logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 13. Bimbang, Dengarkan Atau Lupakan?

"Mencintai seseorang itu berarti sama dengan berani menahan rasa sakit"
[Asoka- MATA CUAN]
Pada akhirnya, setelah seharian memikirkan keputusan untuk menghadapi masalahnya. Menyelesaikan segala kesalahpahaman nya bersama Xyn, Asoka dengan penuh pertimbangan kembali menginjakan kakinya di restoran tempat ia bekerja.
2 Minggu menghilang tanpa kabar, dan tiba-tiba datang dengan wajah yang nampak tidak baik-baik saja membuat siapa saja yang melihat keadaan Asoka melihat prihatin.
Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Asoka, dan kemana perginya ia selama ini. Namun, kain kasa yang masih setia di keningnya tak mampu menyembunyikan keadaan mentalnya.
Satu persatu dari karyawan mulai kian berbisik-bisik, ada yang prihatin ada pula yang menganggap ini merupakan salah satu tulah dari apa yang dilakukan Asoka.
Beberapa karyawan yang iri terhadap ke cantikan Asoka menganggap bahwasanya selama ini ia menggunakan susuk, asumsi mereka semakin kuat begitu melihat Asoka hari ini yang nampak kian redup aura kecantikannya.
Beruntung syal yang Asoka gunakan untuk menutupi lehernya, bekerja dengan sangat sempurna.
"Permisi kak, saya ingin menuju HRD. Apakah saya di ijinkan masuk? " Sopan Asoka pada penjaga pintu masuk penghubung antara kantor dan Restaurant Xyn.
Penjaga yang mengenal baik Asoka tersenyum mengangguk, "Silahkan." Ia mempersilahkan Asoka memasuki area perkantoran Xyn.
"Selamat siang Pak. Nona muda sudah datang. " Penjaga pintu langsung menghubungi Xyn, begitu melihat Asoka memasuki area perkantoran.
"Terimakasih." Jawab Xyn disebrang sana, ia yang telah di beri tahu kemana tujuan Asoka dengan cepat menghampiri Asoka.
Dari jauh ia dapat melihat punggung Asoka, dadanya sesak melihat tubuh wanitanya terlihat semakin kurus.
Xyn bukanlah orang yang bodoh, dengan kekuatan harta, nama yang besar, jaringan yang luas dan kemampuan bela diri yang mumpuni membuat ia disegani banyak orang. Dengan mudah ia dapat mengetahui dimana letak keberadaan Asoka, namun Xyn tak dapat bertemu dengan Asoka.
Lux, menahan Xyn dan menghajarnya habis-habisan karena telah berani membuat wanita kecilnya kembali mengingat luka lamanya.
***
"Bu Asoka, " Sapa Luna. Ia merupakan HRD di restaurant Xyn. Meskipun usia Luna terbilang jauh lebih muda daripada Asoka, namun wawasan pengetahuannya tak dapat diremehkan.
Luna memiliki paras wajah indo-tionghoa, mata sipit dengan dagu lancip membuat ia terlihat seperti anak yang baru menginjak usia remaja.
"Mbak Luna, apakabar? " Tanya Asoka bas-basi.
"Baik, Bu Asoka bagaimana kabarnya? saya dengar Bu Asoka mengambil cuti sakit? maaf ya Bu, kami semua tidak menjenguk Ibu." Tutur Luna, Asoka merasa terkejut mendengar penuturan Luna, sebab selama ini ia menganggap tak ada satupun yang peduli terhadap kesehatannya.
"Mbak Luna tau darimana? " Tanya Asoka penasaran.
"Pak Xyn, beliau yang memberi tahu kami. Beliau juga yang meminta kami untuk tidak dulu mengunjungi Bu Asoka, kata Pak Xyn. Bu Asoka biarkan istirahat dulu. " Tambahnya.
Asoka terkejut, kepalanya terasa berdenyut. Ia yang awalnya ingin mengajukan surat resign kini berbalik, ia ijin untuk pergi.
"Bu Asoka nggak jadi perlu dengan saya? " Tanya Luna heran,
"Enggak jadi, Pak Xyn ada di ruangannya nggak ya mbak lun?" Tanya Asoka, setelah melihat Luna mengangguk Asoka segera bergegas menuju ruang kerja Xyn. Ada sesuatu hal yang harus ia pastikan sendiri.
"Mereka pasangan yang aneh, tapi UWU" Gumam Luna.
Xyn yang melihat Asoka hendak menghampirinya, ia lalu bergegas lari menuju ruang kerjanya.
***
Asoka POV:
Ada begitu banyak pertanyaan yang kini bersayang di otakku. Tentang Xyn yang ternyata tahu jika aku dirawat, bukankah itu berarti Xyn juga tahu kalau aku memiliki PTSD (Post Traumatic Sindrom Disorder). Jujur saja, hatiku resah memikirkan jika benar Xyn mengetahui penyakit kulit ini.
Bukankah dia akan merasa ilfil? jijik? atau bahkan dia menyesal? PTSD yang kuderita sejak sangat lama seharusnya sudah hilang, ibu sudah menghabiskan banyak hartanya untuk membiayai pengobatanku. Bukankah seharusnya penyakit ini hilang?
Aku tidak boleh membiarkan siapapun mengetahui penyakit ini, aku harus bagaimana?
"Asoka! " Tanya Xyn, ia terlihat terkejut melihat keberadaan ku. Wajahnya terlihat berkeringat dan kelelahan. Habis ngapain dia?
"Kenapa kamu kelihatan kaget gitu? " Tanyaku, sepertinya nada suaraku terdengar ketus.
Aku melihat Xyn gugup, entah mengapa kembali menginjakan kaki di tempat ini sama dengan membuka luka yang belum kering sepenuhnya.
Apakah selesai ini rasanya mencintai seseorang?
Apakah tidak cukup ia menyakiti hatiku? Apakah mencintai seseorang harus sesakit ini?
Melihat Xyn yang nampak gelagapan membuatku berasumsi yang iya-iya. Apakah ia baru saja selesai bercinta dengan wanita lain? apakah aku mengganggu aktivitas mereka?
"Asoka." Bisik Xyn lirih,
"Asoka." Xyn mengguncang tibuhku keras, sepertinya aku melamun.
"Kamu tadi tanya apa? " Kataku, yang tak mendengar penuturan Xyn tadi. Maaf otaku terlalu sibuk mencerna maksud dari tetesan keringat yang kini membuatku kesal.
"Kamu, apa kabar? " Tanya Xyn, terdengar kikuk namun juga terdengar datar ditelingaku.
"Baik, seperti yang kamu lihat. Ouh iya, apakah yang di katakan HRD Luna benar? kamu tahu kemana perginya aku selama ini? tahu darimana? " Tanya ku bertubi.
"Duduk dulu Asoka, " Xyn mencoba mengajak untuk duduk, entah mengapa tubuhku rasanya enggan.
Otaku bahkan membayangkan setiap sudut area tempat ini telah Xyn gunakan untuk berhubungan ah, bukankah itu terdengar menjijikan. Juga menyebalkan.
"Jawab saja, atau kita putus" Kataku, yang sebenarnya hanya mengancam ah menggertak.
"Anu.. kamu nggak perlu tau, Saya tahu dari mana yang jelas. Saya ingin menegaskan sekali lagi, yang kamu lihat waktu itu semuanya salah paham. Saya tidak pernah berselingkuh dengan siapapun salama saya bersama kamu. Kamu salah Paham Asoka! " Kata Xyn, ia terlihat resah.
"Kamu aneh. Yang aku tanyakan darimana kamu tahu kalau aku dirumah sakit!! Aku tidak tanya kejadian menyebalkan itu!!" Kesal ku.
Xyn nampak diam, sepertinya ia tengah berfikir dan mencari kosa kata yang tepat.
"Saya tahu dari CCTV, saya juga yang selama ini membuntuti mu diam-diam. Saya hanya ingin memastikan kondisi kamu baik-baik saja. Saya hanya ingin melihat kamu kembali pulih dan stabil. Saya tidak mendekatimu karena saya sadar, saya adalah orang yang telah menyebabkan kamu sakit." Kata Xyn, jadi apakah benar jika dia telah mengetahui penyakitku?
"Kamu tahu penyakitku? " Tanyaku tergagap. Xyn mengangguk, "Apa kamu takut terhadapku?" Xyn menggeleng.
"Kenapa kamu tidak pergi meninggalkan ku, setelah kamu tahu sakitku? kenapa Xyn? Kenapa!!!? " Teriaku Frustasi, Xyn bergerak menghapus jarak di antara kami.
Air mataku kembali menetes mana kala, tubuhku kembali dapat merasakan hangatnya pelukan Xyn. Betapa ia mampu membuatku tenang, betapa ia mampu membuatku nyaman.
"Bukankah kata kamu, mencintai seseorang itu berarti sama dengan menerima semua kelebihan juga kekurangan seseorang. Mari kita lakukan itu bersama" Bisik Xyn, tanganku membalas pelukannya erat.
Aku merutuki kebodohan dan kecengenganku, ahh betapa bodohnya kamu Asoka.
***
Bersambung...

หนังสือแสดงความคิดเห็น (161)

  • avatar
    PerwatiNunu

    good

    22d

      0
  • avatar
    LakambeaIndrawaty

    👍👍👍

    26/07

      0
  • avatar

    mais ou menos

    07/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด