logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Six

Dengan berbekal penerangan dari sebuah lentera kecil, Xiao Chen kecil berjalan mengendap – endap dalam kegelapan malam mengikuti langkah Li Yu yang berjalan menuju ke tengah hutan.
Semakin lama Li Yu berjalan semakin jauh ke tengah hutan. Xiao Chen kecil terus berusaha mengikuti langkah Li Yu yang semakin mempercepat langkahnya.
Saat itu, Li Yu belum menyadari jika dirinya diikuti oleh Xiao Chen. Meski Xiao Chen masih kecil namun dia tetap merupakan seekor rubah betina kecil yang kemampuan melihat, berlari dan berjalan dalam kegelapan melebihi kemampuan dari para siluman lainnya.
Tidak berapa lama kemudian, dari kejauhan Xiao Chen kecil melihat Li Yu masuk ke dalam sebuah rumah yang cukup besar dan tidak terlalu mewah.
Xiao Chen kecil mengamati keadaan sekitar rumah yang dimasuki oleh Li Yu dari balik pohon besar yang terletak beberapa meter dari rumah tersebut.
Xiao Chen mengedarkan pandangan matanya ke kiri dan kanan, lalu mengamati dengan seksama aktivitas yang terjadi di dalam rumah. Sekeliling rumah tersebut nampak sepi.
Di sisi kiri rumah terdapat sebuah gudang yang ukurannya tidak terlalu besar. Lalu di sisi kanannya terdapat sebuah kandang kuda dan kandang ayam. Dan di hadapan kedua kandang binatang tersebut terdapat sebuah sumur.
Rumah dan halaman rumah tersebut nampak sangat terawat. Semuanya terlihat bersih dan tertata dengan baik.
Beberapa detik kemudian, Xiao Chen melihat seisi ruangan dalam rumah tersebut menjadi terang. ‘Paman Li Yu pasti menyalakan semua lilin dalam rumah tersebut, hingga rumah ini nampak terang benderang. Apa yang paman lakukan di dalam?’ batin Xiao Chen kecil.
Karena rasa penasarannya yang teramat besar, Xiao Chen kecil memutuskan untuk melihat lebih dekat ke dalam rumah tersebut. Dia keluar dari balik pohon dan berjalan mengendap – endap ke arah pintu utama dari rumah Li Yu.
Hanya dalam beberapa detik, Xiao Chen kecil telah berada di teras depan rumah Li Yu. Kini Xiao Chen melangkahkan kakinya menuju ke sebuah jendela yang terletak di sisi kiri pintu utama.
Dengan mengerahkan seluruh upaya, Xiao Chen kecil berusaha untuk melihat keadaan di dalam rumah, namun semuanya nampak samar dan tidak terlihat begitu jelas apa yang terjadi di dalam rumah.
Harapan Xiao Chen untuk memuaskan rasa ingin tahunya sepertinya hanya tinggal angan – angan, karena dari jendela tidak terlihat apa – apa.
Akhirnya karena sudah terlalu lelah mengikuti Li Yu berjalan masuk hingga ke tengah hutan seperti ini, akhirnya Xiao Chen kecil memutuskan untuk beristirahat sementara di teras rumah Li Yu.
Xiao Chen kecil duduk bersandar pada sebuah tiang. Semakin lama cuaca menjadi semakin dingin. Tubuh Xiao Chen gemetar kedinginan, sehingga Xiao Chen terbangun dari tidurnya.
Lantas Xiao Chen menarik erat jubahnya hingga menutupi semua tubuhnya dan mengatupkan kedua tangannya untuk menghangatkan kedua telapak tangannya yang mulai terasa kaku akibat udara dingin.
Xiao Chen terus bertahan di tengah dinginnya cuaca malam. Bibirnya kini telah terasa semakin kaku dan mulai berwarna keunguan. Pandangan mata Xiao Chen menjadi semakin pudar karena dirinya sudah tidak kuat menahan dinginnya udara.
Tiba – tiba pintu utama rumah Li Yu terbuka. Dalam keadaan setengah sadar Xiao Chen kecil melihat Li Yu berjalan menghampirinya, lalu menggendong dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Xiao Chen merasakan kehangatan dan kenyamanan. Kaki, tangan dan tubuhnya kini merasa jauh lebih baik. Perlahan – lahan Xiao Chen mulai membuka matanya, dia merasakan tangannya digenggam erat oleh seseorang.
Xiao Chen mencoba menoleh ke samping, dilihatnyalah Li Yu sedang berbaring di sebelah Xiao Chen. Tangannya menggenggam tangan mungil Xiao Chen.
‘Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri,’ batin Xiao Chen. Ia menatap lekat sosok Li Yu. Xiao Chen merasakan kehangatan dan kasih sayang yang tulus dalam diri Li Yu. Lalu tanpa Xiao Chen sadari air mata menetes jatuh mengenai punggung tangan Li Yu.
Li Yu yang merasakan punggung tangannya terkena sesuatu langsung terbangun dari tidur lelapnya. Dia merasa takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada Xiao Chen.
Dia menatap lekat ke dalam mata Xiao Chen, menyentuh wajahnya dan berkata, “Xiao Chen, apa yang kaurasakan sekarang? Apa kau sudah merasa baikan?”
Xiao Chen balas menatap wajah Li Yu, menggenggam tangan kiri Li Yu dengan kedua tangan mungilnya dan mengatakan kepadanya jika ia baik baik saja. Sekarang Xiao Chen sudah merasa lebih baik berkat pertolongan Li Yu.
Namun air mata Xiao Chen mengalir semakin deras. Hati kecil Xiao Chen tersentuh dengan kebaikan yang telah dilakukan oleh Li Yu. Selain kedua orang tuanya, Li Yu adalah sosok kedua yang menyayangi Xiao Chen.
Li Yu beranjak mendekati Xiao Chen kecil dan memeluknya. Malam itu, Xiao Chen kecil menangis dalam dekapan Li Yu. Xiao Chen merasakan kehangatan dan perlindungan yang mengisi relung hatinya semenjak kedua hal tersebut pergi seiring dengan kepergian kedua orang tuanya.
“Paman Li Yu, terima kasih telah menolong dan menyayangiku. Aku akan selalu menyayangimu seumur hidupku. Aku berjanji padamu Paman,” ucap Xiao Chen kecil yang mengangkat satu tangannya sebagai tanda bahwa ia berjanji.
Xiao Chen memandang lekat mata Li Yu, menunggu dengan perasaan campur aduk yang bergejolak di dalam hatinya.
Beberapa detik telah berlalu, jawaban dari Li Yu belumlah keluar. Li Yu masih bertahan dalam diam. Perasaan aneh dan terkejutnya belumlah pulih benar.
Seorang gadis kecil yang begitu polos dan sempurna di mata Li Yu berjanji akan menyayanginya seumur hidupnya. Perkataan yang sama persis yang dulu pernah diucapkan oleh seseorang kepadanya. Seseorang yang amat dicintai oleh Li Yu.
Tiba – tiba Li Yu memeluk erat Xiao Chen kecil, dikecupnya kening Xiao Chen dan dielusnya lembut rambut Xiao Chen yang begitu indah dan terawat.
‘Xiao Chen, terima kasih kau sudah mau menyayangiku. Aku pun berjanji akan selalu menyayangi dan menjagamu.” Tangan Li Yu masih menggenggam erat tangan mungil Xiao Chen.
“Bangunlah, aku akan menunjukkan sesuatu padamu. Ikuti aku,” ucap Li Yu. Xiao Chen kecil segera bangkit berdiri dari tempat tidur dan melemparkan pandangannya ke sekeliling ruangan.
Kamar tidur Li Yu begitu terawat dan tertata rapi, bahkan setitik debu pun tidak berani untuk sekedar mampir apalagi untuk menetap di dalamnya. Di sudut kanan kamar terdapat sebuah perapian yang ukurannya tidak terlalu besar dan di depannya terletak meja belajar dengan rak – rak penuh dengan buku.
Xiao Chen berjalan mengikuti Li Yu, tangan Li Yu menggandeng tangan mungilnya. Xiao Chen hanya bisa menatap sesekali ke arah Li Yu tanpa melontarkan pertanyaan kepadanya.
Mereka berjalan menuju ke ruang bawah tanah. Xiao Chen merasakan harumnya bunga mawar menyeruak keluar dari dalam ruang bawah tanah.
Li Yu masih setia menggandeng tangan Xiao Chen kecil, sementara tangan kanannya memegang lilin.
Setelah menuruni banyak anak tangga, akhirnya kaki Xiao Chen menyentuh lantai. Dalam seketika ruangan yang terletak jauh di bawah ruang bawah tersebut mendadak terang.
Ruangan ini lebih mirip dikatakan seperti sebuah kamar tidur seorang bangsawan. Namun anehnya terdapat sebuah peti kaca di tengah ruangan.
Apakah ruangan ini sebuah makam? Siapakah yang berada di dalam peti tersebut?

หนังสือแสดงความคิดเห็น (71)

  • avatar
    RidwanDeden

    good novel

    09/08

      0
  • avatar
    TonoIvan

    Ok 👍

    18/06

      0
  • avatar
    SafitriPresilia

    goodd

    06/02/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด