logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Chapter 37

Setelah mengamati dunia manusia dari kolam kebajikan, akhirnya keberadaan Xiao Chen pun dapat diketahui. Rupanya saat itu, Xiao Chen sedang mengalami kontraksi melahirkan. Gadis itu terbaring di atas tempat tidur sembari mengerang kesakitan. Tampak Ibu Song berlutut di sampingnya seraya menggenggam tangannya.
“Sakit, Bu. Perutku sakit sekali,” ujar Xiao Chen. Keringat membasahi sekujur tubuhnya, erangan kesakitan terdengar setiap beberapa menit.
“Bertahanlah, Xiao Chen. Anakmu akan lahir sebentar lagi. Kau harus kuat,” jawab Ibu Song.
Dewa pengetahuan dan Li Yu yang menyaksikan hal tersebut dari langit lantas saling memandang satu sama lain. Namun, raut wajah sang dewa tampak menahan amarah. Sambil membelai janggut panjangnya yang berwarna putih, sang dewa pun berkata, “Kau tidak memberitahuku jika dia sedang hamil. Anak yang dilahirkannya akan memiliki kekuatan tak terbatas. Apa kau tidak tahu itu? Itulah sebabnya dewa dan siluman dilarang untuk saling berhubungan. Kau telah melakukan kesalahan besar.”
“Aku tidak tahu jika dia sedang hamil. Dia pergi dari rumahku secara diam-diam. Kami memang telah nelakukan kesalahan dengan melakukan hubungan suami istri. Lalu, apa yang harus kulakukan?” Lalu, Li Yu berlutut di hadapan sang dewa sambil memohon agar menolongnya. Dia hanya ingin Xiao Chen dan anaknya selamat.
“Tidak ada jalan lain lagi. Anakmu harus dibawa ke langit dan demi menolong dirimu, dia akan kujadikan muridku.” Sang dewa tampak puas dengan keputusannya. Lalu, dia kembali berkata, “Tapi, kau dan Xiao Chen harus berpisah. Kubur perasaan kalian untuk sementara karena kalian belum boleh bersatu. Ada peraturan untuk setiap dunia dan siapapun yang melanggar peraturan tersebut tidak akan berakhir dengan baik. Demi orang yang kau sayangi maka kau harus melakukan apa yang telah kusampaikan.”
“Ya, Dewa. Aku akan ikuti semua yang kau katakan. Aku akan pergi menemuinya sekarang.”
Singkat cerita, Li Yu turun ke dunia manusia dan menemui Xiao Chen serta Ibu Song. Sepanjang hari dia menemani sang kekasih yang akan melahirkan. Li Yu menggenggam erat tangan Xiao Chen sembari sesekali menyeka keringat yang membasahi wajahnya. Erangan dan rintih kesakitan pun kerap keluar dari bibir mungil Xiao Chen yang membuat hati Li Yu tidak tega.
Selama dua belas jam, Xiao Chen menahan sakit melahirkan, hingga akhirnya sang bayi pun dapat dilahirkan dengan selamat. Seorang bayi laki-laki yang sehat dan sempurna.
Setelah Ibu Song selesai membersihkan tubuh Xiao Chen dan tubuh sang bayi, kemudian Li Yu duduk di samping tempat tidur gadis itu.
“Xiao Chen, terima kasih kau telah melahirkan anak kita dengan selamat. Namun, mengapa kau pergi meninggalkanku tanpa mengucapkan sepatah katapun?” tanya Li Yu ingin tahu.
Raut wajah Xiao Chen tampak sedih. Gadis itu memalingkan wajahnya menatap jendela di mana langit sudah mulai gelap dan bintang pun mulai bertaburan menemani sang bulan menerangi bumi. Kedua matanya berlinang air mata. Dadanya sesak dan bibirnya tak mampu untuk menjawab sepatah katapun.
Rasa cinta dan rindu yang terpendam membuatnya sulit untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya. Li Yu yang melihat linangan air mata, lantas menyekanya menggunakan lengan bajunya, lalu dia berkata, “Jika kau tidak ingin menjelaskan pun tidak apa-apa. Beristirahatlah. Aku akan menunggu di luar membantu Ibu Song menyiapkan keperluan anak kita.”
Lantas, Li Yu pun bangkit berdiri dan berjalan perlahan menuju ke pintu kamar. Tiba-tiba, Xiao Chen menoleh dan memanggilnya. “Paman, aku terpaksa meninggalkanmu, semua demi kebaikan kita. Ibu Song telah menjelaskan semuanya padaku. Dan setelah anak ini lahir, bukankah kau akan membawanya ke istana langit untuk menjadi murid Dewa Pengetahuan bukan? Lakukan apa yang harus kau lakukan jika memang itu semua demi kebaikan kita. Aku percaya suatu saat kita akan berkumpul kembali.”
Sedihlah hati Li Yu mendengar semua itu. Pria mana yang tega melihat keluarganya tercerai berai. Namun, hubungan yang dimilikinya memang tidak biasa. Akan tetapi, Li Yu percaya suatu saat mereka bertiga akan dipersatukan kembali.
“Maaf, aku tidak punya pilihan. Aku mencintai kalian berdua,” ucap Li Yu sambil meneteskan air mata.
“Kau tidak perlu meminta maaf padaku. Setelah ini pergilah dan jaga anak kita baik-baik,” pinta Xiao Chen.
“Pasti. Setelah ini kita akan berpisah, aku akan datang menemuimu di sini entah kapan. Kuharap kau bersedia menungguku.” Li Yu masih tetap berdiri menunggu jawaban apa yang diberikan oleh Xiao Chen.
“Aku akan selalu menunggu kalian di sini sampai akhir hayatku.”
Itu adalah malam perpisahan antara Xiao Chen, Li Yu dan anak mereka. Malam itu juga, Li Yu membawa bayinya pergi ke istana langit dan menyerahkannya kepada Dewa Pengetahuan, lalu dia pergi menemui Kaisar Langit, mengakui semua perbuatannya dan menjalani hukuman agar sang anak dan Xiao Chen terbebas dari hukuman langit, setidaknya itu yang dapat dilakukan olehnya.
Tujuh belas tahun kemudian, anak laki-laki Xiao Chen telah tumbuh dewasa, dia bernama Xiao Ba. Di usianya yang telah dewasa, sang dewa relah memberitahukan semua hal tentang orang tuanya kepadanya dan mengizinkannya untuk turun ke dunia menemui sang ibu bersama dengan sang ayah yang pada hari itu akan terbebas dari hukumannya.
Xiao Ba menunggu sang ayah di gerbang langit. Tidak lama kemudian, Li Yu pun datang menghampirinya. Untuk sesaat keduanya masih tampak canggung dan gugup, lalu Li Yu menarik tubuh anaknya dan memeluknya. Rasa haru dan air mata pun ikut mengiringi pertemuan mereka.
Kemudian, mereka berdua bergegas turun ke bumi untuk menemui Xiao Chen. Saat itu, Xiao Chen yang masih tampak muda tengah duduk merenung di tepi sungai. Ibu Song telah meninggal dunia, meninggalkannya sendirian.
Dari kejauhan, Li Yu sudah melihat keberadaan sang kekasih yang sedang termenung sedih, lantas dia mengajak sang anak untuk berlari serata memanggil nama sang ibu. Xiao Ba pun setuju dan mereka berdua pun berterik, “Ibu.”, “Xiao Chen.”
Xiao Chen yang merasa mengenali suara tersebut lantas menoleh dan mendapati Li Yu yang sedang berlari ke arahnya bersama dengan seorang laki-laki. Air mata kebahagiaan pun turun membasahi wajahnya. Setelah berdiri saling berhadapan, Li Yu langsung memeluk Xiao Chen seraya menciumi keningnya beberapa kali dan berkata, “Ini anak kita. Sekarang kita akan selalu bersama dan tidak akan terpisahkan lagi.”
“Aku bahagia dapat melihat kalian lagi. Aku selalu menunggu saat-saat seperti ini,” ucap Xiao Chen.
“Sekarang kita akan selalu bertiga selamanya. Jangan bersedih lagi,” jawab Li Yu.
Xiao Chen menyentuh wajah Xiao Ba sambil menangis. Xiao Ba langsung berlutut di hadapannya dan memeluk kaki sang ibu. Kemudian mereka bertiga saling berpelukan seraya menangis penuh haru dan rasa syukur.
================================================THE END===================================================

หนังสือแสดงความคิดเห็น (71)

  • avatar
    RidwanDeden

    good novel

    09/08

      0
  • avatar
    TonoIvan

    Ok 👍

    18/06

      0
  • avatar
    SafitriPresilia

    goodd

    06/02/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

จบ

คำแนะนำสำหรับคุณ