logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 14 Rasa Itu

Ethan membuka pintu mobil, dan Anna masuk ke dalam tanpa bicara apa-apa. Ethan menyetir mobil dalam diam, bingung dengan keadaan canggung ini. Itu pasti hanya emosi sesaat, tidak mungkin dia merasakan 'itu' kepadanya? tidak mungkin.
Ethan melirik wajahnya yang mematung di sebelahnya melalui kaca spion. Hatinya mencelos, Anna terlihat terpukul, apakah dia sudah menyakitinya tadi? atau... apakah dicium olehnya segitu menjijikkannya. Jantung Ethan masih belum bisa tenang, mengapa dia jadi seperti ini. Keheningan membuat Ethan menggila, akhirnya dia menjalankan mobilnya secepatnya agar sampai ke kantor dengan cepat.
"Pelan-pelan, aku takut," ucap Anna menyentuh lengannya. Dan dia kembali merasakan 'itu', sentuhannya ... membuatnya gila, ini aneh sungguh aneh. Ethan belum pernah merasakan ini.
"Aku harus cepat sampai kantor," jawab Ethan dengan suara serak.
"Tapi pelan-pelan, aku tidak suka ngebut," ujarnya, semakin menarik tangan Ethan. Sepertinya dia benar-benar ketakutan. Ethan memelankan laju mobil, Anna melepaskan pegangannya lalu kembali duduk diam.
Tak lama mereka akhirnya sampai ke kantor Ethan. Saat Ethan melepaskan safety belt, Anna tiba-tiba memiringkan wajahnya sambil memandang lurus ke depan, seperti melamun
"Mengapa, kamu melakukan itu?" bisiknya lirih seperti tidak bermaksud mengatakannya, jantung Ethan kembali berdebar lebih cepat.
"Apa, mengebut? aku harus cepat sampai kantor, banyak yang kita harus bicarakan." Ethan berusaha untuk mengulur waktu, karena dia sendiri tidak tahu mengapa dia tiba-tiba menciumnya. Yang dia tahu pasti dia menyukainya.
"Menciumku." Anna berkata lirih kali ini menatap Ethan begitu serius sehingga Ethan hanya terperangah menatap bola matanya yang berwarna coklat muda.
"Kita bicarakan itu nanti, sekarang kamu turun dulu," ucapnya setelah beberapa saat, mencari pengalihan, Ethan belum siap menjawab pertanyaan itu, mungkin nanti setelah bisa kembali fokus.
Ethan segera turun dari mobil, dan menunggu Anna. Dia masih diam beberapa saat di dalam mobil lalu akhirnya turun dari mobil dan mengikuti Ethan dari belakang dengan diam. Ethan ingin meraihnya dan menggandengnya agar dia berjalan lebih cepat, tapi dia kini takut menyentuhnya. Kali ini dia tidak mau menyentuhnya sebelum dia bisa menyakinkan dirinya apa yang Ethan rasakan kepadanya tadi.
Saat mereka berdua saja di lift, perhatian Ethan kini tidak dapat lepas dari bibirnya yang tipis berwarna merah muda itu, bibir yang lembut, yang membuatnya menggila. Lagi-lagi dia merasakan 'itu'. Dorongan untuk memeluknya, merasakan kembali manis kecupannya. Untung pintu lift terbuka, dan masuk beberapa karyawan yang tadinya tertawa tapi langsung terdiam begitu melihat Ethan ada di dalam lift.
Lalu keheningan berlanjut, pintu lift terbuka lagi, beberapa masuk lagi. Ethan dan Anna agak terdorong ke belakang. Lift kembali naik, dan berhenti untuk kesekian kalinya, masuk beberapa orang lagi. Ethan melihat yang Anna terjepit, lalu dia meraih tangannya, lalu menariknya agar dia berdiri di hadapannya. Anna melihatnya terkejut akan tarikannya, tapi tidak bisa berkata apa-apa karena lift yang mulai penuh.
Terakhir masuk seorang karyawan yang membawa bawaan banyak, sehingga dia menekan karyawan lain kebelakang, banyak yang mengeluh tapi dia tetap memaksa masuk sehingga kini Anna benar-benar tertekan orang di depannya. Anna tertekan masuk ke dalam pelukannya, dan Ethan langsung menarik dan merengkuh pinggangnya yang ramping sehingga melekat kepada tubuhnya. Anna wangi seketika Ethan ingin meletakkan kepalanya di pundak Anna untuk menghirup wanginya.
Mata Anna yang tadi menatap Ethan terkejut, kini berusaha melihat ke arah lain selain matanya, jantungnya berdebar kencang, dia belum bisa mencerna apa yang terjadi di hotel. Astaga, apa yang dia lakukan disini? Anna semakin merasa aneh seperti ini? Ayolah Anna, jangan sampai kamu merasakan yang macam-macam, dia itu Ethan,... Ethan, pria kasar yang tidak tahu diri!
Tapi, kenapa debaran jantungnya tidak berhenti bertalu-talu dari tadi? Bibirnya seperti masih bisa merasakan ciuman Ethan tadi. Bagaimana juga tadi Anna bisa-bisanya menerima ciumannya? dan yang lebih aneh lagi kini Anna malah masih mau merasakan bibir Ethan di bibirnya?
Tanpa sadar Anna kini menyerah pada perasaannya, dan meletakkan wajahnya di dada Ethan yang bidang, dan menghirup wangi aroma tubuhnya yang kini dia suka.
Astaga, apa yang dia lakukan mengapa Anna malah meletakkan kepalanya di dadaku. Sekuat tenaga Ethan mengalihkan pikirannya, tapi merasakan Anna menempel di dadanya membuatnya gila.
Setelah terbebas dari lift, mereka segera masuk ke kantor Ethan dalam diam yang canggung. Udara kantornya terasa dingin.
"Kantor...mu ramai juga," ucap Anna sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya setelah mereka berdua saling bertatapan dengan canggung. Ethan mengangguk dengan kikuk.
Anna berusaha agar keadaan tak begitu mencekam. Ethan memegang tengkuknya lalu mengangguk pelan. Aish kenapa dia diam saja, bicara apa saja, jangan diam-diam begini
"Ah... sebentar kamu duduk dulu," ucap Ethan gugup menunjuk sofa di depan meja kerjanya. Anna menurut segera menuju sofa yang ditunjuk.
"Mau minum?" tanya Ethan tiba-tiba dia merasa gerah dan perlu minum air es untuk memperoleh kesadarannya kembali, Anna masih merasakan tatapan Ethan seperti di lift tadi, seketika dia juga merasa kepanasan. Dia butuh air dingin
Segera mengangguk atas tawaran Ethan.
Pria itu segera menyerahkan air mineral botolan dingin kepadanya.
Saat Anna mau meraihnya, Ethan menarik dan membuka botol itu sehingga tangan mereka saling bersentuhan. Anna yakin merasa sentakan dingin di hatinya, bukan karena botol yang dingin. Tapi karena mereka kembali bersentuhan.
"Terima kasih," ucap Anna pelan, lalu segera meminum air dingin itu. Ethan memperhatikan dia mendongak untuk minum, memperlihatkan leher putihnya yang jenjang, lalu tanpa Ethan kehendaki, kembali teringat betapa lembutnya kulit Anna saat dia sentuh tadi... Astaga Ethan apa yang dipikirkan dari tadi! Dia segera meraih botolnya sendiri dan meminum air dingin banyak-banyak itu untuk mengalihkan pikirannya.
Setelah merasakan air dingin itu memasuki tubuhnya, Anna merasa sudah saatnya dia mendapatkan penjelasannya
"Jadi, kenapa kamu menciumku?" Anna dengan suara serak menatap Ethan dengan berdebar-debar menunggu jawaban Ethan. Matanya yang tajam kembali menatap Anna terkejut karena pertanyaannya yang blak-blakan.
"Hhmm, karena kamu ada disitu," jawab Ethan setelah lama berpikir, dia menyerah tidak ada alasan lain yang bisa dia katakan selain yang sejujurnya. Anna mengerutkan keningnya dengan bingung.
"Maksudnya kalau mamaku yang lewat, kamu juga akan menciumnya juga!" Anna bertanya dengan kesal, ciuman yang dia rasa spesial ternyata hanya lewat saja bagi Ethan.
"Jangan konyol!" Ethan mendengus memutar tubuhnya sehingga Anna tak dapat lagi menatap wajahnya.
"Lalu apa?" ucapnya meminta jawaban yang jelas.
"Itu kesalahan, ... hanya terjadi begitu saja!" jawabnya dingin, dan hati Anna tiba-tiba terasa sakit, sakit yang dia tak mengerti mengapa. Bodohnya dia mengharapkan ada sesuatu yang berbeda dari pria kasar ini, suatu pengakuan kah? Dia memandang kecewa ke punggung Ethan.
"Oh begitu," jawab Anna lemah.
"Sebaiknya kamu melihat ini." Dia mengalihkan pembicaraan dengan memberikannya sebuah map kuning tebal. Anna segera berdiri dan mengambilnya lalu duduk kembali.
"Buka dan bacalah," perintahnya sambil menghabiskan air di botolnya. Anna membuka map itu dan mulai membaca.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (914)

  • avatar
    KapantowVanya

    plis deh pokoknya bagus IM so spechles

    10d

      0
  • avatar
    KerasSilalahi

    ceritanya bagus

    13/08

      0
  • avatar
    TaufaniAdin

    good job bagus

    10/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด