logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 5

(Pov Jihan 2)
Tanpa ragu sedikitpun, kukasihkan saja uang 500 ribu untuk suamiku.
"Terimakasih sayang,." ucap Mas Randi seraya mencium keningku. "cuppp"
"Iya Mas,." Jawabku sembari tersenyum padanya.
Mas Randi mungkin sudah kangen denganku, tiba-tiba saja dia menciumi aku sampai membuka seluruh pakaianku. Terjadilah hal biasa dalam pernikahan, Mas Randi sangat senang, akupun juga puas. Aku merasa, tak mungkin lah Mas Randi memikirkan wanita lain. Lagian saat denganku juga terlihat sangat agresif dan seperti tidak mau kehilanganku. Kami melakukan 2 ronde saja, setelah itu kita mandi bareng. Aku merasa lelah dan istirahat di kamar, sedangkan Mas Randi yang menyiapkan sarapan untuk kita berdua.
Sungguh suami idaman, bukan hanya ganteng, setia, tapi juga sangat perhatian.
Setelah kami berdua sarapan, Mas Randi pamit untuk pergi ke daerah Dieng dengan motornya untuk kulakan kentang.
Aku hanya diam di kamar, karena tak ada yang di kerjakan, sampai tak terasa aku tertidur lagi, mungkin karena kelelahan setelah pergulatan dengan Mas Randi tadi.
---
"Sayang,.??"
Sebuah suara yang familiar mengagetkan aku, akupun sontak bangun dan kaget juga, ternyata Mas Randi yang memanggilku sebelum menciumku. Dasar suami romantis bikin aku tambah sayang saja.
"Eh, Mas Randi kok sudah pulang,.??" sapaku langsung sebelum memeluknya lagi, aku gak mau kehilangan lelaki ini selamanya.
"Iya sudah, kamu itu kenapa baru bangun,.?? ini sudah sore sayang,." tanyanya sambil mengelus rambutku.
"Apa,.?? ah gak mungkin Mas,." jawabku tak percaya, akupun melepaskan pelukanku padanya dan langsung menoleh ke jam dinding di atas tempat tidurku. Ternyata sudah jampir jam 5 sore.
"Haduhhhh, kenapa aku sampai ketiduran sampai sore, lagian Bapak dan Ibu juga, kenapa gak bangunin aku,." gumamku merasa malu pada suami, suamiku sedang berusaha keras mencarikan nafkah, eh aku malah ketiduran deh.
"Sudah-sudah, kita mandi dulu ayok sekalian lanjutin yang tadi pagi, Mas sudah kangen sama kamu Han,." ucap Mas Randi seraya memeluku dari belakang.
"Hehe iya Mas, aku juga kangen terus sama kamu Mas,." jawabku sedikit malu-malu.
Mas Randi pun membopongku dan membawaku kekamar mandi. Aku merasa sangat bahagia dan senang bagai di bawa terbang ke syurga.
Setelah selesai begituan dan mandi bersama, kami pun sholat berjamaah di dalam kamarku.
"Mas, maaf ya.. Jihan banyak salah sama Mas,.??" ucapku merasa bersalah sembari berbaring di pangkuanya
"Iya Jihan memang banyak salah sama Mas kok,."
loh Mas Randi kok bilang gitu, akupun langsung bangun dan menaikan kedua alisku.
"Hahahaha tadi bilang banyak salah, sekarang kok seperti kaget gitu,.??" tambahnya sebelum terkekeh.
"Ahhhhh, Mas Randi nyebelin,." ucapku seraya mengerucutkan bibirku, memang suamiku ini selalu menggodaku. Sebenarnya aku senang, hanya saja pura-pura marah, gak masalah dong.
"Randi...!!!
Tiba-tiba terdengar suara bapak yang lantang memanggil Mas Randi.
"Mas, kenapa bapak berteriak Mas,.??" tanyaku yang bingung, biasanya hanya Ibu yang teriak-teriak. Lah sekarang kenapa bapak juga ikutan.
"Gak tau Han, Mas keluar dulu ya,.!!" jawab Mas Randi sebelum berdiri dan berjalan keluar.
"Iya Mas, hati-hati.,"
Mas Randi hanya menjawab dengan anggukan kecil. Aku yang khawatir pun mengikutinya keluar.
"Iya Pak, ada yang bisa di bantu,.??" aku bisa mendengar suara Mas Randi ramah pada bapak, aku sendiri hanya berani menguping karena takut kena semprot Bapak.
"Apaan ini Randi, bikin kotor rumahku. cepat bawa keluar dan bersihkan kembali rumahku,.!!!"
"Iya Pak maaf,"
"Mantu tidak tahu diri, tak punya uang dan tak punya pekerjaan, sekarang bawa-bawa barang kotor kerumah kami.,!!
"Iya Pak maaf, biar saya bersihkan lantainya,."
Aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi di luar, karena aku hanya berani menguping.
Tapi mendengar suara Bapak yang menghina suamiku, rasanya hatiku sakit. Ternyata bukan hanya Ibu yang sering membentaknya, bapak juga membentaknya.
"Ya Allah maafkanlah diriku yang tak mampu melindungi suamiku, apakah aku berdosa?? aku seharusnya sudah menjadi milik suamiku, tapi aku tidak berani membelanya, Ya Allah ampunilah dosaku.,' batinku sebelum meneteskan air mata karena tak mampu di bendung lagi.
Aku pun kembali ke kamar, karena tidak mampu merasakan sesaknya di dadaku.
"Aku harus membawa Mas Randi keluar dari rumah ini, atau dia akan menderita batinya,." gumamku pelan seraya mengusap air mataku yang tak mau berhenti keluar.
Aku memutuskan untuk mencari kontrakan saja, sejujurnya aku juga tidak ingin hidup bersama mertua. Takut aku di perlakukan kejam dan jahat. Tapi malah aku yang membawa suamiku ke dalam jurang kekejaman orang tuaku.
Aku segera mengeluarkan ponselku dan menekan tombol panggilan telefon.
Setelah menunggu sebentar akhirnya di angkat.
"Halo,.?? Ada apa Han,.??" sapa Andin di seberang telefon, Andin adalah teman penyanyi.
"Aku bisa minta tolong,?? tolong carikan aku kontrakan yang agak jauh dari rumahku,.!!" aku meminta kontrakan yang agak jauh, karena bila dekat-dekat dengan orang tuaku, bisa-bisa Bapak atau Ibuku terus-terusan datang ke kontrakan dan menimbulkan hal yang sama sekali tidak ku inginkan lagi.
"Oh kamu mau mcari kontrakan, di sini ada tapi agak mahal soalnya rumahnya bagus dan besar,." mendengar jawaban Andin aku sedikit lega.
"Berapa harganya setahun,.??"
"7 juta rupiah kayaknya Han,. kalau kamu berminat nanti langsung kesini saja untuk menyelesaikan negosiasinya, mungkin masih juga masih bisa di nego,."
"Baiklah, nanti aku kerumahmu, sekarang gak ada job kan.,??
"Gila ya kamu,?? masa pandemi seperti ini ya tidak ada lah,."
"hahaha iyaiya, nanti aku kesana,.!?"
"oke bay,."
Setelah ku matikan panggilan, aku merasa sedikit lega juga. Tenyata langsung dapat kontrakannya, masalah rumahnya seperti apa nanti, sebenarnya aku tidak begitu peduli, yang terpeting adalah bisa membawa suamiku tercinta segera keluar dari rumah ini.
Hatiku sakit, kala Bapak dan Ibu bilang suamiku hanya numpang disini. Seharusnya kan Mas Randi juga di anggap sebagai anak di rumah ini, bukan di anggap menumpang.
"Jihan,.??"
Tiba-tiba suara Mas Randi membuyarkan lamunanku, bahkan aku sampai tidak tahu sejak kapan Mas Randi sudah masuk ke kamar.
"Ah Mas Randi,. sudah selesai dengan Bapak Mas,.??" aku mencoba bicara setenang mungkin.
"Aku mau bicara tapi ku harap kamu jangan marah ya Han,.??" pertanyaan dengan wajah datarnya ini yang membuatku sangat khawatir.
"Iya Mas, bicara saja,.!!" aku masih mencoba untuk tenang, padahal jantungku semakin berdetak cepat, aku hanya takut Mas Randi akan meninggalkanku, karena Bapak dan Ibu sudah berkali-kali kelewatan bicara dengan suamimu.
"Mas pengen balik ke rumah orang tua, sepertinya Mas sudah tidak di inginkan lagi di rumah ini,.!!"
Deg..
Ucapan Mas Randi langsung menembus jantungku dengan keras.
"Mas, jangan kembali ya,!! ku mohon jangan tinggalin aku,.??" Aku memohon pada Mas Randi seraya menyatukan kedua telapak tanganku, bahkan saat ini aku kembali menangis.
"Jangan menangis sayang, siapa bilang aku meninggalkanmu,.?? Aku hanya ingin kembali kerumah orang tuaku, kamu juga boleh ikut,."
Apa?? kenapa Mas Randi lupa bahwa aku tidak ingin bersama mertua, aku juga takut.
Oh iya, kenapa aku sampai lupa. Tadi kan aku sudah dapat kontrakan.
"Ah Mas, maaf Jihan lupa, sebenarnya Jihan sudah dapat kontrakan baru saja ini,. apakah Mas Randi bersedia ikut Jihan tinggal di kontrakan,.??"
Aku tidak ingin bicara terus terang, takut suamiku tersinggung bila nanti berterus terang jika aku tak mau tinggal bersama mertua, walaupun dulu dirinya sudah mengetahui.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (244)

  • avatar
    ZafranHariz

    good

    29d

      0
  • avatar
    Kazzim Kazzim

    good

    16/08

      0
  • avatar
    GohanAmo abu

    mantap

    11/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด