logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 4 Bagaimana Kedepannya?

Alex sedang duduk santai di salah satu bangku di atas rooftop sekolahnya, dia jarang datang ke tempat ini. Hanya sekali-kali, itu juga saat pikirannya sedang kalut. Entah mengapa dia merasa tempat ini dapat menenangkan perasaannya.
Angin yang berhembus dengan tenang dapat mengusir sedikit pikirannya yang ramai akhir-akhir ini. Selama beberapa hari ini, Alex tidak membuat masalah lagi di sekolah, ia tidak membolos atau berkelahi seperti yang dilakukannya sebelumnya.
"Kita udah nyariin lo kemana-mana, ternyata lo disini" Ucap Tomo yang baru saja sampai di rooftop.
"Lo kenapa gak akan panggilan gue sih?" Tanya Raihan dengan kesal pada Alex namun sedetik kemudian Raihan menghembuskan nafasnya kasar, mencoba menetralkan rasa kesalnya pada Alex.
"Ponsel gue mati" Jawab Alex disertai dengan kekehan kecil.
"Ketawa lagi lo, kenapa lo gak charger ponselnya?" Tanya Tomo yang tidak terima dengan kekehan Alex, harusnya cowok itu merasa bersalah bukan malah seperti itu.
"Iya gue minta maaf karna udah ketawa, gua lupa bawa charger" Alex bukanlah orang yang candu terhadap ponsel, dia bahkan tidak terlalu peduli jika banyak notifikasi yang masuk ke ponselnya.
Tomo dan Raihan duduk di bangku yang ada di rooftop, bangku yang tidak terlalu jauh dari bangku Alex.
"Lo lagi ada masalah? Biasanya lo ke rooftop kalo lagi ada masalah" Tanya Tomo yang sudah sangat hafal dengan kebiasaan Alex, entah mengapa melihat Alex yang seperti ini membuat Tomo sangat bersedih.
"Nggak" Jawab Alex singkat tanpa memandang ke arah Tomo, pandangannya menatap lurus ke atas, kepada awan-awan yang bergerak bebas di langit yang biru.
"Lo gak bisa bohongin kita, kita tau kalo lo lagi ada masalah" Ucap Raihan menanggapi jawaban singkat yang diberikan oleh Alex.
"kalo udah tau kenapa nanya?" Alex menatap keduanya yang melayangkan pandangan bersahabat padanya.
"Kita emang udah tau, kita nanya buat mastiin aja. Yakan Han?" Ucap Tomo yang hanya dibalas anggukan oleh Raihan.
"Cerita sama kita kalo lo punya masalah, jangan disimpen sendiri" Ucap Raihan bijaksana.
"Bener Lex, lo gak boleh nyimpen masalah lo sendiri, itu gak baik jadi lebih baik lo cerita sama kita mana tau setelah lo cerita beban di pundak lo bisa lebih ringan" Tomo mengucapkan perkataan itu seraya menatap Alex lekat.
Alex tertawa setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Tomo dan itu sukses membuat kedua temannya kebingungan.
Tomo mengangkat salah satu alis matanya, kemudian bertanya pada Alex, "Lo kenapa ketawa? Perasaan gak ada yang lucu"
"Lo gak cocok Tom kalo jadi bijaksana" Ucap Alex kemudian tertawa lagi, bagi Alex bijaksana bukanlah gaya Tomo.
"Gue lagi serius, lo malah ketawa" Kesal Tomo pada Alex.
Alex menghentikan tawanya kemudian menghembuskan nafasnya perlahan "Gue lagi bingung" Ucapnya serius.
"Bingung?" Tanya Raihan yang mulai mendengarkan dengan serius.
"Iya gua lagi bingung" Alex mengulangi ucapannya lagi.
"Bingung sama apa?" Tomo yang tadi mendengarkan dengan serius kemudian menanyakan sesuatu yang sedari tadi membuatnya penasaran.
"Sama masa depan" Alex menghela nafas kasar, entah mengapa saat membicarakan hal ini membuat dadanya menjadi sesak seketika.
"Masa depan? Maksud lo?" Tanya Raihan yang belum mengerti arah pembicaraan Alex.
"Gue gak tau kedepannya mau gimana, awalnya rencana gue mau kuliah tapi kayaknya itu gak mungkin, kondisi ekonomi gue yang sekarang gak mendukung buat gue kuliah. Kalo kerja gue bingung mau kerja apa, gue belum punya pengalaman sama sekali" Alex mengucapkan kalimat itu dengan nada yang sama saat dia berbicara, tidak ada kesedihan yang dia tunjukkan di dalam kalimat itu namun sorot matanya menunjukkan hal yang berbeda, sorot matanya sendu bahkan teramat sendu.
"Lo maunya kuliah atau kerja?" Tanya Tomo dengan nada penuh peduli pada Alex.
"Sekarang gue mau kerja dulu, gue mau bantuin Papa gue" Membayangkan wajah Rano, papanya, membuat Alex benar-benar bersedih. Pria itu sekarang harus bekerja dengan sangat keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, memenuhi kebutuhan hidup anak yang tidak berguna sepertinya. Alex ingin berubah, ia ingin menjadi berguna sekarang. "Kalo lo berdua mau kuliah atau kerja?" Tanya Alex balik kepada keduanya.
"Kuliah Lex" Ucap Raihan singkat, Tomo juga menganggukkan kepalanya, menandakan dia juga akan kuliah terlebih dahulu sebelum bekerja.
Alex juga menganggukkan kepalanya tanda mendukung keputusan Tomo dan Raihan, seandainya ekonomi keluarganya masih seperti dulu, pasti ia dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang bangku kuliah seperti Tomo dan Raihan.
"Tenang aja Lex, kita pasti bantu lo" Ucap Raihan seraya menepuk bahu Alex.
"Iya kita pasti bantu" Tomo ikut menepuk bahu Alex yang satunya lagi.
"Makasih udah mau bantuin gue" Ucap Alex tulus disertai dengan senyuman pada Tomo dan Raihan.
"Nanti gue tanya Papa gue, apa ada kerjaan buat lo" Tomo mengerti bahwa pasti sulit bagi Alex untuk menemukan pekerjaan dengan keadaannya yang sekarang.
"Sama Lex, gue juga akan nanya Papa gue, ada atau nggak kerjaan buat lo" Raihan berharap bahwa akan ada kerjaan yang tersedia bagi Alex nantinya.
"Gue tunggu infonya kalo ada, oh ya, lo berdua mau kuliah dimana? Mau kuliah di dalam negeri atau luar negeri?" Entahlah tapi Alex sangat berharap bahwa Tomo dan Raihan kuliah di dalam negeri saja.
"Gue disuruh kuliah di luar negeri Lex dan gue juga maunya kuliah di luar negeri sih, udah cari-cari universitas juga" Raihan sebenarnya merasa berat untuk meninggalkan teman-teman baiknya dan malas untuk menyesuaikan diri di lingkungan baru namun dia harus dapat melakukannya untuk meraih impian dan cita-citanya.
"Kalo gue di dalam negeri aja Lex, lo tau sendiri kan kalo gue gak terlalu bisa bahasa inggris, udah les bertahun-tahun tetep aja gak bisa. Tempat lesnya kurang bagus kali ya" Berbeda dengan Raihan, Tomo memutuskan untuk kuliah di dalam negeri.
"Lo yang males bukan tempat les lo yang kurang bagus" Ucap Alex dan Raihan bersamaan yang ditanggapi dengan tawa dari Tomo.
"Lagian kalo gue bisa bahasa inggris, gue tetep gak mau kuliah di luar negeri" Tomo berucap setelah tawanya reda.
"Kenapa lo gak mau?" Tanya Raihan penasaran.
"Kalo gue kuliah di luar negeri, otomatis gue tinggal disananya lama, kalo gue lama disana pasti gak ada yang buat papa gue pusing lagi di rumah" Tomo tertawa namun Alex dan Raihan tidak ikut tertawa, mereka berdua bahkan melayangkan tatapan kesal ke arah Tomo.
Melihat tatapan Alex dan Raihan membuat tawa Tomo bertambah keras saja dan begitu terdengar tidak enak di telinga Alex dan Raihan.
"Lo berhenti ketawa sekarang gak? Kalo lo gak berhenti ketawa gue pukul lo sekarang juga" Raihan mengucapkan perkataan mengancam itu dengan nada ketus.
Tomo segera menghentikan tawanya setelah mendengar kalimat mengancam yang dilayangkan oleh Raihan.
"Nggak asik banget lo berdua" Tomo segera melangkahkan kakinya meninggalkan rooftop.
Alex dan Raihan tertawa melihat tingkah Tomo, kemudian mengikuti Tomo meninggalkan rooftop.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (130)

  • avatar
    RhagibIskandar

    keren ceritanya

    2d

      0
  • avatar
    PebraRonal

    4.000.000

    4d

      0
  • avatar
    Yunitafr

    500

    18d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด