logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 14. Usut Punya Usut, Tak Terusut

"Saya tidak peduli dengan bagaimana pandangan seseorang terhadap saya. Saya hanya peduli bagaimana pandangan pasanganku terhadapku"
[Xyn - MATA CUAN]
***
Hati Xyn menghangat, pelukan erat Asoka membuatnya kembali merasakan sensasi menegangkan namun juga menyenangkan.
Sensasi yang selama 2 Minggu ini redup, sensasi yang membuat suasana hatinya terasa seperti melambung tinggi menuju Nirwana. Tentu saja wajah Xyn yang terkesan dingin sangat membantunya menutupi semua perasaan bahagianya, dikecup sayang puncak kepala Asoka.
"Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan, Asoka. Sa-yang" Katanya sedikit kelu, ia khawatir jika Asoka kesal kepadanya, lagi.
"Sayangnya yang jelas dong! " Keluh Asoka saat telinganya hanya berhasil menangkap samar, panggilan sayang dari Xyn.
"Maunya.. " Gumam Xyn, "Awww... " Ia pura-pura kesakitan ketika Asoka mencubit perutnya kecil.
"Ahahhah.. Lemah!! " Ejek Asoka, meskipun demikian keduanya merasa lega.
"Jadi, mau sampai kapan kita pelukan? pegel berdiri terus" Keluh Asoka, pasalnya berdiri lebih dari 1 jam bukankah itu menyakitkan? meskipun dipeluk oleh orang terkasih kita, bukankah tak menarik fakta bahwasanya kram atau kesemutan adalah sebuah rasa yang tak pernah pandang bulu?
"Ahahah" Xyn tertawa, ia merutuki ketololan nya setiap kali bersama Asoka.
"Mau lanjut di mana? Kamar? sofa? meja kerja atau yang lebih seru lainya? " Goda Xyn menaik-turunkan Alisnya.
Asoka memutar kedua bola matanya jengah, "Halu wae" Katanya dan keluar meninggalkan Xyn terkekeh.
***
Seseorang berpakaian hitam, nampak berdiri mengawasi setiap detik pergerakan Xyn dan Asoka yang kini tengah menikmati waktu kencan mereka di salah satu wahana bermain.
"Saya akan membunuhmu, jika kamu berani membuatnya sakit" Gumamnya, ia lalu pergi meninggalkan merek berdua.
Xyn dan Asoka nampak bermain, menikmati berbagai macam cemilan dan icecream. Kebahagian nampak jelas terpancar di wajah mereka berdua, seakan dunia ini milik mereka berdua. Xyn bahkan tidak memedulikan bagaimana pandangan orang menatap aneh seorang Xyn, lelaki yang memiliki wajah seram kini seolah kehilangan wibawanya.
Xyn tak ambil pusing, dimatanya kebahagiaan dan penilaian Asoka jauh lebih penting. Persetan dengan yang lain.
"Udah yuk, udah jam 9 malam nih" Kata Xyn mencoba mengajak Asoka pulang, ia khawatir jika Asoka kelelahan.
"Besok kita main lagi, okay" Bujuk Xyn.
"Emm... mainya, ke Transtudio Bandung maunya" Kata Asoka manja, Xyn tersenyum menanggapi.
"Okay." Jawabannya mudah.
Senyum Asoka terlihat sangat lebar dan bahagia, ia tak sabar menunggu hari esok.
***
"Baru pulang? " Tanya Ika, waktu menunjukan pukul 11 malam.
Asoka tersenyum bahagia, dipeluknya erat Ika teman kost yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.
"Iya," Jawab Asoka.
"Ihhhh... bahagia banget. Curiga, abis ngapain hayo? " Ledek Ika.
"Xyn, aku balikan sama Xyn" Kata Asoka girang, saking semangatnya ia bahkan menjingkrak-jingkrakkan kakinya.
Ika menggeleng pelan, ia bahagia melihat teman kost yang juga telah ia anggap sebagai adiknya bahagia.
"Besok aku mau ke Bandung, ahhhh akhirnya aku bisa main ke Transtudio Bandung!! " Katanya bahagia.
"Wahhh... Asyik banget" Timpal Ika, saat mereka saling mengurai pelukan Asoka tak sengaja melihat layar komputer Ika yang menyala. Sebuah headline pembunuhan berantai nampak terpampang di layar.
"Kakak masih penasaran dengan kasus pembunuhan itu?" Tanya Asoka nampak tertarik, ia Melangkahkan kakinya menuju layar komputer Ika.
Ika mengangguk, "Hu'um.. Aneh aja, ada banyak kasus tapi tak satupun meninggal petunjuk. Orang yang melakukan pembunuhan ini pasti memiliki IQ yang sangat tinggi, polisi bahkan tak dapat mengidentifikasi motif atau ciri-ciri pembunuh. " Terang Ika, ia benar-benar terlihat seperti seorang detektif handal.
"Kakak yak intel deh, guru TK emang di ajarai ilmu detektif ya kak? kok bisa paham banget gini. Aku aja nih kak, cuma paham tentang per Input an atau per haluan, seperti mencintai dia tanpa tapi. Misal. " Gumam Asoka, Ika sontak melototi Asoka.
"Halah, kemarin aja sok-sokan galau, baper, resah, gelisah mau gimanain Xyn. Putusin atau tinggalin, nah sekarang.. Happy banget kayak bunga yang habis mekar" Cibir Ika, Asoka tertawa.
"Ya itu kan beda, dah ah. Pay aku mau mandi, makan, bobok syantik" Kata Asoka. Di saat Ika lengah, tangan kanan Asoka nampak mengambil sebuah foto yang sangat familiar.
"Jangan kebanyakan neliti kasus kayak gini, gak dibayar juga" Cibir Asoka, sontak gumpalan kertas mendarat tepat di kepalanya.
"Kakak ih" Kesal Asoka, "Dah Ah.. Pulang. Bye" Katanya.
***
Sesampainya di kamar, Asoka tersenyum dengan dingin. Dari dalam sakunya ia mengeluarkan sebuah foto yang berisi gambar tangan salah satu korban pembunuhan berantai. Sepintas jika kita bukanlah seorang yang memiliki jiwa analisa tinggi, detail dan teliti terhadap suatu hal tentu mata kita akan luput dari sebuah petunjuk yang dapat mengantarkan kita pada siapa dalang dibalik pembunuhan itu.
Asoka menatap setitik kecil, daun semanggi.
Ia tersenyum culas, ia berjalan kearah kamar mandinya dan menggeser cermin besarnya. Dibalik cermin itu Asoka meletakan foto itu dibawah kotak kecil yang didalamnya berisi sebuah selang emas, dengan rantai kecil dan hiasan daun semanggi.
Asoka tersenyum, matanya nampak berkilat penuh dengan kebencian.
Treeetttt...
Treeetttt...
Treeetttt..
Sebuah panggilan masuk berhasil mengejutkan Asoka dari lamunanya, ia lalu bergegas menutup kembali cermin itu. Membasuh wajahnya dan segera mengangkat telepon.
Disana, tertera nama Xyn yang menelfonya.
"Hallo, sayang akuh" Kata Asoka dengan nada cantik dan riang.
".... " Disebrang sana, Xyn memgabari Asoka bahwasannya ia telah mendapatkan tiket untuk liburan yang esok hari.
Asoka tertawa bahagia mendengarnya, ia lalu menghujami telfone itu dengan banyak kecupan. Xyn tertawa mendengar betapa bahagianya wanita itu.
Ika yang belum tidur, hanya menggelengkan kepalanya mendengar betapa bucinya teman kosnya itu.
"Hilih, omong doang. Katanya mau matrein pacarnya yang kaya, mau mutusin dan ninggalin dia kalau di sakiti, apaan.. Taunya Balikan" Gumamnya, Ika mencela Asoka yang menurutnya suka omong doang.
***
Ke esokan harinya, seluruh warga komplek dikejutkan dengan berita pembunuhan yang kembali terjadi. Kali ini polisi menemukan potongan tubuh seekor anjing hitam yang mereka tahu merupakan salah satu anjing liar yang gemar menggonggongi warga sekitar komplek.
"Aneh ya mbak, kali ini anjing liar. Nggak habis thinking deh dengan pembunuhnya" Gumam Asoka, yang sontak mendapatkan anggukan setuju dari Ika.
Mereka berdua yang tadinya hendak keluar membeli sarapan, akhirnya mengurungkan niat dan justru ikut merubungi mayat anjing malang itu.
"Kamu menemukan petunjuk nggak mbak semalam? " Tanya Asoka, Ika menggeleng.
"Polisi aja nggak becus nangani kasusnya, lah gimana mbak" Jawab Ika skeptis.
Asoka mengangguk - anggukan kepalanya.
"Harus dibikin viral dulu kali mbak, terus kalau udah viral pasti banyak polisi yang turun tangan. Biasalah cari muka, terus nanti biar kelihatan kompeten, polisi jadiin warga sebagai kambing hitam nya deh. Terus mereka nyari siapa kek yang kira-kira butuh duit buat di sogok. " Asoka berasumasi.
"Hem.. Manarik, habis itu mereka membuat naskah settingan seolah-olah terpola seperti pembunuh yang sebenarnya. Nah warga percaya tuh pastinya, habis itu yang bersangkutan naik pangkat. Dan auto jadi idola deh. " Ika menimpali.
Keduanya terkekeh dengan kehaluan yang sefrekuensi gak jelasnya.
Tanpa mereka sadari, seseorang tersenyum culas kepada mereka.
"Mungkin, kalian memang harus merasakan sendiri sensasi menegangkanya! " Gumam Seseorang itu.
***
Bersambung...

หนังสือแสดงความคิดเห็น (161)

  • avatar
    PerwatiNunu

    good

    22d

      0
  • avatar
    LakambeaIndrawaty

    👍👍👍

    26/07

      0
  • avatar

    mais ou menos

    07/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด