logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 5 Kembali Abstrak

Jika Lo masih ingin bermain, gue yang berharap agar kita bisa nyelesaikan takdir ini bisa apa?
Kelvin masih membalas chat yang dikirim kan oleh Bella yang meminta agar membelikan nasi goreng. Setelah menghembuskan napas kasar karena berdebat akhirnya Kelvin menuruti keinginan Bella. Pikiran Kelvin tiba-tiba melayang pada kejadian 2 tahun lalu ketika Asifa memutuskan menghilang. Andai saat itu Asifa bisa bersabar dan tak pergi sebelum menjelaskan semuanya pasti ia tak akan berakhir seperti ini. Tapi sayang emosi Asifa lebih besar dari rasa ingin bertahannya.
Tak lama Kelvin tersadar dari lamunannya dan ia langsung pergi untuk membeli pesanan Bella.
Setelah mengantri cukup lama Kelvin pun segera mengantarkan nasi goreng kerumah Bella.
Bel rumah Bella berbunyi dan terlihat Bella dari balik pintu itu dengan muka yang manyun.
"Lama banget sih disuruh beli nasi goreng aja kayak disuruh pergi ke salon." ucap Bella dengan kesal.
"Udah untung gue mau beliin, bukan nya terimakasih sama gue. Lo pikir gampang dapat nya. Gue harus rela ngantri demi nasi goreng Lo tau nggak." jawab Kelvin tak kalah kesal nya dengan Bella.
"Ih kok lo balik marah sih Vin, bukan nya baikin gue." ujar Bella yang kini sudah memeluk lengan Kelvin dengan manja tapi langsung di tepis kasar oleh Kelvin.
"Gue balik ya udah sore, jangan lupa Lo makan nasi goreng nya." jawab Kelvin ketus dan berlalu pergi.
"Kok cepat banget sih Vin? Nggak mau masuk dulu?" Teriak Bella pada Kelvin yang sudah menyalakan motor nya.
Tak ada jawaban dari Kelvin, hanya bunyi motor yang terus melaju meninggalkan rumah kediaman Bella.
Terlalu malas untuk pulang kerumah, akhirnya Kelvin memutuskan untuk pergi ke danau tempat dimana ia dan Asifa selalu berkunjung untuk melepas penat atau untuk sekedar bercerita dulunya.
Setelah membelah jalan akhir nya sampai ia pun langsung melepaskan helm, ketika helm itu terlepas dari kepala Mata Kelvin langsung menangkap sosok yang sedang duduk memandangi danau kala senja itu dengan seragam sekolah yang masih rapi berada ditubuhnya.
Tak perlu melihat wajah nya, hanya dengan seragam yang digunakan dan dari belakang saja Kelvin sudah tau bahwa orang itu adalah Asifa. Tiba-tiba senyum terukir dibibir nya. Sepertinya kali ini ia harus berterima kasih pada Bella yang sudah membuat nya kesal hari ini. Jika bukan karena Bella mungkin ia tak akan kesini dan bertemu Asifa.
"Semua nya udah berubah ternyata, udah nggak sama saat terakhir gue kesini. Seandainya hari itu nggak ada pasti kita masih baik-baik aja." ucap asifa pada diri sendiri dengan sangat pelan.
Kelvin menghentikan langkahnya dibelakang tubuh Asifa ketika suara Asifa mengucapkan kata-kata itu. Entah kenapa ia merasa ada rasa kecewa dalam kata yang diucapkan hingga membuat ia tersenyum pilu, rasanya sakit.
"Masih disini jadi tempat nyaman lo Fa?" ucap kelvin sambil memakai kan jaket nya di punggung Asifa setelah cukup lama berdiri menatap Asifa dari belakang.
Asifa dibuat kaget dengan kedatangan Kelvin yang sangat tiba-tiba ditambah lagi dengan jaket yang dipakai kan oleh Kelvin. Tak ada penolakan dari Asifa saat jaket itu melekat ditubuhnya.  Ketika sadar Asifa tersenyuman tipis sebagai ucapan terimakasih.
"Tempat ini banyak berubah ya Vin" tanya Asifa ketika Kelvin duduk disampingnya.
"Iya Fa, tempat ini di tata ulang 1 tahun yang lalu." jelas Kelvin.
Asifa hanya mengangguk tanpa suara.
"Fa." panggil Kelvin setelah beberapa saat diam.
"Hmmm." jawab Asifa.
"Lo kenapa? kok lo kembali dingin? baru kemarin lo balik kayak dulu lagi dan sekarang lo balik dingin lagi." tanya Kelvin yang kini sedang menatap Asifa.
"Gue nggak apa-apa kok Vin, yaudah gue pulang dulu ya udah mau malam." jawab Asifa sambil melihat jam ditangan nya.
"Tunggu Fa." ucap Kelvin sambil memegang tangan Asifa.
Asifa menatap Kelvin menunggu kata selanjut nya.
"Fa jujur sama gue, apa segitu benci nya lo sama gue sampai lo diamin gue kayak gini? sampai kapan fa lo bakalan kayak gini terus?" Tanya Kelvin dengan suara yang begitu lembut.
Asifa terdiam cukup lama mencerna kata-kata yang diucapkan Kelvin.
"Sampai gue bisa bilang pada takdir gue nggak butuh ending dari cerita ini." jawab Asifa setelah lama terdiam.
"Apa rasa untuk gue udah nggak ada fa? apa celah untuk gue masuk dalam hidup lo lagi dan ulang semua nya nggak ada?" tanya Kelvin dengan suara lirih.
"Lo tanya celah? untuk apa lagi? untuk nyakitin gue kembali? Vin please semua udah berakhir setelah hari itu." ucap Asifa dengan datar.
"Lo bilang nyakitin lo fa? lo jangan seolah-olah lo aja yang merasa tersakiti disini. gue juga tersakiti fa disini." jawab Kelvin yang kini sudah tak selembut tadi.
"Udah lah Vin gue nggak mau ingat yang udah lalu, gue capek Vin dan gue mau pulang." jawab Asifa sambil berdiri melangkah meninggalkan Kelvin.
"Fa sampai kapan pun gue akan tetap sayang sama lo dan tak akan pernah berubah dari dulu, please fa kita berjuang bersama untuk kisah kita." teriak Kelvin dibelakang Asifa.
Ucapan Kelvin tadi mampu membuat langkah kaki Asifa menjadi berat.
"Itu udah dulu Vin dan gue tegasin sama lo kalau gue udah nggak mau terlibat lagi dengan perasaan itu." ucap Asifa sambil menenangkan detak jantungnya akibat ucapan Kelvin tadi.
"Fa seengak nya kita pernah ada di perasaan yang sama dulu dan sekarang kita juga sama-sama terluka dengan rasa itu, apa lo nggak mau berjuang untuk sebuah kebahagian yang terlahir dari rasa itu?" ucap Kelvin yang kini sudah berada di depan Asifa dan kembali menggenggam tangan Asifa.
"Vin aku lagi nggak mau bahas ini lebih lanjut, tolong biar kan aku terbiasa dulu dengan keadaan ini" ucap Asifa sambil melepas kan genggaman tangan Kelvin.
"Yaudah gue antar pulang ya." tawar Kelvin
Asifa hanya mengangguk dan mereka pun meninggal kan danau menuju rumah Asifa.
**
Setelah kejadian didanau, Asifa tak sedingin dulu kepada Kelvin. Ia masih mau merespon ucapan Kelvin lebih banyak dari sebelumnya walaupun dengan jawaban yang ketus.
Kini, disini lah Asifa berada. Dengan rasa bosan yang sudah berakhir. Ia berasa dilapangan basket untuk melihat pertandingan basket Raka. Semalam Raka meminta untuk menonton pertandingan nya. Dengan embel-embel kasian melihat Reva yang sendirian menunggu nya. Ia sangat tau kalau membawa nama Reva itu sangat akan mempermudah adik nya untuk mengiyakan ajakannya.
"Sadewa." teriak Asifa karena terkejut melihat sosok yang ada didepan matanya secara tiba-tiba.
"Hai Fa." sapa Sadewa dengan senyum manis nya.
"Demi apa coba gue nggak salah liat kan. Ini benaran Lo kan Wa." tanya Asifa dengan mengguncang kan tubuh Sadewa.
"Iya, ini gue Fa. Ini gue Sadewa Ilham Pratama. Ngapain Lo masih disitu nggak mau meluk gue" tanya Sadewa yang kini sedang membuka kedua lengan nya.
"Come on baby" sambung Sadewa dengan senyuman manis nya.
Setelah meyakini diri bahwa memang benar itu adalah Sadewa Asifa tersenyum dan langsung memeluk Sadewa membiarkan tubuh mungilnya bersandar pada dada bidang milik Sadewa.
"Kangen." ucap Asifa dalam pelukan dengan manja.
Reva yang berada di samping Raka terkejut melihat Asifa dan sadewa, sedangkan Kelvin menatap Asifa dengan penuh tanya.
"Saat gue rasa cukup Bella aja yang menjadi masalah untuk kita menyelesaikan ending ini, kenapa harus ada yang lain untuk nambah waktu menyelesaikan kisah rumit ini." ucap Kelvin sangat pelan pada diri sendiri ketika ia melihat senyum Asifa yang sudah lama tak ia lihat.
"Kenapa senyum Lo terukir karena orang lain bukan gue." lanjut nya lagi dengan raut wajah yang tak bisa diartikan siapa pun yang melihatnya.
Kelvin langsung pergi meninggalkan lapangan tanpa memberi tahu dulu dengan team nya. Dari pada ia emosi melihat Asifa bermesraan didepan nya lebih baik ia pulang walau hatinya terasa sakit.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (263)

  • avatar
    Lilohh soperohh

    Goog best story. I like it

    01/06/2022

      5
  • avatar
    JkltInara

    👍👍👍👍👍

    21/08

      0
  • avatar
    Li Ya

    Keren bangat

    20/08

      1
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด