logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Diary Skizo

Diary Skizo

indahyulia


บทที่ 1 ODS

"Assalamualaikum, Mas ... aku pulaaang!" seruku lantang dengan senyum terkembang. Meskipun tubuh dan pikiran teramat lelah karena pekerjaan, kuusahakan selalu menampakkan wajah ceria ketika tiba di rumah.
Sudah jam sepuluh malam. Pintu depan tertutup, tapi tak terkunci. Mungkin Mas Ichsan sedang menunggu sambil menonton TV di ruang tengah. Aku pulang dengan sekotak brownies pandan kesukaannya.
Hening tak ada suara televisi. Mas Ichsan tidak ada di ruang tengah. Kucari di kamar, juga tak ada. Lalu kuperiksa kamar tamu, barangkali ia tidur di sana, tak ada juga. Ohhh, mungkin dia di kamar mandi belakang. Sementara jantung ini degupnya mengencang, berbagai prasangka buruk memenuhi pikiran. Kuperiksa dapur, kamar mandi, juga halaman belakang tempat menjemur pakaian, tak kutemukan Mas Ichsan di sana.
Aku duduk di meja makan, menarik napas panjang, lalu mengembuskan perlahan. Okeh! Tenang, Rin! Tenang!
Ohh, ya ampun! Aku lupa, kamar belakang belum kuperiksa, barangkali Mas Ichsan ada di sana. Kamar itu kufungsikan menjadi ruang kerja dan tempat menyimpan buku-buku serta barang berharga. Selalu kukunci jika aku sedang tak di rumah. Tapi, bisa saja kan, dia ada di dalam sana.
Pintu cokelat muda itu kubuka pelan-pelan, tak terkunci. Mungkin dia tahu tempat kusembunyikan kunci ruangan ini. Tampak punggung lelaki kesayanganku duduk di lantai, menunduk, entah sedang sibuk apa.
Alhamdulillah ya Allah ... ternyata ketakutanku tidak terbukti. Lega rasanya. Sempat berpikir kalau Mas Ichsan pergi dari rumah, seperti yang pernah ia lakukan beberapa bulan yang lalu.
"Mas ...." Kusentuh bahunya.
Ia menoleh, tersenyum menunjukkan obeng kecil dalam genggamannya.
Aku berjongkok di depannya, menggigit bibir kuat-kuat sambil memegang dada. Jangan tanya bagaimana detak jantungku, sudah tak terarah karena menahan amarah.
Astagfirullahhalladzim ... astagfirullahalladzim ... ucapku tanpa suara. Berusaha menetralkan amarah yang berkecamuk di dada. Dua tetes air bening lolos dari ujung mata.
Aku diam sejenak, menghela napas.
"Laptopnya kenapa, Mas?" tanyaku perlahan sambil tersenyum. Sekuat tenaga menyembunyikan amarah.
"Rusak ini, Rin. Makanya aku benerin!" jawabnya.
"Ohh ... siapa yang bilang kalau ini rusak?" tanyaku heran.
"Ada yang bilang sama aku, bukan kamu ya, yang bilang?" jawabnya dengan wajah polos.
Aku tahu maksudnya, pasti itu hanya halusinasi.
"Ohh, yaudah, lanjutin nanti lagi ya, benerin laptopnya. Udah malem. Ayo maem kue trus istirahat. Aku beli brownies pandan," ujarku sambil menepikan laptop yang sudah tak jelas bagaimana bentuknya.
Aku bekerja di sebuah koperasi simpan pinjam, setiap akhir bulan memang selalu lembur untuk memeriksa laporan bulanan. Lelah dan letih berkumpul menjadi satu. Apalagi sesampainya di rumah, laptopku sudah tak karuan bagaimana bentuknya. Untung saja, beberapa naskah karyaku sudah kuamankan dalam draft email. Sejak Mas Ichsan sakit, jujur aku kesepian. Setiap malam, yang kulakukan adalah belajar menulis, menyibukkan diri dengan beberapa kelas online. Setiap kali Mas Ichsan berulah, ingin sekali memarahinya, tapi itu jelas tak mungkin. Suamiku bukan orang biasa. Dia ... luar biasa.
Dulu suamiku adalah seorang teknisi komputer freelance yang memiliki sebuah outlet dengan tiga karyawan. Ia lelaki yang baik dan bertanggung jawab, juga sangat menyayangiku. Hidup kami sangat bahagia. Meskipun sampai saat itu, harapan kami akan hadirnya buah hati belum juga terkabul. Mas Ichsan sempat menyarankan untuk berhenti bekerja, tetapi aku masih belum berani mengambil keputusan. Takut menyesal, karena aku tipe perempuan yang tidak betah jika hanya berdiam diri saja di rumah.
Pada tahun kedua pernikahan, kami sepakat untuk menjalani program hamil. Serangkaian pemeriksaan kami lalui, hingga dokter menyimpulkan bahwa suamiku mengalami Azoospermia Obstruktif, yaitu kondisi di mana sel sperma tidak ditemukan dalam cairan semen yang dihasilkan oleh seorang pria karena adanya infeksi tertentu.
Beberapa bulan setelah pemeriksaan itu, Mas Ichsan mulai bersikap aneh. Dia yang biasanya rajin, mendadak menjadi pemalas. Sering tidur di pagi hari dan akan sangat marah ketika kubangunkan untuk pergi bekerja. Emosinya tak stabil. Beberapakali aku bertanya kepada saudara yang seorang psikolog, menurutnya, kemungkinan suamiku mengalami depresi karena kondisi kesehatan reproduksinya yang tak sesuai harapan.
Ya Tuhan ... kalau tahu akan begini jadinya, aku pasti tak 'kan mengajaknya untuk mengikuti program kehamilan.
Beberapa bulan berlalu, kondisi Mas Ichsan semakin parah. Berbagai pengobatan dilakukan, termasuk pengobatan medis dan non medis seperti terapi pijat dan ruqyah. Jalur apa pun akan kami tempuh, asalkan dia sembuh.
Sungguh, sangat kurindukan suamiku yang dahulu. Dia yang sorot matanya selalu penuh cinta. Teduh dan menenangkan. Dia yang tak pernah menolak apa pun mauku, dengan syarat, itu baik untukku. Dia, laki-laki baik hati yang Tuhan kirimkan untuk memperbaiki carut-marut hidupku.
Setelah berdiskusi dengan keluarganya, kami sepakat membawanya ke Rumah Sakit Jiwa. Saat itu, tidak ada seorang pun yang bisa mengajaknya bicara selain aku. Sama sekali tak bisa diajak komunikasi, bahkan oleh ibunya sendiri.
Hasil diagnosa Dokter Jiwa, dia menderita Skizofrenia Paranoid Disorder. Suatu gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya halusinasi, delusi, ketakutan berlebihan, juga kehilangan semangat hidup.
Banyak yang bilang, penyakit itu adalah kiriman orang, semacam guna-guna. Ada juga yang mengira kena karma, kurang iman sehingga diganggu setan. Itu sama sekali tidak benar. Dalam Islam, karma itu tidak ada. Sedangkan jika dibilang kurang iman, Mas Ichsan selalu rutin salat dan pengajian. Bahkan sampai detik ini, ia masih rajin salat meskipun sering lupa bilangan raka'at.
Skizofrenia adalah murni gangguan jiwa. Ada kelebihan neurotransmitter dopamin pada otak si penderita.
Sudah dua tahun ini Mas Ichsan menjadi ODS (Orang dengan Skizofrenia) dan aku menjadi caregiver tunggal untuknya. Itu tak mudah bagiku. Ketika kondisinya sedang tak stabil, memaksanya minum obat adalah hal yang paling menakutkan, tetapi harus kulakukan dengan berbagai macam drama yang kadang berhasil menghadiahi satu atau dua lebam di tubuh.
Kadang, ada rasa lelah. Lelah hati, tubuh, dan pikiran. Ingin rasanya menyerah, tapi selalu kuingat pesan almarhum Nenek saat kami akan menikah. Nasihat pegangan kami, para wanita Jawa.
'Wanita kedah ririh, ruruh, rereh. Wanita harus lembut, stabil emosinya, teduh dan tenang saat menghadapi masalah.'
Wanita terhormat pantang menyerah, apalagi meninggalkan suami ketika nasib menaruhnya di bawah roda kehidupan. Tentu, aku tak sepengecut itu.
***
"Rin, browniesnya enak. Beli di mana?" tanyanya sambil mengunyah.
Aku terhenyak dari lamunan, "Di toko kue seberang terminal. Kenapa, Mas?"
"Cat biru, ya, tokonya? Deket toko komputer? Aku pernah beli di sana," ujarnya.
"Iya bener."
Tentu saja dia pernah ke sana, dulu hampir setiap hari dia membelikannya untukku.
"Aku punya temen kerja di toko komputer sana," ujarnya semringah.
"Oh ya? siapa?" tanyaku.
"Rudi ... Andi ... sama sapa dah aku lupa," jawabnya.
Aku tersenyum, menatap, lalu menggenggam tangannya. Mungkin sudah saatnya untuk pelan - pelan menceritakan tentang kehidupan kami sebelum ia sakit.
"Mas ... dengerin!" ujarku.
"Hmm?"
Dia berhenti mengunyah, sementara masih ada brownies di dalam mulutnya. Lucu sekali.
"Mas, toko itu punya kamu. Rudi sama Andi itu bukan hanya temanmu, tapi karyawanmu," jelasku.
"Toko kue?" tanyanya polos.
Aku tertawa geli. Ya Tuhan... ingin rasanya kucubit bibir itu.
"Bukaaaan, toko komputer itu lho! Di sana ada Rudi, Andi sama Mbak Firo. Mereka itu kerja, kerja bareng kamu," terangku menjelaskan.
"Ohh ... yaudah! Kasihkan ke Andi aja kalo gitu. Kasihan, dia anaknya ada dua, masih kecil-kecil," ucapnya santai.
"Apanya yang dikasihkan?" Aku mengernyit heran.
"Tokonya, katanya punyaku?" balasnya.
Aku tertawa kecil, lalu mencium pipi putih pucatnya. Sepertinya dia belum siap untuk kembali ke kehidupan nyata.
next

หนังสือแสดงความคิดเห็น (41)

  • avatar
    HpAtta

    500

    04/08

      0
  • avatar
    YANTIRIRIN ANRIYANI

    bagussss

    21/07

      0
  • avatar
    SaputraElgan

    keren

    29/04

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด