logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

NADIN

NADIN

devidasti


บทที่ 1 Berkenalan dengan Dosa

“Ayah! Ayah! Ayah! Selalu saja bertanya tentang Ayah. Apa belum cukup, Ibu memberitahumu jika ayahmu sedang bekerja untuk menghidupi kita!" ucap Ibu dengan tegas setiap Nadin bertanya tentang ayahnya.
Hal wajar bagi seorang anak bertanya tentang sosok seorang ayah. Apa lagi sejak kecil ia sama sekali belum pernah melihatnya. Hanya dua lembar foto yang diberikan ibu untuk meyakinkan jika ia memiliki ayah.
Nadin, nama yang diberikan. Ia terlahir dari keluarga biasa saja walaupun ayahnya seorang pengusaha—kata Ibu. Satu hal yang ia heran, tinggal di desa seperti ini untuk apa memiliki rumah sebesar di kota-kota? Apakah ayah sengaja membuat istana untuk mereka agar kerasan di rumah dan tak perlu keluar melihat dunia?
Keseharian Nadin hanya ditemani ibu dan saudara dari ibunya yang sering ke rumah untuk berkunjung. Teman Nadin satu-satunya hanyalah Andi. Dia adalah anak budenya yang sering ikut ke rumahnya. Usia mereka berbeda 5 tahunan, tapi Nadin nyaman bermain dengannya. Sejak kecil mereka sering menghabiskan waktu bersama hingga Andi sering menginap dan menemaninya di rumah. Di saat ibu pergi entah untuk mengurus kebun peninggalan ayah atau untuk pergi arisan bersama teman-temannya.
Dulu ibu sering berpesan pada Nadin dan Andi untuk saling menjaga satu sama lain, terutama Andi yang lebih tua darinya. Sama halnya dengan Nadin, Andi juga telah kehilangan ayahnya sejak ia masih kecil sekali karena kecelakaan. Bedanya dengan Nadin, ia masih memiliki ayah, tapi tak pernah tahu di mana keberadaannya sampai sekarang. 
Andi sering membantunya mengerjakan pekerjaan rumah, mengajari menggunakan internet dan masih banyak lagi. Hingga suatu ketika terjadilah perkenalan dirinya dengan dosa.
~~••~~
Waktu itu saat kelulusan Andi dari SMA-nya, Nadin pun naik ke kelas 2 SMP. Andi mengirimnya pesan whatsapp.
"Din kamu lagi di mana? Mas Andi lagi bahagia nih abis lulusan," ketik Andi.
"Wahhh selamat Mas udah lulus! Aku di rumah Mas baru pulang sekolah, ada apa? Mau traktir makan ya?” balas Nadin.
"Mas Andi jemput ke rumah ya, kita rayain kelulusan Mas, nanti Mas traktir kamu apa aja deh," balasan pesan Andi.
"Wahhh yang bener Mas? Iya deh aku bilang ibu dulu minta izin," balas Nadin.
Dengan semangat Nadin pun meminta izin ibu pergi bersama Andi dan di saat Nadin berganti baju ada pesan masuk yang ternyata itu adalah Andi kembali.
"Din, bawa baju gantinya dobel ya, takut ujan tar pulangnya jadi bisa ganti,” pesan yang di kirim Andi.
"Ok Mas,” balas Nadin.
~~~
Lima belas menit kemudian terdengar suara motor terparkir di depan rumah. Sudah sampai pikir Nadin, ia pun bergegas keluar dan menemuinya.
"Yuk Mas aku udah siap," antusias Nadin.
"Iya bentar pamit dulu sama ibu," ujar Andi. 
"Bu! Ibu, ini ada Mas Andi!" teriak Nadin.
"Ehhh, Ndi, udah datang, ya? Titip Nadin, ya. Pulangnya jangan malem-malem," pesan Ibu.
"Njeh bule, kita permisi dulu ya," pamitnya pada Ibu.
"Tiati ya Din!"
"Iya Bu," kata Nadin sembari berjalan menuju motor Andi.
Nadin pun dibonceng Andi memakai motor bebeknya. Andi mengarahkan tangan Nadin untuk memeluknya. Katanya agar tidak jatuh.
"Mas kita mau ke mana sih ini? Kok nggak sampe-sampe," tanya Nadin kesal.
"Tenang aja, bentar lagi sampe kok," ujar Andi menenangkan.
Nadin tak menaruh curiga sedikit pun pada Andi. Pasalnya ia memang sering mengajak Nadin untuk main bersama dari berkeliling kota, main PS bersama di rumah Andi, hingga berenang di kolam renang dekat rumahnya. 
Akhirnya mereka pun berhenti di rumah salah satu teman Andi. Di sana Nadin melihat beberapa anak laki-laki seumuran dengan Andi sekitar tiga orang dan beberapa perempuan juga.
"Woy Ndi! Udah datang kau lama bener ah," sambut temannya.
"Iya nih kamu nyari cewek ke pelosok mana sih," ujar yang lainnya.
Nadin pun dipersilakan masuk ke rumah itu dan ternyata di dalam masih banyak teman Andi yang lain. Bahkan ada beberapa wanita sebayanya yang masih mengenakan seragam abu-abu yang telah di coret-coret dengan pilok dan spidol. Nadin bingung karena tak ada yang seumuran dengannya. Rasa canggung itu terasa dan tak tahu harus bersikap bagaimana.
Nadin menggandeng lengan Andi dan berbisik, "Mas pulang yuk, aku nggak enak di sini banyak temen-temen kamu, aku nggak kenal," ucapnya takut.
"Bentar to, ‘kan baru sampe, lagian di sini ada Mas, nggak akan kenapa-kenapa kok udah santai aja," ucap Andi menenangkan.
Nadin dikenalkan pada teman Andi satu persatu. Akhirnya Nadin pun diberikan segelas minuman yang entah apa itu namanya. Yang jelas rasanya tidak seperti ale-ale atau teh gelas yang sering di minumnya.
"Minum Nad! Ini jus apel enak loh,” ledek temannya. 
"Mas ...," ucap Nadin sambil memandang ke arah Andi untuk memastikan apakah ia harus meminum minuman ini atau tidak. 
"Udah minum aja Nad, nggak papa kok nih Mas aja minum." Andi langsung menenggak minuman di gelasnya sampai habis. 
Meski ragu Nadin pun meminumnya sampai habis karena tidak enak dengan Andi di depan teman-temannya.
"Mas aku kok pusing ya? Kayaknya aku masuk angin, pulang aja yuk!" rengek Nadin.
"Udah sini tidurin di bahu Mas, ntar juga sembuh," Andi memegang kepala Nadin dan di sandarkannya di bahu.
Seketika Nadin pun tak sadarkan diri. Entah ia tertidur atau pingsan yang jelas ketika Nadin bangun ia tak bisa melihat jelas apa yang terjadi di sekelilingnya. Hanya suara-suara teriakan dan desahan yang ia dengar sayup-sayup.
"Ya Tuhan apa ini, Mas! Mas Andi Mas!" teriaknya mencari.
"Iya bentar Nad, bentar lagi giliran kamu kok sabar ya," suaranya terdengar di sebelah kasur yang Nadin rebahi.
Terdengar suara wanita tengah meracau di sampingnya, tapi Nadin tak bisa melihat jelas karena kepalanya yang masih pusing tak bisa fokus memerhatikan sekeliling.
Sesaat kemudian Andi terdengar melenguh panjang seolah telah mencapai apa yang ia harapkan. Nadin Saat itu ketakutan mengetahui apa yang akan terjadi nanti. Sebelum Andi datang menghampiri, ternyata salah satu temannya langsung memeluk Nadin di atas kasur. Sontak Nadin pun berontak tapi tak ada gunanya karena badannya yang lemas. Tenaganya tidak sebanding dengan Nadin. Kini ia terkulai pasrah.
"Masss, Mas Andi tolongin aku Mas! Aku mau diapain ini ...," setengah menangis Nadin berteriak.
"Udah diem aja Nad, kamu mau dibikin enak jangan takut," jawabnya santai.
"Mas aku nggak mau Mas, aku nggak mauuu ...!" teriak Nadin semakin kencang yang dibalas laki-laki itu dengan membekap mulutnya dengan tangan yang kekar.
"Oh gak mau sama temenku, ya sudah sini sama Mas aja ya," ucap Andi membuat Nadin semakin gemetar ketakutan.
"Mas jangan aku mohon aku nggak mau Mas tolong lepasin, ayo pulang!" rengek Nadin dengan air mata yang terus menetes tanpa henti.
"Iya nikmatin sayang," Andi mulai menyetubuhi Nadin dengan kasar dan brutal.
"Aaarrrggghhh …!” 
Nadin berteriak sejadi-jadinya karena merasakan rasa sakit dan perih di daerah intimnya. Namun, teriakan dan tangisan Nadin tak membuat Andi berhenti melakukan aksinya yang di tonton oleh teman-temannya itu. Mereka yang sudah dipengaruhi alkohol sudah tak bisa berpikir lagi. Hingga salah satu temannya mengambil sebuah ponsel dan mulai merekam aksinya. Satu-persatu mulai menggerayangi Nadin hingga tak lama kemudian Nadin pun di gilir oleh hampir enam lelaki saat itu. 
Nadin yang sudah tak berdaya hanya bisa memohon dan menangis dengan suara yang semakin habis. Meminta agar mereka semua berhenti memerkosanya. 
"Hei udah-udah, ntar mati tuh anak orang hey!" ujar salah satu lelaki yang memegang kamera.
"Anjrit darah cok! Ndi dia nggak kenapa-kenapa, 'kan?" tanya lelaki yang tengah menyetubuhi Nadin. Ia terkejut melihat sprai kasur itu telah berlumuran darah. 
"Ya udah stop dulu, itu dia masih virgin jelas aja berdarah gitu, ya udah tinggalin aja dulu kita minum lagi di luar," ajak Andi. 
Nadin pun seketika pingsan di kamar tersebut dengan masih tak berbusana dan hanya berbalut selimut. Ia pun di tinggalkan sendiri di sana berharap nanti ia bangun dengan keadaan yang lebih membaik. 
Hampir satu jam setengah Nadin pingsan akhirnya Andi menghampiri Nadin di kamar tersebut. Andi mulai membangunkannya dengan menggoyang-goyangkan tubuh Nadin yang masih terkulai lemas. 
"Nad, Nadin bangun mau pulang nggak?" tanya Andi yang mengguncang tubuh Nadin semakin kencang. 
"Aahhh, aduh kepalaku pusing," ucap Nadin sembari memulihkan kesadarannya. 
"Ayo pake bajumu kita pulang nanti ibu kamu nyariin," ujar Andi. 
"Aku kenapa tadi? Aaaahhhh sakit banget aku nggak bisa jalan," ucap Nadin sambil meringis kesakitan. 
"Udah sini Mas gendong," Andi menggendong Nadin ke luar rumah menuju motornya. 
Saat melalui ruang tamu, Nadin tak melihat ada satu orang pun di sana. Nadin bingung dengan apa yang dilakukan karena ia sepenuhnya lupa akan kejadian nahas yang menimpanya beberapa jam lalu. 
"Nad nanti langsung istirahat ya, kalo ibu nanya bilang aja kita abis berenang kamu kecapean," ujar Andi memastikan Nadin tidak akan mengadukannya kepada ibunya Nadin. 
Nadin pun hanya terdiam sepanjang jalan berusaha mengingat kembali apa yang barusan ia alami di rumah teman Andi itu. Namun, kepalanya semakin pusing dan sakit jika ia mengingat kejadian apa yang ia alami. Terlebih Nadin pun heran mengapa daerah sensitifnya bisa terasa sakit dan perih seolah-olah ia merasakan ada yang robek di sana. Nadin mulai penasaran dan ia tak sengaja memegang kemaluannya saat masih berada di motor Andi. Betapa terkejutnya dirinya saat mengetahui kalau ada darah di sela-sela celana yang ia pakai. 
Nadin masih berpikir kalau ia sedang datang bulan, tapi ia mengingat kalau ini bukan tanggalnya. Malah masih jauh dari tanggal ia datang bulan di bulan ini. Pikiran Nadin mulai kacau dan tak terasa air matanya mulai menetes membayangkan semua yang ia alami. Perlahan-lahan Nadin tersadar. Ia mulai ingat semua kejadian yang ia alami bersama Andi dan teman-temanya. Saat itu Nadin terpikirkan ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat dari motor Andi, tapi Nadin langsung tersadar saat Andi memulai percakapan lagi. 
"Nad, kamu nggak apa-apa kan? Bentar lagi kita sampai, jangan sampe ibumu panik dan khawatir sama keadaanmu, kasian bule udah tua nggak boleh syok," ujar Andi. 
Nadin tak menjawab apa-apa, hanya tangisan kemarahan yang ia tahan di dalam dadanya.
Bersambung …
 
 

หนังสือแสดงความคิดเห็น (7449)

  • avatar
    Nouna Noviie

    ending'y sedih.. semua konflik yg ada dalm hidup pasti ada hikmah'y.. Nex .. setelah lulus kuliah Nadin bisa berjodoh dgn rama/Gilang pasti seruu tuh🥰

    05/01/2022

      1
  • avatar
    Hamira Hamade

    Ceritanya sampai banget. Aku juga baca kadang sampai jadi emosional.

    18/07

      0
  • avatar
    Rina Shahrin

    nice

    28/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด