logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 2 Gadis Manja vs Tuan Muda

"Permisi, Tuan. Maaf jika saya mengganggu, ada sesuatu yang mendesak."
Aditya yang tadi tengah memejamkan matanya kini menatap Romi yang menunduk hormat di depannya itu. Belum juga satu menit berlalu semenjak mereka berbicara, ada masalah apa lagi kali ini?
"Hm, ada apa?" tanya Aditya.
Semalam dia tak tidur karena ulah gila Qila, dan sekarang mau tidur pun susah sekali rasanya. Bagaimana bisa gadis sekecil itu menjatuhkannya dari kasur empuk selebar itu bahkan sampai tiga kali!
Sungguh ingin rasanya dia membuang gadis itu. Namun, mendapatkannya saja susah masa mau dilepas begitu saja?
"Nona tidak mau bersekolah dan tidak mau membuka pintu kamar Anda," ujar Romi sedikit ragu.
Bukan ragu karena tuannya akan marah. Melainkan dia ragu memikirkan cara agar jet pribadi ini tidak dipaksa berputar balik karena Aditya memang terkadang sedikit gila.
Lebih ngeri lagi kalau dia diminta terjun detik ini. Romi benar-benar ingin menggali kuburan untuk bersembunyi sementara rasanya.
"Apa?" sahut Aditya tenang.
Namun, dia lagi-lagi ingin membuang gadis itu ke laut bebas. Tapi jelas tak mungkin dilakukannya, jika dia melakukan hal gila maka usahanya selama 10 tahun benar-benar akan sia-sia saja.
"Maaf Tuan, saya hanya menyampaikan apa yang dikatakan para pelayan di rumah," tegas Romi agar Tuan-nya ini mengerti.
"Hng, kau boleh pergi. Biar aku yang mengurusnya," balas Aditya.
Setelah itu Romi membungkuk lantas pergi meninggalkan Aditya di ruangan khusus miliknya. Aditya menghela napas frustasi memikirkan kelakuan calon istri kecilnya yang makin hari makin minta digaplok saja.
Dia memikirkan cara agar bisa membuat gadis itu tunduk padanya. Namun, yang terlintas di otaknya hanya satu, yakni mengancam gadis itu sama seperti biasanya. Tapi, sepertinya cara itu sedikit membosankan.
"Aish, dasar Qila, dia pandai menggoda hingga selalu menawan di mata," gumam Aditya pelan lalu dia terkekeh sebentar dan menatap gundukan awan.
Aditya mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Dia sebenarnya malas memakai ponsel ini. Tapi ponselnya yang satu lagi sudah dihancurkan oleh Qila. Qila-nya itu memang selalu menyenangkan dan hobi menghancurkan.
"Halo," sapa Qila.
"Lagi apa?" tanya Aditya klasik. Pertanyaan itu lebih mirip orang yang sedang dalam masa pdkt.
"Aish Tuan, bukannya anda sudah tahu apa yang sedang saya lakukan sekarang?" kekeh Qila.
Sesaat setelah Qila selesai mengatakannya Aditya membuka cctv yang berada di kamarnya. Di sana tampak Qila yang sedang telentang di atas ranjang mewah milik Aditya.
"Kamu masih mau di situ sampai kapan? Sekolah, kamu masih anak-anak jangan banyak bertingkah, Syaqila," tutur Aditya lembut.
"Tuan lupa ya? Kalo saya masih anak-anak tuan nggak mungkin mau jadiin saya nyonya besar di sini. Yah kecuali tuan muda memang punya bakat jadi pedofil sih," jawab Qila lempeng.
"Syaqila!" Aditya mulai jengkel. Pasalnya dia bukan pedofil. Usia mereka hanya selisih tujuh tahun. Jadi dari sisi mana dia dianggap pedofil?
Tak kunjung mendapatkan jawaban, Aditya pun berteriak sambil memijat pelipisnya pelan. Padahal bila dilihat dari cctv sekarang Qila sedang tak melakukan apa-apa. Lantas mengapa gadis kecil itu tak kunjung menjawab ucapannya tadi?
Meskipun memberikan jawaban, tapi pada akhirnya Qila malah membuat Aditya kian emosi saja. Namun, tetap saja terlihat dengan jelas bahwa dia memang benar-benar ingin obrolan ini segera berakhir.
Aditya mengatakan beberapa kalimat dan dia tak berbohong saat mengatakannya. Dia sekarang masih bisa maklum pada sikap Qila yang memang sangat kekanakan itu.
"Hmm."
Dari jawabannya saja Aditya sudah tahu bahwa Qila memang benar-benar dalam mode malas sekarang.
Belum sempat Aditya mengucapkan sepatah kata Qila sudah nyerobot lebih dulu. Bukan menuruti ucapannya tapi Qila malah pamit untuk tidur lagi. Dan tak butuh waktu lama, gadis itu benar-benar menutup telepon setelahnya. Aditya lagi-lagi hanya bisa mengumpat kesal.
Dia lebih memilih diam untuk kali ini. Biarkan saja calon istrinya yang cantik itu berbuat semaunya. Karena untuk sekarang Aditya harus mencegah agar mamanya tak menjodoh-jodohkan dirinya lagi, dan juga karena dia ingin bersama Qila untuk waktu yang tak ada batasnya.
Hmm iyah, menghalangi mamanya memang jauh lebih penting. Namun, bersama dengan Qila adalah prioritas utama.
Ya setidaknya hal itu berlaku untuk sekarang.
***
"Syaqila?!"
Suara di seberang terdengar jengkel. Namun, Qila tetap mengabaikan hal itu. Dia sedang dalam mode malas berdebat.
"Qila saya ngomong sama kamu ya!"
"Yang bilang tuan ngomong sama setan siapa?"
"Syaqila, mumpung saya masih sabar sekarang, kamu pergi sekolah." Dan kali ini suara Aditya terdengar sedikit lebih lembut.
Namun, tentu saja Qila tak langsung menuruti perkataan Aditya itu. Lagipula dia bukan bonekanya Aditya yang mau saja disuruh-suruh macam ini.
"Hmm," guman Qila pelan tapi membuat Aditya jengkel mendengarnya. "Saya, lagi pengen tidur tuan muda. Dan, saya lagi males dengerin ocehan tuan muda. Jadi teleponnya saya tutup dulu," imbuh Qila kian memperkeruh suasana saja.
Setelahnya Qila benar-benar menutup telepon itu. Bukan hanya itu dia bahkan mematikan ponselnya, lagipula dia punya dua ponsel. Jadi kalau yang satu dimatiin yang dia tinggal main pakai ponsel lain.
"Gitu aja kok repot," cibir Qila lantas menguap dan bersiap tidur lagi.
Memang healing terbaik adalah tidur!
***
Aditya menghembuskan napas lelah. Dalam hati dia merutuk para sopir jet yang tidak berguna itu. Bagaimana bisa mereka menurunkan dirinya tepat di halaman rumah mamanya?
Dengan langkah kaki yang malas Aditya beranjak dari sofa panjang yang tadi digunakannya untuk mengistirahatkan diri setelah perdebatan dengan calon Istrinya tadi. Kedua kakinya mengayun pelan menuju pintu rumah yang terlihat begitu megah. Aditya beberapa saat masih memandangi pintu itu.
Sebenarnya pintunya bisa saja langsung terbuka sesaat setelah dia menginjakkan kaki di rumah ini. Namun, tadi dia sengaja menggunakan mode silent agar mamanya tak menyapa dirinya kelewat heboh. Karena hal itu sangat menyebalkan.
Aditya mengatakan sepatah kata. Lalu pintu itu terbuka dan menampakkan wajah wanita paruh baya yang melahirkannya.
"Sayang."
Laki-laki berusia 23 tahun itu hanya bisa mendengus pelan melihat kelakuan mamanya. Padahal di telepon tadi malam mamanya itu merengek dan berkata bahwa tak mau bicara lagi dengannya. Lalu sekarang ini apa?
"Ma, aku baru sampai. Capek," jawab Aditya pelan.
Dia tak tau berapa lama berada di atas awan. Dan entah kenapa badannya rasanya sangat remuk. Padahal dari rumahnya sampai ke rumah mamanya dia hanya tertidur. Ah tadi dia terbangun untuk menelepon calon istri kecilnya yang juga sedang dalam mode manja itu.
"Ih nggak bisa. Sekarang kamu harus mandi, makan dan setelahnya kita berangkat ke rumah temen mama. Di sana lagi ada pesta minum teh dan mama diundang. Ada cewek-cewek cantik loh, Dit!" seru sang Mama.
Mamanya mengerling. Aditya sih bodo amat. Dia berjalan meninggalkan sang Mama yang terus mengikutinya dan berusaha membujuk agar dia mau ikut serta dalam acara yang sebenarnya kurang kerjaan.
Hanya minum teh biasa sambil pamer harta. Cih, untuk apa dia datang di acara seperti itu? Ya kalau datangnya sama Qila jelas itu beda cerita.
"Aku capek, Ma," ujar Aditya lagi.
Lalu dia menutup pintu kamarnya dan membiarkan mamanya yang sibuk bermonolog di depan sana. Lagipula dia tak perduli seberapa banyak wanita yang akan hadir dalam acara itu. Karena bagi Aditya hadirnya Qila dalam hidupnya saja sudah lebih dari cukup.
"Aku gak butuh wanita lainnya, Ma," lirih Aditya yang bersungguh-sungguh atas ucapannya itu.
-Bersambung....

หนังสือแสดงความคิดเห็น (183)

  • avatar
    Yuie0ica

    HAIIII ,NICEE STORRYY GL FOR YOU

    2d

      0
  • avatar
    comelnona

    bagus

    17/07

      0
  • avatar
    Zeti Durrotul Yatimah

    Qla harus bersikap lebih dewasa

    10/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด