logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 10 Air Hangat

Edward membunyikan klakson mobilnya berulang kali, namun setelah sepuluh menit berlalu, pagar yang menjulang tinggi itu tidak kunjung terbuka. Edward kembali membunyikan klakson untuk kesekian kalinya dibarengi dengan keluhan bahwa para pekerja sepertinya harus lebih didisiplinkan.
Ya, mereka sudah sampai di rumah yang akan Ellard dan Emily tinggali. Rumah yang memang Ellard huni selama ini.
Pintu gerbang terbuka, Edward menoleh ke belakang dengan cepat, terlihat bahwa Ellard dengan santainya mengarahkan sebuah remote kecil ke arah gerbang tersebut.
“Para pekerja cuti massal,” Ellard menggidikkan bahunya. Tentu saja itu hanya alasannya saja. Ia memang sengaja untuk membuat sahabatnya kesal dengan memerintah para pekerjanya agar tidak membukakan pintu gerbang untuk mereka.
“Kenapa tidak melakukannya sejak beberapa menit lalu?” hardik Edward dengan wajah kesal.
“Aku lupa.”
Pintu gerbang terbuka dengan sempurna, yang terlihat hanya halaman yanng terhampar luas yang dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan di sisi kira kanan yang membuatnya terlihat indah dan sejuk. Terdapat juga beberapa kolam ikan yang tidak kalah menarik, serta taman bunga yang  begitu indah. Bagaimana tidak indah, bahkan kupu-kupu pun enggan untuk beranjak dari sana. Tidak hanya taman bunga, kini mobil yang mereka naiki melewati tanaman yang diisi dengan  buah-buahan. Sayang sekali Emily tidak bisa menyaksikan itu semua.
“Naikkan kecepatan mobilmu!” perintah Ellard. Edward memang sengaja memperlambat laju mobilnya agar Emily bisa menikmati pemandangan yang ada. Lagi dan lagi, ia melupakan bahwa Emily tak bisa melihat dan kembali ucapan Ellard menyadarkannya.
“Kau fikir dia bisa melihat, heh?” cibir Ellard.
Edward merasa tidak enak hati jadinya. Ia menoleh ke arah Emily, terlihat wanita itu menggigit bibirnya. Wanita itu terlihat gugup. Edward menduga, Emily sudah ada feeling jika Ellard akan berlaku tidak adil dan tidak baik untuknya. Sepanjang perjalanan Si Ellard keparat memang sengaja melemparkan kalimat-kalimat unfaedah yang melukai hati seorang wanita. Dan percayalah, Edward ingin sekali membungkam mulut Ellard dengan membenamkan wajah tampan pria itu ke aspal panas yang mereka lalui.”
Mobil akhirnya berhenti, dan helaan napas lega meluncur dari mulut Emily yang membuat Edward tertawa.
“Bukankah sudah kukatakan akan mengantar kita dengan selamat. Kita sudah sampai, Emily. Ini rumah yang akan kau tempati bersama suamimu.”
Emily mengulas senyum tipis sembari menganggukkan kepala.
Brak! Pintu dibanting dengan kuat membuat Emily berjengkit kaget sementara Edward, pria itu mengeluarkan semua jenis sumpah serapah yang ia hafal sejak zaman ia masih bayi.
Ellard hanya tersenyum penuh kemenangan. Kini ia berdiri di hadapan pintu penumpang. Dan dengan kasar ia membuka pintu tersebut dan menarik Emily setelah Edward membuka seatbelt wanita itu dengan terburu-buru.
Ellard menyeret Emily berjalan menuju rumah megah nan kokoh. Rumah yang terlihat bak istana raja yang ada di dalam sebuah cerita dongeng. Andai Emily mampu melihat, niscaya ia akan terpuka dan terpana. Ya, rumah itu memang terinspirasi dari istana raja yang ada di dalam dongeng.
Ellard menghentikan langkahnya secara mendadak yang membuat Emily harus menabrak punggungnya.
“Ingin menggodaku, heh?” sinis Ellard dengan sorot mata tajam. “Kenapa aku harus membawamu kemari?” gumamnya yang membuat Emily sedikit mengernyitkan dahinya.
Rumah itu adalah rumah impian Naura. Rumah bak istana raja yang seharusnya mereka tempati setelah mereka menikah. Rumah itu memang baru selesai dengan sempurna beberapa bulan lalu, di mana saat Naura masih hidup, bangunan itu masih setengah berjalan.
Dari pintu gerbang ke bangunan itu, akan menghabiskan waktu kurang lebih tiga jam jika melaluinya dengan berjalan kaki. Bayangkan seluas apa halaman dari bangunan tersebut dan semegah apa rumah yang ditempati Ellard.
“Kau menyeretnya, ia tidak bisa mengimbangi langkahmu.” Edward sudah berdiri di samping mereka.
“Jam 16.00, ada rapat dengan salah satu keturunan raja Arab. Kau gantikan aku dan kabari padanya prihal pernikahanku.”
“Jadi pernikahanmu hanya untuk mendapatkan kerja sama dengannya. Aku mendengar, biasanya mereka melakukan kerja sama dengan perusahaan di mana pemimpinnya sudah berkeluarga. Mereka meyakini pemimpin yang sudah berkeluarga lebih bisa dipercaya dan lebih memiliki tanggung jawab.” Edward berharap Ellard mematahkan penuturannya itu, namun melihat pria itu mengulas senyumnya, kini Edward yakin tujuan Ellard menikahi Emily selain untuk membuat hidup wanita itu menderita tapi juga sebagai pionnya untuk menambah pundi-pundi kekayaannya. Emily dijadikan alat untuk menarik simpati rekan bisnisnya.
“Tidak sia-sia aku menggajimu dengan besar. Ya, memangnya siapa yang mau menikahi wanita buta. Kembali lah bekerja.” Perintahnya, lalu kembali menyeret tangan Emily untuk masuk ke dalam rumah. Foto dirinya dan Naura kini terpampang jelas menyambut kedatangan mereka. Ellard terdiam untuk sesaat. Menatap penuh rindu pada kekasih hatinya itu. Kekasih yang terlihat begitu cantik dan menawan dalam balutan gaun putih saat mereka melakukan foto prawedding.
“Maafkan aku,” lirihannya didengar jelas oleh Emily, sehingga wanita itu mengira kata maaf tersebut ditujukan untuk dirinya.
“Ti-tidak apa-apa.”
Mendengar ucapan Emily, Ellard menoleh cepat ke arahnya bertepatan dengan beberapa pelayan yang datang menyambut dan menyapa mereka.
“Kembali ke pekerjaan kalian masing-masing, kecuali Ny. Rosalinda. Ikut denganku.” Perintahnya sembari menyeret paksa Emily.
Berulang kali kaki Emily membentur meja dan kursi, Ellard sengaja memilih jalan yang menyulitkan Emily dan tidak hanya sampai di situ, bahkan saat menaiki anak tangga, wanita itu juga mengalami kesulitan untuk menyeimbangkan langkah kakinya dengan Ellard. Ellard menaiki dua anak tangga sekaligus yang tentu saja sangat menyulitkan Emily.
“Tuan,” protes Rosalinda yang terlihat iba dan kasihan pada Emily.
“Tutup mata, mulut dan telingamu!” ucapan telak itu tak bisa dibantah. Rosalinda hanya bisa menatap iba dalam diam.
Akhirnya mereka sampai di sebuah kamar. Ellard pun melepaskan genggaman tangannya dan mendorong Emily hingga tersungkur ke lantai dan bahunya membentur sudut tempat tidur.
“Akhh,” erangnya kesakitan. “Ka-kau melukaiku,” adunya sembari memegang bahunya yang terluka.
“Dan Emily, tujuanku menikahimu adalah untuk bersenang-senang dalam tanda kutip. Cih! Lidahku bahkan kelu menyebut namamu. Jadilah istri kuat yang penurut!”
“Aa-apa maksudmu?” tanya Emily.
“Rosalinda, bersihkan wanita kumuh itu. Buka bajunya!” Ellard mengabaikan pertanyaan Emily.
Mendengar perintah Ellard, Emily dengan segera menggelengkan kepalanya. “Aku bi-bisa membuka bajuku sendiri. Aku juga bisa membersihkan diriku sendiri,” tentu saja Emily menolak tubuhnya disaksikan orang lain, termasuk Rosalinda seklipun walau ia seorang perempuan.
Emily mendengar derap langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Kini ia bisa merasakan Ellard tepat di hadapannya dari wangi tubuh pria itu.
“Akkh..” kembali Emily meringis kesakitan. Ellard menarik rambutnya hingga kepalanya di paksa mendongak ke atas.
“Tidak ada bantahan. Sudah kukatakan jadilah wanita buta yang penurut.” Bisik Ellard di telinganya. “Aku tidak akan tertarik dengan tubuh jalang sepertimu.” Ellard menghempaskan kepala Emily dengan kasar.
Manik mata Emily memerah menahan tangisannya. Kini ia tahu pembebasan yang diberikan Ellard kepadanya adalah awal dari penderitaannya yang sesunggungguhnya.
Dengan isyarat matanya, Ellard memberi perintah pada pelayannya. Dengan patuh Rosalinda mendekat.
“Aku akan mulai melepaskan bajumu,” Rosalinda meminta izin. Emily tidak bersuara. Mendengar kata jalang yang dilontarkan oleh Ellard membuat hatinya hancur. Apakah ia terlihat begitu hina.
Ellard memperhatikan dengan bersedekap. Kancing demi kancing mulai terlepas memperlihatkan sebuah kalung dengan bandul dua inisial. LA. Ellard sedikit mengernyitkan dahi namun tidak bertahan lama. Apa pedulinya tentang kalung tersebut.
Wajahnya masih terlihat datar bahkan semua kancing sudah terlepas dengan sempurna. Dan hal serupa pun terjadi setelah Emily tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya.
“Bawa masuk ke dalam toilet dan pergilah setelahnya,”
Rosalinda menganggukkan kepala dan segera menuntun Emily untuk berjalan. Dengan wajah merah padam, anatara malu dan marah, Emily berusaha menutupi organ intinya.
Begitu Emily memunggunginya, wajah Ellard kembali terhenyak. Bahu kiri wanita itu terdapat bekas luka yang begitu besar. Terlihat sedikit mengerikan.
“Dari mana kau mendapatkan luka itu? Sepertinya kau memiliki musuh yang sangat banyak.”
Emily sontak berhenti. “Ternyata meninggalkan bekas,” lirihnya dan kembali melanjutkan langkahnya.
Ellard menanti di luar toilet, menunggu Rosalinda keluar. Dua menit, Rosalinda pun keluar dari dalam toilet dan seperti perintah Tuannya, ia pun segera meninggalkan kamar.
Ellard pun melepaskan bajunya hingga menyisakan celana yang ia kenakan. Ia masuk ke dalam toilet dan melihat Emily sedang membersihkan tubuhnya di dalam bathup.
“Sepertinya Rosalinda menyediakan air dingin untukmu. Aku akan menghangatkannya.” Emily terkejut mendapati suara Ellard yang tepat berada di balik punggungnya.
“Ti-tidak. Airnya cukup hangat.”
“Jadilah penurut. Bagiku ini dingin,” Ellard pun dengan kejam mengubah air  hangat tersebut menjadi panas sehingga membuat Emily sontak berdiri untuk menyelamatkan dirinya. Malang sungguh malang, Ellard menahan tubuh Emily dan memaksanya untuk masuk kembali ke dalam bathup berisi air panas yang bahkan sudah mengeluarkan uapnya.
“I-ini sangat panas,” dan sebulir air mata pun jatuh membasahi wajahnya dan di situ Ellard merasa puas.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (618)

  • avatar
    CitraSandra

    aku suka banget ceritanya. di bab2 hampir akhir membuatku hampir mellow. top banget👍

    14/01/2022

      2
  • avatar
    Della Ira

    aku suka

    12/08

      0
  • avatar
    ANGGRIANAMAWAR

    keren

    22/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด