logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Pesona Bos Tampan

Pesona Bos Tampan

Queeny


บทที่ 1 Pertemuan

Hari ini Hani berada di sini, di sebuah gedung besar sebuah perusahaan ternama. Kemarin, dia mendapat telepon untuk datang interview. Dengan penampilan seadanya, wanita itu berangkat pagi-pagi.
Hani bangun lebih pagi dari biasanya. Menyiapkan sarapan untuk anak dan suami di rumah. Sebenarnya, suaminya ingin mengantar tapi dia menolak. Memilih naik ojek online demi menghemat pengeluaran. Jadi putra mereka bisa dijagakan ayahnya di rumah. Dia memang jarang membawa anaknya keluar, jika memang tidak perlu sama sekali.
"Bismillahirrahmanirrahim," batinnya dalam hati.
Hani mematut dirinya di kaca sebelum berangkat untuk memastikan penampilannya sebaik mungkin. Dia memang tidak terlalu pandai berdandan seperti wanita lain. Tapi rasanya apa yang dipakai kali ini, cukup pantas dan sopan. Doanya hanya satu, semoga bisa diterima bekerja lagi.
Tiga puluh tahun bukanlah usia yang ideal untuk melamar bekerja di sebuah perusahaan swasta. Ada banyak fresh graduated lulusan universitas ternama yang lebih layak lolos seleksi dibandingkan dengannya, ibu satu anak dengan usia matang.
Walaupun pengalaman bekerja cukup banyak, tetap saja dia merasa kurang percaya diri saat memasuki gedung ini. Tapi apa daya, dia harus bekerja lagi. Semoga Tuhan masih memberikan rezeki kepada keluarga mereka.
Lowongan pekerjaan ini sudah sebulan yang lalu dikirim via email, saat tak sengaja membaca iklan yang dipasang di media sosial. Dia juga mengikuti beberapa group di Facebook, supaya lebih mudah melihat lowongan pekerjaan apa yang tersedia, dan cocok dengan bidang dan keahlian yang dimiliki.
Dia melangkahkan kaki dengan penuh keyakinan saat memasuki gedung besar dan bertingkat dihadapannya.
"Silahkan masuk, Ibu Hani," sapa seorang sekretaris yang berwajah cantik, dengan balutan blazer dan rok selutut. Rambutnya disanggul, bau harum parfumnya menggoda.
Hani melirik penampilannya sendiri. Sangat biasa sekali dibandingkan dengan wanita ini. Dia merasa sedikit minder. Apa bisa lolos dengan tampilan seadanya begini? Sementara para pekerja di kantor ini terlihat cukup mewah dalam berpenampilan.
Itu dia perhatikan dari pertama masuk ke tempat ini dan memperhatikan sekelilingnya.
"Apa sesi wawancaranya sekarang ya, Mbak?" tanya Hani. Merasa heran karena tidak melihat ada pelamar lain di ruangan ini selain dirinya.
"Iya, Bu. Hari ini sesuai dengan jadwal yang saya terima, hanya ibu sendiri yang ikut sesi wawancara."
"Pelamar yang lain?" Dia bertanya lagi.
"Mereka semua sudah dari kemarin pagi," jawabnya.
Oh. Jadi?
"Ada berapa orang yang datang?" Ada rasa penasaran di dalam hatinya.
"Kurang lebih dua puluh orang, Ibu." Dia menjelaskan. "Oh iya. Bapak sudah menunggu di dalam." Wanita itu menunjuk ke sebuah ruangan, di mana atasannya sudah datang sejak tadi. Memberi kode agar Hani segera masuk. Sepertinya orang yang ada di dalam tidak suka menunggu terlalu lama.
"Bukannya untuk sesi pertama biasanya R&D yang interview ya, Mbak?" Dia bertanya lagi. Kali ini memang agak berbeda dari biasanya. Karena itulah dia merasa ini agak ... aneh.
"Iya, Bu. Tapi sepertinya Bapak mau cepat, karena posisi ini sudah lama kosong. Untuk sesi ini, beliau sendiri yang akan ambil alih. Nanti, Ibu akan negoisasi gaji dan lainnya dengan R&D kalau lolos." Panjang lebar dia menjelaskan.
Hani mengangguk tanda mengerti. "Baiklah." Dia berjalan masuk ke ruangan itu dan mengetuk pintunya perlahan.
"Silakan masuk." Terdengar suara berat seorang lelaki.
Hani merasa ragu saat melangkah masuk. Jantungnya berdetak kencang. Seketika aroma segar yang berasal dari pengharum ruangan merasuk indera penciumannya. Sejauh mata memandang, ruangan ini sangat nyaman untuk ditempati. Luas, designnya minimalis, dengan wallpaper bermotif abstrak. Ada beberapa lukisan menghiasi dindingnya. Lelaki itu duduk di situ, tanpa melihatnya sama sekali. Dia masih sibuk membolak-balikkan berkas yang ada di tangannya, membacanya dengan teliti.
"Silakan duduk," katanya.
"Selamat pagi, Pak!" Hani menyapanya. Mencoba mengakrabkan diri dan sedikit berbasa-basi.
"Ya."
Hanya itu yang dia ucapkan. Hani melirik sedikit dan mendapati bahwa ternyata itu berkas lamaran pekerjaan miliknya.
"Pagi, Bu. Eh, Mbak aja ya, saya panggil kamu. Terlihat masih muda. Mbak Hani?" Dia mengangkat kepalanya.
Deg!
Ya Tuhan!
Jantung Hani berdetak lebih kencang. Seumur hidup, dia belum pernah melihat lelaki setampan ini. Bahkan suaminya yang katanya cukup tampan, masih kalah jauh.
"I-iya, Pak" jawabnya terbata.
Hani seperti terhipnotis saat pandangan mata mereka beradu. Lelaki ini memiliki dua bola mata yang indah. Hitam dan pekat, seperti magnet yang menariknya ke dalam suatu pusara. Matanya tak berkedip. Sesaat dia terhanyut dan terdiam, tak dapat berkata sepatah pun. 
"Saya Reza, leader di sini. Silakan duduk. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan," katanya santai, seakan tidak melihat wajah yang merah merona dihadapannya.
Hani merasa malu, tapi dalam diam menikmati indahnya ciptaan Tuhan yang berada di depannya ini. Makhluk ini sungguh luar biasa, tenang, dewasa tapi sikapnya sungguh mengintimidasi.
"Baiklah." Dia menarik kursi. Tangannya gemetaran, dalam hati merapal doa-doa. Entah apa yang nanti akan ditanyakan, dia akan menjawab semampunya saja.
Sesi tanya jawab itu berlangsung cukup lama. Hampir satu jam Reza bertanya segala hal. Seperti apa pekerjaan wanita itu sebelumnya, alasan mengapa dia kembali bekerja, bahkan mengenai keluarga. Dia memang tidak mau sembarangan memilih karyawan untuk posisi ini, hingga bertanya secara detail. Mungkin juga, dia memang tipe orang seperti itu.
"Saya rasa cukup sampai di sini. Hasil interview ini tetap akan saya cc kan ke R&D untuk kemudian akan kami diskusi kan mengenai kelanjutannya."
Selesai.
Hani menarik napas dalam. "Baik, Pak." jawabnya.
"Kalau dalam waktu satu minggu tidak ada panggilan, berarti mohon maaf, ya. Mba tidak lolos seleksi," ucapnya datar. Wajahnya terlihat dingin, tanpa ekspresi.
"Tidak apa-apa, Pak. Terima kasih sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti interview ini," katanya tenang. Dia ikhlas sekiranya gagal, yang terpenting sudah mencoba.
"Mbak Hani ada yang ingin ditanyakan?" Dia melipat tangannya di dada. Tubuhnya bersandar di kursi empuk itu. Tatapan matanya tajam, seolah ingin menaklukan lawan dihadapannya ini.
Ingin rasanya Hani ikut bergabung bersamanya, duduk di atas pangkuan lelaki itu.
Ups!
Hani! Hani! Kamu jangan mikir yang tidak-tidak, ya. Ingat anak suami di rumah menunggu. Bisikan itu menggema di kepalanya. Menyadarkannya akan pikiran yang sedari tadi berkelana.
"Tidak ada, Pak. Saya rasa cukup." Dia berdiri, dan berpamitan.
Reza mengulurkan tangan untuk bersalaman. Refleks dia menolak. Sejak memutuskan jadi ibu rumah tangga tiga tahun yang lalu, Hani jarang bersentuhan dengan pria lain kecuali dengan keluarganya. Kebiasaan itu terbawa hingga hari ini.
"Kenapa?" Reza bertanya dengan wajah dinginnya, merasa aneh karena belum pernah mengalaminya. Dia merasa aneh saat ditolak. Karena salamnya tak berbalas, dia menurunkan tangan.
"Maaf. Sa-sa saya ..." ucap Hani terbata. Dia belum pernah segugup ini bertemu dengan seseorang. Tiba-tiba dia teringat, ini kantor dan sikapnya kurang sopan.
"Ada yang salah?" tanya lelaki itu bingung.
"Tidak, Pak. Terima kasih." Kali ini dia yang berbalik mengulurkan tangan.
Reza tersenyum saat mereka berjabat tangan.
Tersenyum?
Ah, mungkin Hani salah lihat.
Dia berjalan keluar dari ruangan itu. Menarik napas lega. Semua pertanyaan sudah dijawab dengan lancar. Tidak ada yang terlewat walaupun ada beberapa yang dia tanyakan ulang karena kurang mengerti.
Semoga dia lolos.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (11612)

  • avatar
    DITAPUSPAADYTIA

    fix perasan2 seperti di aduk2 antara baper bimbang di lema bingung dan sedih terus bahagia awal suami nya seperti idaman dan retak karna masalah ekonomi meski hubungan sudah lama gak menjamin keutuhan . patut di pelajari kehudupan cerita ini. seperti kayalan tapi terasa di dunia nyata best saya jujur terharu😢 apalagi awal keluarga sempurna masalah selalu ada dikehidupan di setiap cerita ❤

    17/08/2022

      0
  • avatar
    Yona Astuti

    saya suka bnget ceritanya ada kelanjutan gak..soalnya seru menginspirasi banyak bnget pelajaran yg dapet dipetik dari cerita ini..semangat ya semoga makin sukses dan ttap dalam lindungan Allah SWT aamiin☺️

    27/01/2022

      0
  • avatar
    lavoisierrz

    keren banget selalu bikin penasaran buat ngelanjutin ceritanya, bahasanya juga mudah dipahami, semangat kak

    21/01/2022

      1
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด