logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 17 Hati Yang Terbuka

"Aku nggak nanya!" jawab Anna ketus, dia tak peduli restoran ini punya siapa. Ethan tertawa mendengar jawabannya.
"Yah siapa tau kamu penasaran." Dia berjalan masuk ke restoran itu. Anna melangkah pelan, mengikuti pria berbadan tinggi itu. Setelah mendapat meja yang dia sukai, Ethan duduk dan menepuk kursi di sebelahnya, menyuruh Anna duduk di sebelahnya, tapi Anna tidak menurutinya, dia malah duduk di seberangnya.
"Duduk sini, biar kamu bisa lihat pemandangannya," ucap Ethan mendengus kesal.
"Nggak usah," jawab Anna singkat. Jika bisa mereka segera makan dan langsung bertanya pada mama, uang itu kemana semua? Tapi tiba-tiba Ethan memajukan wajahnya tiba-tiba, sehingga Anna tersentak kaget.
"Kenapa... agar kamu bisa mengagumi wajahku ya?" ucapnya tersenyum sinis. Anna mendelik mendengar pertanyaan Ethan, lalu segera pindah ke sebelahnya. Ethan tertawa melihat Anna pindah, dia segera mendengus kesal, tapi Anna tidak menyesal pindah, benar katanya pemandangan di hadapannya indah sekali.
Air laut biru langsung menyambutnya, ada kapal kecil berwarna putih di ujung laut. Suara debur laut terdengar dari bawah dan udara laut memainkan rambutku. Anna tersenyum saat angin menerpa wajahnya tapi cepat tersadar lalu duduk diam, Ethan mendengus kembali lalu mengambil buku menu.
"Baca itu." Ethan menunjuk buku menu di sampingnya. Anna merasa malu, bagaimana dia tahu saja kalau dia lapar? Apa tadi dia mendengar suara perutnya ya?' Anna membuka menu dan terkejut karena harga yang tertera dalam dolar. Apa ini? Nama makanannya pun dia tidak kenal. Anna terus berpura-pura membaca, membolak-balik buku menu itu, sampai Ethan menatapnya tajam.
"Apa? kamu mau makan apa, bukannya kamu lapar sekali sampai perutnya karaoke tadi?" tanyanya ketus, aish ternyata Ethan memang mendengarnya, Anna membuang mukanya karena malu.
"Nggak usah malu, dah biasa kamu tuh malu-maluin. Sekarang tinggal pilih, mau makan apa?" seru Ethan menyentuh wajah Anna agar menatapnya. Sentuhannya kembali memberikan sinyal kepada jantung Anna untuk berdebar kencang. Cih kalau dia malu-maluin buat apa ajak dia kesini?
"A...aku samain aja sama kamu!" jawab Anna menghindari sentuhannya dengan gaya sok percaya diri, tapi Ethan memicingkan matanya, lalu tersenyum sinis.
"Kalau aku ga makan bagaimana?" Ethan mendengus senang, Anna pasti bingung membaca menu, menggoda Anna kini menjadi satu kegiatan yang disukai oleh Ethan. Wanita itu mendelik kesal.
"Kamu... nggak ngerti ya mau makan apa?" tanya Ethan membuka rahasia Anna, tapi Anna tidak akan memberikannya kesenangan itu, Anna akan berpura-pura tahu. Dengan mencibir, Anna menunduk dan menunjuk asal.
"Tau! Aku yang ini saja," ucapnya pasti, Ethan melirik apa yang Anna tunjuk.
"Kamu mau makan hati sapi dengan bawang putih? matang atau setengah matang?" tanya Ethan mengerutkan keningnya bingung dengan pilihan Anna, Opanya suka makanan itu, tapi Ethan sama sekali tidak suka. Anna menelan ludahnya juga, dia tidak mau makan itu, tapi Anna tidak bisa menarik kata-katanya lagi.
"Matang... aku mau matang," jawab Anna cepat, sudah hati, tidak matang entah gimana nanti rasanya.
"Oke." Ethan lalu menelan tombol dan tiba-tiba muncul seorang pelayan perempuan cantik yang penuh senyum mendekati mereka.
"Benvenuto," ucapnya, lalu Ethan memilih makanan dengan bahasa asing itu. Entah apa yang mereka bicara apa, walau Ethan berbicara biasa saja, tapi perempuan itu tertawa berlebihan dengan gaya yang memuakkan. Anna segera menatap laut. Ada elang laut terbang dengan gagah, Anna memperhatikannya sampai tidak terlihat.
"Disini memang dekat dengan sarang elang laut." ucap Ethan lagi-lagi tepat menebak pikiran Anna.
"Oh ...iya," Anna bingung mau merespon apa.
"Ayahmu meninggal saat kamu umur berapa?" tanya Ethan tiba-tiba, Dia tidak tahu sedang membuka luka lama Anna.
"Saat aku 14 tahun, kelas 2 SMP," jawab Anna pelan.
"Kalau aku, saat aku 18 tahun," jelasnya tanpa Anna tanya. Anna menatap wajah tampannya yang tampak sendu, lalu dia melanjutkan ceritanya. Ethan tiba-tiba tersadar, buat apa dia bercerita? Kenapa tiba-tiba dia bercerita? Dia belum pernah berbicara pada siapapun tentang keluarganya.
"Jadi restoran ini jadi milikku langsung saat aku 18 tahun." Dia langsung membelokkan cerita, Anna mendesah sebal, Anna berpikir Ethan akan menceritakan detail penting tentang dirinya, tapi ternyata dia kembali menyombongkan kekayaannya lagi.
"Iya, kamu sudah cerita tadi," jawab Anna sebal lalu kembali menatap laut. Anna suka laut, dengan melihatnya hatinya menjadi damai.
"Aku tak mau, tapi anaknya kan cuma aku," jawab Ethan aneh. Anna memilih untuk mengacuhkannya.
"Tapi setidaknya kamu masih ada ibumu," Ethan mendesah lalu menyentuh dan mengelus rambutnya. Hanya seperti itu saja, jantung Anna kembali berdisko. Anna berusaha keras tidak bereaksi, kepalanya menjadi kaku mendadak, ia mencoba mengalihkan perhatiannya ke cerita Ethan.
"Memangnya ibumu kemana?" tanya Anna berusaha menatap kapal laut yang di ujung pandangnya bukan pada betapa nikmatnya rasa belaian Ethan di rambutnya.
"Sama sudah, meninggal, gantung diri," ucapnya tenang sambil masih memainkan rambut Anna. Kali ini dia tidak bisa mengabaikannya.
"Apa?" tanya Anna terbelalak menatapnya.
"Itulah, bodoh kan?" ucapnya dingin, menarik jemarinya yang panjang dari rambut Anna lalu menepis rambutnya sendiri. Bagaimana Ethan bisa menceritakan hal sesedih itu dengan santai seperti ini. Ethan kesal dengan tatapan mata itu, tatapan kasihan, dia menyesal bercerita kepada Anna, seharusnya dia tidak usah bercerita, kenapa lidahnya bergerak sendiri!
"Bodoh? ..., dia ibumu, tapi kenapa?" tanya Anna menatapnya serius, sehingga Ethan menjadi jengah lalu menatap ke pelayan tadi yang sudah datang membawa minuman mereka.
"Silahkan," ucapnya dengan senyum yang kelewat ramah. Dia lalu meletakkannya sebotol minuman beralkohol dan dua gelas di hadapan mereka.
Wanita itu lalu mencondongkan dirinya sedemikian rupa sehingga bokongnya naik lalu menuang minuman dingin itu di kedua gelas. Melihatnya bertingkah seperti itu Anna semakin muak. Ethan melihat reaksi Anna dengan geli, dia berusaha agar tidak terlalu terlihat perasaannya, tapi hal itu justru membuatnya semakin terlihat.
Ethan memperhatikan tubuh Trudy yang seksi. Pelayan itu tahu bagaimana cara menunduk sehingga dia bisa mempertunjukkan kemolekan tubuhnya dengan sempurna. Ethan senyum-senyum karena hal itu semakin membuat Anna bereaksi lucu. Apakah dia cemburu? seperti inikah rasanya dicemburui oleh seseorang?
Ethan berusaha keras untuk tidak tertawa. Trudy semakin semangat berlegok- legok karena melihat senyuman Ethan, sebenarnya Ethan muak melihatnya, tapi demi melihat kerlingan mata Anna yang mencemooh dia membiarkannya.
"Ada lagi yang saya bisa bantu Mr. Ethan?" desah Trudy berbisik di telinganya. Ethan segera mundur, itu agak keterlaluan, tapi hal itu langsung terbayar dengan pandangan Anna kepada Trudy yang mencela.
"Sepertinya tidak ada terima kasih," dia langsung menjawab kepada Trudy. Matanya yang sinis membuat Ethan melambung karena senang. Trudy meringis tidak suka tapi menunduk dan pergi, wangi parfumnya membuat Ethan ingin muntah. Anna tidak mengerti tapi dia merasa sangat terganggu dengan tingkah laku wanita itu, sungguh menyebalkan!

หนังสือแสดงความคิดเห็น (914)

  • avatar
    KapantowVanya

    plis deh pokoknya bagus IM so spechles

    10d

      0
  • avatar
    KerasSilalahi

    ceritanya bagus

    13/08

      0
  • avatar
    TaufaniAdin

    good job bagus

    10/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด