logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Pertemuan Dengan Ferdi

Seperti biasanya, Kiara setiap pagi melakukan pekerjaan dengan menyiapkan makanan setiap pagi. Hari ini wajah Andra terlihat kusut akibat kurang tidur memikirkan Kiara yang sekarang berada di depannya. Sedangkan Mimi, sudah menyiapkan suatu kejutan untuk madunya itu. Bibir merahnya merekah mengejek tanpa sepengetahuan kedua orang yang ada di depannya.
Makan pagi selesai, seperti biasanya. Mimi mengantarkan Andra berangkat ke kantor, sedangkan Kiara membereskan meja makan bersama pelayan.
“Kiara, kamu nggak antar aku ke depan?” tanya Andra dengan tatapan mata tajam.
“Harus?!” tanya Kiara masih bengong dan diam di ruang makan. Andra memberikan anggukan tanda Kiara harus ikut Bersama mengantarkan sampai pintu depan.
Mengikuti Andra dan juga Mimi, mengekor di belakang seperti pelayan. Mimi sudah mencium tangan Andra, sekarang giliran Kiara yang mengulurkan tangan hendak mencium tangan suaminya. Buru-buru Mimi menepis tangan madunya dengan pelan, membuat Kiara dan juga Andra terkejut, namun tidak ada yang berani membuka suara. Hanya tarikan napas dari keduanya yang terdengar.
“Ya udah, aku berangkat dulu, kalian baik-baik di rumah jangan bertengkar, apalagi debat yang tidak penting!”
“Oke, Mas. Hati-hati di kantor, aku menunggumu pulang!” ucap Mimi sambil melirik sinis kepada Kiara.
Selepas kepergian Andra, Mimi menarik tangan gadis itu dan membawanya ke taman belakang. Keduanya terdiam, hingga suara keras Mimi terdengar menyakitkan bagi Kiara.
“Kamu jangan ngelunjak ya, ingat! Di sini hanya aku yang menjadi nyonya rumah. Tugas kamu hanya melayani kami, tidak lebih. Kalau Mas Andra sampai jatuh cinta, kamu akan merasakan akibatnya. Camkan itu!! Aku tidak main-main dengan ucapanku, gadis jelek!!” bentak Mimi sambil mengibaskan tangan gadis yang ada di depannya dengan keras.
“I-iya … i-ya Mbak. Aku ngerti , tadi yang minta kan ….”
“Banyak omong kamu ya?! Bisa kan, kamu bilang nggak mau anter ke depan! Emang dasar, gadis gatel, mau cari perhatian Mas Andra, kamu?!” tukas Mimi sambil membentak Kiara. “Jangan sampai aku lihat lagi kejadian seperti ini terulang, ingat itu!!” tegas Mimi menabrak bahu Kiara hingga gadis itu bergerak dan memegang bahunya yang sakit.
Kiara hanya menarik napas, bingung apa yang seharusnya dia lakukan agar kedua majikannya tidak kecewa dengan dirinya. Semua yang dia lakukan salah, baik di mata Mimi maupun Andra. Dengan wajah kusut, dia berjalan menuju dapur membantu pekerjaan para pelayan. Memang itu pekerjaan sebelum dia menjadi istri sah dari Andra, dan sekarang makin bertambah harus melayani Andra di ranjang.
Kiara hanya menggelengkan kepalanya, mengingat posisinya yang buruk dan tidak ada adilnya sama sekali. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, dia harus jalani meski hatinya pedih.
Saat memasak tiba-tiba Kiara teringat dengan Ferdi, yang dia temui kemarin siang. Dia lupa belum menanyakan bagaimana bisa sampai rumah. Dan sudah berada di dalam kamarnya sendiri. Meraih ponsel yang ada di dalam saku, Kiara menghubungi Ferdi.
“Hallo Fer, lo ada di mana?”
“Hallo sayang, surprise nih, gadis kesayangan gue menelpon. Ada apa gerangan?” kata Ferdi dari seberang sambil tertawa.
“Stt … jangan gitu dong! Kagak enak di dengar, pakai sayang segala. Oh ya, gue cuma mau nanya, gimana bisa gue sampai rumah? Bukannya gue minta ke kost-an lo?”
“Hahaha … Kiara … Kiara, lo nggak takut gue terkam? Waduh, nggak kedengeran ini, suaranya putus-putus. Kita ketemu aja di tempat biasanya, oke. Gue janji bakal cerita, hallo … Kee … Kee ….”
Tuttt … ponsel milik Ferdi tidak tersambung ke Kiara.
“Yah, mati deh. Apa sebaiknya gue ke sana? Oke, tunggu gue Fer, lo harus jelasin yang sebenarnya,” gumam Kiara segera membereskan pekerjaannya dan berniat menemui Ferdi di tempat kemarin.
Pukul dua belas siang, Kiara sudah siap dengan celana jeans dan kaos lengan pendek. Tas kecil yang ada di tangan berisi ponsel dan dompet kecil menyertai gadis itu kemanapun dia pergi. Setelah membuka aplikasi online, dia memanggil ojek menuju ke kafe tempat bertemu dengan Ferdi kemarin. Penasaran sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan dirinya, jangan sampai membuat masalah dengan suaminya nanti.
Dengan gayanya yang masih remaja, Kiara menebarkan senyum ke seluruh ruang kafe. Melihat Ferdi sudah duduk sambil minum. Berjalan menuju pojokan, tempat favorit mereka dulu. Kiara hanya bisa mendesah pelan, teringat ucapan Andra kepadanya yang sudah memberikan peringatan.
“Hai, udah lama?” tanya Kiara berbasa-basi melihat Ferdi hanya tersenyum ke arahnya. Terlihat macho, cukup membuat gadis itu terpana.
“Udah dong, mana mungkin gue biarin gadis secantik ini nunggu lama. Mau minum apa?” tawar Ferdi menyodorkan lembaran buku pesanan.
“Biasa aja, lo banyak duit ya sekarang?”
“Yaahh, begitulah, mumpung ada yang tawarin bisnis. Gue juga bisa lakuin, hapy aja dan nguntungin gue juga apa salahnya di terima.”
“Beruntung sekali lo, Fer. Beda ama nasib gue, yang harus bayar utang dan nggak jelas asal usulnya.”
Ferdi terdiam, melirik ke arah Kiara sejenak. Terbersit rasa kasihan pada gadis yang ada di hadapannya sekarang. Selama ini dai mengenal Kiara gadis yang tidak pernah bertingkah macam-macam, sekarang menjadi target pundi-pundi rupiahnya. Persetan, segera dia tepis rasa kasihan kepada gadis ynag ada di depannya tersebut.
“Udah, nggak perlu dipikirin. Rejeki orang beda-beda, mungkin sekarang lagi gue yang hoki, besuk elo, besoknya lagi nggak tahu.”
Kiara terdiam mencoba meresapi apa yang dikatakan Ferdi adalah benar. Sambil meminum jus kesukaannya Kiara menanyakan Kembali kejadian kemarin saat dirinya sudah berada di rumah dan bergumul dengan suaminya. Teringat pergulatan tadi malam, tubuh gadis itu terasa panas. Jiwanya bergejolak ingin merasakan momen itu Kembali.
Ferdi yang melihat Kiara terdiam sambil tersenyum dan mendesah pelan, menyadari jika ada Sesuatu yang sedang dirasakan gadis itu. Mereka sudah lama berteman, tiga tahun lamanya.
semua hal yang dilakukan Kiara, Ferdi selalu tahu. Apalagi Kiara termasuk gadis yang sulit sekali di sentuh laki-laki. Sekarang statusnya sudah bersuami, dan pastinya hubungan ranjang sudah mereka lakukan. Terlihat gigitan warna merah tersembul dari leher, meski samar terlihat jelas jika itu adalah cap bibir orang yang kasmaran, bukan sekedar gigitan nyamuk.
“Hoiii … napa lo jadi bengong?! Busyettt gue cuma dianggap angin aja. Oh, gue tahu pasti lo ingat yang tadi malam kan?” tuduhan Ferdi membuat merona wajah Kiara. Dengan enteng tangan Kiara melayang ke bahu cowok tampan yang ada di depannya.
“Eitts … wah, udah jago main pukul juga ternyata. Kog gue jadi takut ya hehehe …!” lanjut Ferdi tiba-tiba dengan berani mencium tangan Kiara. Spontan gadis itu terkejut dan menarik tangannya yang masih dalam genggaman Ferdi.
“Eh, lo ngapain pakai cium segala!” seru Kiara dengan keras.
“Khilaf, lagian main pukul aja. Mau dengar cerita kemarin nggak?”
Mereka berdua berbincang dengan santainya. Sesekali tangan mereka saling pukul dan tertawa. Terlihat Bahagia seperti sepasang kekasih yang sedang pacaran.
Sedangkan dari arah pintu masuk terlihat sosok pria dewasa yang baru datang dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kafe. Matanya berhenti pada Kiara dan Ferdi yang masih asyik bercanda dan bercerita. Pria itu adalah Andra suami Kiara yang mendapatkan telpon gelap mengenai keberadaan istri mudanya itu.
Gemeretak gigi dan tangannya mengepal dengan napas membuku. Ketika dia akan melangkah mendekati Kiara dan Ferdi, ponselnya berbunyi. Panggilan telpon dari kantor yang mengharuskan dirinya hadir secara mendadak. Andra terdiam sesaat, kemudian menutup telpon dengan kasar. Setelah panggilan telpon, Andra terdiam melihat ke arah Kiara kemudian berbalik keluar dari kafe.
“Tunggu aku di rumah gadis centil. Aku akan habisi dirimu nanti!” gumam Andra melajukan mobil menuju kantor.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (321)

  • avatar
    Agus Nofian

    kentang banget sih....

    13d

      0
  • avatar
    Ptrciaaya

    sangat baik

    20d

      0
  • avatar
    Ariyaindy

    suka😍😍😍

    24d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด