logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Chapter 4

Author's POV
"Jean, Apa kau bisa berdansa?" Tanya Michelle untuk yang ke sekian Kali nya. Jean mengangguk "tentu saja."
Michelle kembali menatap cermin,riasannya Sudah cukup bagus,bibirnya merah. Rambut hitam panjangnya digulung Dan dijepit,tubuhnya yang langsing ditutupi gaun merah andalannya. Ia melirik jean di sampingnya,pria itu terlihat mengamati tubuhnya dari tadi. "Dasar mesum" celutuknya.
"Kau sangat cantik,aku ingin mencium bibirmu yang merah itu" ujar Jean. Michelle diam saja,setiap hari jean selalu menggodanya. "Ayo kita pergi" ujar Michelle lalu menarik tangan jean. Ratu mengirim kereta kuda untuk menjemput mereka,Marty juga ikut.
"Aku jarang sekali melihat pria ini keluar rumah" imbuh Marty.
"Lihat saja kulitnya pucat"
"Dia alergi sinar matahari" ujar Michelle.
"Kau tak pernah melakukan itu kan dengannya?"
Mata Michelle membulat sempurna, tangannya mencubit kaki Marty. "Tentu saja tidak,bodoh!" Serunya. Marty tersenyum polos "baguslah".
Sepanjang jalan Marty memerhatikan Jean dari ujung rambut hingga ujung kaki nya. Ketika Jean melirik, Marty membuang muka.
"Maaf,aku merasa tidak nyaman jika kau melihatku seperti ini terus"jean.-
Marty mendekatkan duduknya.
"Michelle,pria ini aneh sekali. Aku tak mengizinkanmu seatap dengannya, biar dia tinggal dirumahku saja" bisik Marty.
"Tidak bisa" jawab Michelle cepat.
"Kenapa?kau mencurigakan,kau tau kan aku menyukaimu?"Marty.-
"Hehehe apa hubungannya?"
"Tentu saja ada hubungannya bodoh!cepat katakan padaku,siapa pria pucat ini?" Seru Marty tak sabar,sebenarnya ia baru tau dari Ibunya beberapa hari yang lalu, ia malah pergi ke hutan.
"Aku kekasihnya,kau membuatnya tak nyaman. Baru pertama Kali ini aku melihat pria yang begitu kepo" ujar jean polos. Michelle menyikut lengan jean.
Michelle's POV
Demi putri Reina,aku harus melupakan Marty,cinta pertama ku.
Keluarga besar kerajaan telah berkorban banyak untuk membantu ku,mereka lah yang memudahkan biaya hidupku selama ayah Dan ibuku meninggal. Aku tak enak jika Reina selalu sedih melihatku bersama Marty,aku harus merelakannya. Lagipula aku tak begitu paham apa itu cinta.
"Dia bohong kan?"
Manik mata marty yang dihiasi cahaya bulan menatap wajahku serius. Ah,sebenarnya sakit mengatakannya. "Ya dia benar" jawabku kaku.
Tak terasa Sudah ada didepan istana, kami bertiga berjalan melewati pintu utama. Hening,Marty terlihat biasa saja Tanpa menatap ke arahku.
Reina berjalan anggun ke arah kami, gaun merah muda dengan hiasan permata dan mahkota di kepalanya menambah keanggunannya. Gadis muda itu memang sangat serasi dengan Marty,berbeda dengan ku yang hanya seorang gadis desa.
Aku Dan Marty memberi salam,tidak dengan jean. Aku mendorong punggung lebarnya agar menunduk. "Dia pacar mu kan,kak Michelle?" Tanya nya. Aku mengangguk, "jean" bisikku. Aku telah mengajarinya tata krama tetapi sepertinya ia sangat angkuh. Untunglah ia menurutiku.
"Yang mulia, senang bertemu dengan anda"jean.-
"Wah, dia tampan." Mata Reina berbinar, kuharap ia beralih ke Jean ketimbang Marty.
"Syukurlah,kalian mau menikah kan?" Tanyanya.
Aku menggeleng cepat, "belum"
"Oh begitu,Marty ayo berdansa denganku" ujar Reina. Kulirik Marty yang mematung disebelahku langsung mengangguk "dengan senang hati, tuan putri" ujarnya. Lagi-lagi Reina bertampik senang,gadis itu ceria selalu. Ayolah,sejujurnya aku agak terkejut melihat respons marty, biasanya ia selalu menolak permintaan seperti itu,bahkan pada Reina.
Mereka berdansa diiringi lagu klasik yang mengalun merdu,ruangan terisi penuh pasangan pria dan wanita yang menari menyambut perayaan malam ini.
"Ayo kita ikut berdansa" ujar jean lalu melingkarkan tangannya di pinggulku dan mengajakku ke tengah kerumunan. Ia sangat lihai menggerakan kaki panjangnya,tak seperti Marty yang sewaktu kecil menginjak jari kaki ku setiap kali belajar berdansa.
"Kau hebat juga" ujarku.
"Aku ini bangsawan di kota ku, hanya saja aku sangat pemilih dengan wanita. Aku suka wanita seperti mu saja yang punya badan sempurna Dan cantik" jelasnya, aku hanya tertawa pelan. "Aku cantik?" Dia mengangguk, hei dia memang sangat tampan, bentuk wajahnya sempurna, tingginya ideal, Dada bidang, Dan kulit pucatnya menawan. Aku yakin ayah ibunya juga sangat sempurna.
Ketika alunan musik semakin melaju, kami berdansa semakin cepat. Jean benar-benar lihai,hingga akhir lagu. Semua orang bertepuk tangan,menatap ke arah kami.
"Pria itu tampan sekali"
"Dia seperti pangeran"
"Ah,apakah wanita itu kekasihnya?"
Suara wanita di sekitarku.
Sesekali aku melirik Marty yang tak jauh dariku, sejak kapan anak itu bisa berdansa? Ia Dan Reina tampak selaras mengikuti alunan musik.
"Hei,fokus sayang" bisik jean.
Aku merinding,napasnya berderu di dekatku. Diam-diam aku menikmatinya,kami saling bertatapan namun kaki ku tetap bergerak.
"Tuan,boleh aku berdansa dengan mu?" Seorang wanita bangsawan bergaun mewah mendatangi kami. Jean menghentikan langkah kaki nya. Wanita lain berdatangan,"dengan ku saja tuan" ujarnya, "kuharap kau memilihku" ucap wanita lainnya.
Tunggu,bukannya meminta pria berdansa saat dia bersama pasangannya itu tidak sopan ?
Tapi aku tak terlalu peduli,aku kembali mencari Marty dan Reina. Mereka tengah tertawa bersama,senyum kecut terukir di bibirku. "Maaf,pacar ku sangat pencemburu" ujar jean. mataku membulat. "Hey!"
"Lihat,dia galak kan?" Tawanya, wanita-wanita itu terlihat kesal ke arahku. Jean menarikku menjauh dari mereka Dan menyuruhku duduk. Ia mengambil minuman.
Lagi-lagi aku bertemu dengan wanita tadi, "apa kau benar-benar wanitanya?" Tanyanya. Aku hanya mengangguk. "Aku Rose,putri Raja Roosevelt II" ujarnya. Aku memberi salam, bingung hendak bicara apa.
"Dengar,kau tak pantas dengan pria itu" ujarnya lagi. "Gadis kampung, sepertimu" dengan nada tinggi.
Mendengar itu aku langsung berdiri. "Hei! Kau boleh merebutnya,asalkan jangan menghina ku. Walau kau putri rosevelt atau putri jasmine aku tak peduli, memangnya apa hubungannya? Apa kau bilang? Gadis kampung?" Seru ku, para tamu undangan tiba-tiba melihat ke arah kami lalu berbisik. "Gadis miskin tak pantas bersama bangsawan" jawabnya santai.
Aku menaikkan alis, "maafkan aku sebelumnya tuan putri yang terhormat, apa sekarang putri raja tak diajari sopan santun?!" Sahutku. Wanita yang bernama rose itu mengangkat tangannya, bersiap melayang ke arahku.
Jean menangkap tangannya sebelum mendarat ke arahku lalu menghempaskannya kasar. "Jangan menyakitinya, aku tak akan memaafkanmu" ujar jean. Dia langsung pergi begitu saja.
Aku langsung mengambil anggur ditangan jean lalu meminumnya karena kesal lalu duduk lagi. Jean ikut duduk di sebelahku sambil tersenyum. "Mau kuambilkan lagi?" Tanya nya. Aku menggeleng sambil memegang tangannya, "disini saja, bodoh"
••••••••
"Hei kau lihat, apa dia calon raja kita?"
Aku melihat ke arah kerumunan, mereka mengerumuni Marty Dan Reina. Raja berjalan ke arah para tamu. "Malam ini putri ku berjanji akan menemui pria idamannya Dan menikah untuk meneruskan tahta ku. "Jelasnya, semua orang bertepuk tangan, beberapa dari mereka mengucapkan selamat.
Aku segera mendekati mereka,ternyata Marty. Apa dia Sudah Gila?ia baru kenal Dan malah ingin menikah?
"Pria itu sepertinya sudah merencanakannya" ucap Jean yakin.
Author's POV
Hati Michelle sesak, air mata hangat keluar dari matanya. "Hei,ini mimpi kan?" Isaknya. "Apa yang kau tangisi?" Tanya Jean. Michelle tetap menangis, apalagi Marty terlihat sangat tulus,Michelle sangat mengenal sahabat masa kecilnya itu.
Jean menarik tangan Michelle keluar istana. "Ayo pulang" ujarnya. Michelle tetap menangis,namun ia mengikuti langkah Jean membawanya entah kemana.
Dalam perjalanan,jean hanya diam. Tangannya menggenggam tangan Michelle. Langkah mereka terhenti di jembatan perbatasan antara istana Dan pemukiman warga. "Kau suka bulan Dan bintang kan? coba kau lihat keatas, malam ini mereka bersinar sangat terang" ujar jean. "Daritadi kau hanya menangis,tersenyumlah."
Michelle mendongak ke atas, diam-diam ia terhibur dengan Jean. "Darimana kau tau?" . "Setiap malam kau mendongak seperti itu ke langit" jawabnya, Michelle tertawa. Jean mengusap air mata Michelle. "Kau sangat menyukainya ya?"
Michelle mengangguk.
"Kalau begitu,lupakan saja"
Michelle hanya diam.
"Tidak bisa secepat itu"
"Akulah yang akan membuat hatimu berdebar mulai Sekarang"
"Tatap aku" ujar Jean sambil membalikkan tubuh Michelle agar bisa menatapnya.
"Boleh kah aku memelukmu?"
"Apa kau bilang?" Tanya Michelle, ia memeluk erat tubuhnya. Michelle mendorong Dada bidang Jean. "Beraninya kau, dasar mesum! " serunya. Jean tak peduli, ia malah terlihat biasa saja. "Apa hatimu berdebar Sekarang?" Tanya nya.
Ia lalu memeluk Michelle lagi, lalu mengelus rambut nya dengan lembut. "Bagaimana kau bisa menyukai orang seperti ku begitu cepat?" lirihnya.
Jean tak menyerah, ia akan terus menggoda gadis itu hingga terpikat dengannya,akhirnya Michelle membalas pelukannya. "menangis lah,kau boleh melampiaskan semuanya padaku" ujar Jean. Michelle mendorong Jean lagi. "Ya ampun,apa yang kulakukan" gumamnya. "Aku tau kau berdebar-debar" ujar Jean. Michelle menyilangkan kedua tangannya di dadanya. "Mesum" ujarnya.
"Aku mendengarnya"
"Vampir punya perasaan yang kuat pada tuannya" Jean.-
Michelle mengiyakan. Ia berjalan ke arah rumahnya, Jean mengikuti.
"Aku lapar" ujarnya.
"Tahan,kita akan sampai" jawab Michelle.
Jean mengusap sisa air mata Michelle dengan tangannya. "aku tidak akan memaafkan orang yang membuatmu menangis itu, bahkan sahabatmu sekalipun" ujarnya. Michelle hanya diam,Jean menggenggam tangannya,menuntunnya berjalan ke rumah.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (92)

  • avatar
    YayaLsnsi

    gila alur ceritanya keren banget👍👍 bikin baper+sedih sihh pokonya kudu baca sampe akhir soal pasti banyak kejutan setiap chapter nya 👍👍 untuk Mimin semangat nulis ceritanya,,Anu nunggu karya-karya Mimin yang lainnya ✨💛

    10/01/2022

      4
  • avatar
    MelCyzxly

    bagus

    15d

      0
  • avatar
    SariSania

    burhan

    20d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด