logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Nine

Setelah puas menikmati pemandangan desa yang terkenal dengan nama “desa di atas awan” atau Desa Awan, mereka bertiga melanjutkan perjalanan. Dari kaki gunung Mao Shan hingga ke Desa Awan memakan waktu sekitar empat puluh lima menit perjalanan jauhnya.
Satu jam sebelum matahari menyembunyikan dirinya, mereka bertiga telah sampai di Desa Awan. Ling Er meminta Li Yu untuk mengikutinya berjalan ke bagian belakang rumah untuk menyimpan semua kayu bakar tersebut.
Li Yu berjalan di belakang Ling Er, mengikutinya dengan patuh. Sesampainya di depan sebuah gudang di bagian belakang rumah, Li Yu melihat setumpuk besar kayu bakar menghuni hampir sebagian besar isi gudang, lalu dia meletakkan kayu - kayu bakar itu di tumpukan tersebut.
Lalu Ling Er mengajak Li Yu untuk ikut masuk ke dalam rumah, sebab sang nenek telah menyediakan makanan untuk mereka bertiga. Dengan patuh Li Yu mengikuti Ling Er masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, sang nenek telah menghidangkan makan malam sederhana untuk mereka bertiga. Meski makanan yang disajikan oleh sang nenek sangat sederhana, namun harumnya makanan tersebut memenuhi seluruh ruangan di dalam runah.
Malam itu, mereka bertiga menikmati makan malam dengan bahagia, sambil sesekali Li Yu mencuri pandang ke arah Ling Er, begitupun dengan Ling Er yang sesekali menatap lekat wajah Li Yu.
Sang nenek yang menyadari hal tersebut, lantas berpamitan dan meninggalkan mereka berdua di dalam ruang makan, sementara sang nenek masuk ke dalam kamarnya dan pergi tidur.
Kini di dalam ruang makan Li Yu duduk berdua berhadap – hadapan dengan Ling Er. Pandangan matanya menatap lekat ke dalam wajah Ling Er. Wajah yang begitu elok dan mempesona yang dapat membuat siapapun yang menatapnya akan jatuh cinta padanya.
“Li Yu, ceritakanlah tentang dirimu. Aku telah menceritakan tentang diriku.” Akhirnya pertanyaan yang ingin Li Yu hindari pun tiba.
Demi sebuah hubungan yang berlandaskan kejujuran, maka Li Yu menceritakan semua tentang dirinya, orang tuanya dan semua hal yang terjadi pada keluarganya.
Tanpa Li Yu sadari ternyata Ling Er meneteskan air mata, Li Yu dibuatnya tersentak dan bertanya – tanya. ‘Mengapa gadis ini menangis mendengar ceritaku?’ batin Li Yu.
“Ling Er, mengapa kau menangis? Apakah yang salah dengan ceritaku?” tanyanya. Ling Er berusaha untuk menenangkan diri dan menyeka air mata yang membasahi matanya.
Lalu dengan suara yang sedikit parau, Ling Er menjelaskan kepada Li Yu jika ternyata nasib yang dialami oleh Ling Er tidak jauh berbeda dengan Li Yu.
Perbedaannya hanyalah Li Yu mengenal dan mendapat kasih sayang kedua orang tuanya, sementara Ling Er tidak mengetahui siapa dan bagaimana rupa kedua orang tuanya.
Sekali lagi air mata menetes keluar dari mata Ling Er membuat Li Yu terenyuh dan tersentuh hatinya. Lantas Li Yu memegang tangan Ling Er dan menatap wajahnya.
“Ling Er, aku menyukaimu sejak pandangan pertama. Aku tahu ini terlalu tiba – tiba, akan tetapi aku rasa aku tidak dapat membendung lagi perasaan ini. Kuharap kau bersedia memberiku kesempatan,” ucap Li Yu.
Ling Er tercengang dengan semua pengakuan yang dinyatakan oleh Li Yu. Kini Ling Er membalas tatapan Li Yu dengan wajah merona.
“Li Yu, aku bukanlah siapa – siapa. Aku tidak yakin, aku pantas untukmu.” Ling Er mengalihkan pandangannya ke arah lain lalu menundukkan kepalanya.
Li Yu menyentuh dagu Ling Er dan mengangkat wajahnya lalu berkata, “Kau pantas untukku. Akulah yang tidak pantas untukmu. Apakah ini tandanya kau menerimaku?”
“Li Yu, berikanlah aku waktu untuk memikirkannya. Apakah tidak apa – apa?” ucap Ling Er. Li Yu menatap lembut ke dalam mata Ling Er, menganggukkan kepalanya dan berkata, “Ya, biarlah waktu yang menumbuhkan cinta kita dan membuktikan kesungguhanku padamu.”
Karena malam sudah terlalu larut, akhirnya Li Yu bermalam di rumah Ling Er. Hanya dengan beralaskan sebuah kasur tipis dan selimut yang sudah tampak usang, Li Yu merebahkan diri ke atas kasur yang diletakkan di ruang tamu rumah Ling Er, sementara Ling Er tidur bersama sang nenek di dalam kamar.
Malam itu, Li Yu menatap langit – langit rumah Ling Er yang sudah nampak rusak dan berlubang. Lalu diamatilah setiap sudut dari ruang tamu tersebut, hati Li Yu tiba – tiba terenyuh dan merasa kasihan, sebab semua yang ada dalam rumah ini begitu usang bahkan jauh dari kata sederhana.
Namun dalam kesederhanaan itulah, Ling Er terbentuk menjadi pribadi yang rendah hati, pantang menyerah dan bijak dalam menanggapi semua hal.
Meski rumah Ling Er jauh dari kata sederhana, akan tetapi suasana di dalam rumah terasa begitu nyaman. Sebelum masuk ke dalam kamar, Ling Er menyalakan perapian yang berada di tengah ruang tamu untuk menghangatkan Li Yu sebab udara malam semakin lama menjadi semakin dingin.
Pagi harinya, Ling Er mendapati Li Yu yang masih terlelap tidur dengan posisi meringkuk di dalam selimut. Ling Er tersenyum kecil melihat pola tidur Li Yu, yang mirip dengan seekor kucing yang sedang kedinginan.
Akhirnya Ling Er memutuskan untuk memasak makan pagi terlebih dahulu, sebelum sang nenek dan Li Yu bangun. Saat Ling Er sedang menyiapkan bahan masakan di dapur, tiba – tiba terdengar suara seseorang sedang mengetuk pintu belakang rumahnya.
Lantas Ling Er berjalan menghampiri pintu dan membukanya, ternyata berdirilah seorang pria muda di depan pintu. Ling Er mengenali pria tersebut, dia adalah seorang pendekar dari desa sebelah yang bernama Desa Angin.
Pria tersebut bernama Xu Lin. Dia menyukai Ling Er sejak pertama kali melihatnya pada saat berkunjung ke Desa Awan. Sejak saat itu, Xu Lin selalu datang mengunjungi Ling Er dan mengajaknya untuk menjalin sebuah hubungan yang serius.
Hanya saja Ling Er hanya menganggapnya sebagai seorang kakak laki – laki, tidak lebih. Ling Er tidak pernah menyukai Xu Lin. Sebaliknya Xu Lin sangat mencintai Ling Er.
Selain dijuluki sebagai seorang pendekar hebat di daerah sekitar, Xu Lin juga berasal dari keluarga yang terkenal kaya raya dan sangat terpandang di desanya. Ayahnya adalah seorang tuan tanah yang amat disegani, sedangkan ibunya adalah pemilik perkebunan teh.
Hal itulah yang membuat Xu Lin menjadi tinggi hati dan selalu berbuat semena – mena, ditambah apapun yang menjadi keinginannya harus selalu dipenuhi.
Setelah sekian lama menyatakan cintanya kepada Ling Er, namun tanpa hasil. Bahkan seringkali pernyataan cintanya ditolak mentah – mentah oleh Ling Er, membuat Xu Lin menjadi marah dan merencanakan hal buruk pada Ling Er demi mendapatkan cintanya.
Pagi itu, Xu Lin datang dengan sebuah rencana buruk, dia memiliki niat untuk mengambil kegadisan Ling Er dan menjadikannya milik Xu Lin selamanya.
“Kak Xu Lin, apakah yang membawamu datang kemari di pagi hari seperti ini?” tanya Ling Er penasaran. Ling Er tidak berani untuk menatap mata Xu Lin, dan seketika Ling Er merasa ketakutan.
“Ling Er, maukah kau mempersilahkan aku masuk terlebih dahulu,” ucap Xu Lin. Lalu Ling Er mempersilahkan Xu Lin masuk melalui pintu belakang dan mempersilahkannya untuk duduk di bangku yang terletak di dapur rumahnya.
“Katakanlah apa yang membawamu kemari Kak Xu Lin?” tanya Ling Er serius.
Namun Xu Lin tidak menjawab, tiba – tiba Xu Lin bangkit berdiri. Satu tangannya memegang tangan Ling Er, sementara tangan lainnya memeluk pinggang Ling Er.
Ling Er dibuatnya ketakutan, dia meronta berusaha melepaskan diri, namun pelukan Xu Lin menjadi semakin erat.
Ling Er pun berteriak, “Lepaskan aku .....”

หนังสือแสดงความคิดเห็น (71)

  • avatar
    RidwanDeden

    good novel

    09/08

      0
  • avatar
    TonoIvan

    Ok 👍

    18/06

      0
  • avatar
    SafitriPresilia

    goodd

    06/02/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด