atau hormat dilapangan bendera saya gak kuat bu. Dari berangkat sekolah sampai sekarang saya belum ada makan bu. Ibukan, ibu yang baik dan bijaksana. Jadi ibu pasti ngerti sama kondisi saya sekarang." Putri melangkah mendekat kearah bu Mahna yang ada didepan dengan memohon dan memperlihatkan puppy eyes.
"Itu salah kamu sendiri yang gak sarapan pagi dan karena kamu gak ngumpul tugas yang ibu kasih beberapa hari yang lalu. Kamu sekarang juga berdiri dilapangan bendera terus hormat sampai jam pelajaran ibu selesai dan kamu membantah ibu kasih kuman yang lain. Yaitu cabut rumput yang ada dilapangan bola pakai sumpit dan kalau belum selesai kamu sambung besok lagi. Kamu pilih yang mana?" Bu Mahna menatap Putri dengan datar bahkan ucapan yang keluar dari mulut bu Mahna sangatlah halu namun menusuk sampai ketulang belakang.
Jadi kalau mau urusan sama bu Mahna harus mikir-mikir dulu sebelum terlambat. Kalau udah terlambat kalian hanya bisa memohon kepada tuhan yang maha esa.
"Kayanya pilihan pertama lebih manusiawi sedikit bu. Walaupun hanya sedikit." Putri tersenyum dengan terpaksa.
"Pergi kelapangan bendera sekarang juga dan jangan coba-coba lari."
Putri menganggutkan kepalanya dan mulai melangkah meninggalkan kelas dengan lesu. Sebelum benar-benar pergi dari kelas, Putri melambaikan tangannya pada Natya sebagai perpisahan dan Putri memperlihatkan wajah sedihnya.
"Nat, jangan kangen sama aku ya. Tapi kalau kamu kangen sama aku tolong bawain minum sama makanan ya." Ucap Putri didepan pintu kelas.
"Lo juga hati-hati, yang kuat ya dineraka. Semoga lo pulang dalam keadaan utuh dan selamat dunia akhirat." Balas Natya.
Bagi para murid di SMA ANTARANA. Dijemur dilapangan bendera adalah neraka yang kedua. Apa lagi disuruh hormat berjam-jam dengan kaki kanan yang diangkat dan tidak boleh memakai alas kaki disaat teriknya matahari.
Kalian pasti berpikir itu kejam dan melanggar peraturan UUD 1945. Namun SMA ANTARANA termasuk dalam salah satu jejeran SMA terfavorit dibandung. Jangan bertanya kenapa bisa masuk dalam jejeran sma terfavorit. Kalau kalian mau bertanya kalian gak akan mendapat jawabannya. Oke Next.
Putri sampai dilapangan sekolah dan langsung melepas Sepatunya dan mulai mengangkat kaki kanannya serta tangan kanan yang hormat pada sang bendera merah-Putih.
"Alam, bagaimana kabarmu sekarang? Mumu merindukanmu. Coba saja kamu tau cara mainnin ponsel pasti mumu udah minta sama kak sekar buat beliin kamu ponsel. Alam mumu masih penasaran sama jenis kelamin kamu. Kamu itu sebenernya jantan apa betina? Udah gitu mumu kelaparan lagi." Putri berbicara dengan terus hormat pada bendera.
Bahkan Putri tidak menyadari bahwa Raja dan Rendy yang sedang membawa buku paket untuk dibawa kekelas mereka mendengar ucapannya barusan.
"Itu cewek waras apa enggak sih. Ngomong sendiri ditengah lapangan. Lagian gue heran Yang namanya Alam itu Hewan apa Manusia?" Ucap Rendy dengan menoleh kearah Raja.
"Gue juga gak tau." Ucap Raja yang kembali melangkah.
"Ja, Raja. Itu cewek pingsan apa tidur Ya." Rendy kembali berucap saat melihat Putri yang tiba-tiba saja terjatuh dan menutup kedua matanya.
Raja langsung menyerahkan buku paket yang dia bawa kepada Rendy dan setelah itu berlari kearah lapangan bendera dimana Putri berada. Sedangkan Rendy kesusahan membawa buku paket.
"Raja. Lo mau kemana? Woy jangan ninggalin gue aja. Raja, Kamprett!" Teriak Rendy namun tidak dihiraukan oleh Raja.
Raja mengendong Putri dan membawanya ke UKS, saat melihat wajah Putri yang nampak pucat bagaikan mayat yang belum dimakamkan. Sedangkan Rendy mengumat dengan membawa buku paket yang tebalnya tak terhitung kekelas XII IPS 1.
************
Putri membuka kedua matanya dengan pelan-pelan walaupun berat terasa namun Putri tetap mencobanya dan tangan Kirinya yang dia gunakan untuk memijat kepalanya yang terasa pusing serta ingin pecah bagaikan kaca yang benik namun rapuh.
"Aku dimana? sama siapa? apa aku masih hidup? bagaimana kabar kak sekar, Bang Bintang sama Kak Bima?" Tanya Putri bertubi-tubi entah pada siapa. Kalau ada yang mau jawab silahkan jawab.
"Di UKS. Lo masih hidup." Jawab Bintang yang bersandar pada dinding tembok uks.
Putri menoleh kearah Raja dengan berlahan. Putri menatap dari atas hingga kebawah. Hanya ingin memastikan bahwa yang dilihatnya benar-benar Raja, tetangga sekaligus kakak kelas barunya.
"Kamu beneran Raja bukan? Bukan sebuah ilususi atau pun fatamorgana yang sering aku tonton ditv. Iyakan." Tanya Putri pada Raja.
Raja melangkah mendekat kearah Putri yang sudah duduk dan bersandar dengan membawakan air minum. Raja menyerahkan air minum itu pada Putri dan setelah itu mengacak Rambut Putri dengan tersenyum Tipis.
Raja menjejajarkan wajahnya dengan hingga bisa dibilang hanya Lima jari dari wajah Putri, yang membuat Putri terkejut bahkan terdiam, namun jantung Putri berdetak sangat kenjang pada saat melihat senyum tipis Raja.
"Gue bukan Ilusi apa lagi sebuah fatamorgana. Gue tanya dan minum air yang ada ditangan lo."
Putri pun langsung menuruti yang diperintahkan Raja. Setalah Putri selesai minum Raja kembali mengajak rambut Putri. "Anak Pintar."
"Raja bisa panggilin dokter gak?" Tanya Putri dengan wajah serius serta khawatir.
"Lo kenapa. Sampai harus dipanggilin dokter?" Tanya Raja balik.
"Jantung aku tiba-tiba aja detaknya kencang banget kaya mau loncat dari tempatnya. Padahal akukan gak ada lari. Terus pasokan udara diruang ini kayanya menipis bikin aku sesak nafas."
"Kamu bawa Minum aja lagi. Gue pergi dulu." Raja keluar dari uks meninggalkan Putri yang kebingungan.
"Pokoknya pulang sekolah. Natya harus nemenin aku kedokter."

หนังสือแสดงความคิดเห็น (241)

  • avatar
    Abd RahmanIman Damia

    i love this apps

    17d

      0
  • avatar
    GusaMuhamad

    aku ingin daimom ff

    19/08

      0
  • avatar
    RidwanDeden

    good novel

    07/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด