logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 2 Tidak Kenal

'Mana mungkin aku menyuruhnya menolak, ini kan impianya, cita-cita yang ingin dia raih agak keterlaluan kalau aku menyuruhnya menolak dan menunggu satu tahun lagi untuk test ptn lain, biarkanlah dia masuk kuliah di sana,'
"Terima saja di sana memang paling bagus, kenapa harus di tolak,"
"Gapapa ya?terganggu gak mas kalau ada una di sana,"
"Santai saja, kita seperti orang yang saling tidak kenal saja kalau di kampus, saya tidak mau satu kampus tau kalau kita suami istri,"
"Apa ada lagi syarat-syaratnya?Una catat dulu biar ngga lupa,"
"Bersikap layaknya mahasiswi dan dosen saja, oh iya saya sangat profesional tidak akan membedakan kamu dengan mahasiswa yang lain, saya harap kamu mengerti," jelas Samir.
"Baik mas,terima kasih sudah mengizinkan," ucap Una lalu masuk ke kamarnya.
'Huftt untung saja di izinkan,'
Una langsung membereskan berkas-berkas yang harus dia bawa untuk mendaftar ulang ke kampus besok, setelah dia rasa berkas nya sudah siap semua, Una langsung tidur.
Tengah malam Una terbangun dia langsung mengambil wudhu dan melakukan sholat tahajud, di dalam doa nya dia minta di perlancar hubungannya dengan suami dan minta di mudahkan dalam beradaptasi di lingkungan perkuliahan, karena Una tipekal anak yang susah bersosialisasi karena sifatnya yang sangat pendiam dan tidak mudah bergaul. Setelah selesai sholat una merasa haus dan keluar kamar untuk mengambil minum, saat melangkah keluar terdengar lantunan mengaji dari kamar Samir, sepertinya Samir juga terbangun tengah malam tahajud dan mengaji, sekilas Una memandang kamar Samir dengan tersenyum adem sekali mendengar Samir mengaji. "Indah banget kalau bisa tahajud dan ngaji bareng ya," gumam Una lalu mengambil susu untuk di minumnya, saat sedang fokus mengaduk susu yang di buat tiba-tiba "Kamu baru bangun juga?" ucap Samir yang tiba-tiba ada di belakang una, tentu saja membuat Una terkejut dan hampir menjatuhkan kotak susu di sebelahnya, yang spontan langsung di tangkap Samir.
"Maaf ngangetin kamu," ucap Samir sadar dengan reaksi Una yang sangat terkejut.
"Gapapa," jawab Una langsung berlari ke kamarnya, dia sangat gugup dan terkejut dengan jarak Samir yang sangat dekat di belakangnya tadi.
'Deket banget jaraknya tadi jadi kaget banget deh,'
Samir merapikan kembali kotak susu tersebut.
"Dia sholat malam juga ternyata," gumam Samir.
Pagi nya Una tetap mempersiapkan sarapan untuk Samir, padahal Samir sudah bilang kalau dia tidak sarapan pagi.
"Una," ucap Samir.
"Iya mas?" jawab Una.
"Berkasnya sudah siap semua?" tanya Samir.
"Sudah mas,ini untuk makan siang mas," ucap Una memberikan kotak makanan yang sudah dia persiapkan.
"Ngga usah repot-repot untuk membuatkan saya makan, saya bisa beli makanan sendiri," tolak Samir, dia tidak mau membawa makanan yang Una persiapkan.
"Oh maaf," jawab Una tidak enak.
"Ini, pake untuk bayar taxi online kesana nanti, kita tidak bisa pergi bersamaan," ucap Samir memberikan uang kepada Una, terlihat sorot mata kecewa Una, karena dia pikir akan pergi bersama Samir atau bahkan Una mengira Samir akan menemaninya untuk mengurus pendaftaran ulang, ternyata Samir bahkan tidak ingin pergi bersamanya.
"Terima kasih mas," ucap Una mengambil uang itu, padahal Una sama sekali tidak berani naik taxi online sendirian, tapi karena tidak enak menolak, dia menerima saja.
"Uang pendaftaran dan yang lain, sudah saya kirim ke rekening kamu, kalau ada yang kurang bilang saja," ucap Samir.
"Baik mas," jawab Una.
"Saya pergi duluan," pamit Samir langsung keluar dari rumah, saat mau masuk ke mobil ada ibu RT yang menyapa Samir.
"Eh pak Samir, dari kemarin ngetok pintu rumah ngga ada yang jawab,istrinya kemana pak?" tanyanya.
"Ada buk, mungkin kemarin ngga kedengeran," jawab Samir.
"Ini pak, karena sekarang sudah punya istri sebagai warga di sini, kami sebagai ibu ibu di sini mau mengajak istri pak Samir untuk ikut pengajian rutin kampung sini, ini ya pak jadwal pengajiannya, saya berharap kehadiran istri pak Samir, kan belum kenalan juga sama warga di sini," ucap ibu RT.
"Iya buk, nanti saya kasih tau istri saya," ucap Samir mengambil kertas yang Ibu RT kasih, dan Samir melanjutkan perjalananya.
Di dalam rumah terlihat Una yang gelisah, dia mencoba menghubungi sepupunya, untuk minta tolong mengantarnya ke kampus, karena dia tidak berani naik taxi online, tetapi sepertinya sepupunya sedang sibuk dan tidak menjawab telepon Una.
"Aduh gimana ya, udah mau telat sih ini apa aku coba berani kan diri memesan taxi online ya, tapi kalau driver nya cowok gimana?duh bismillah aja deh semoga dapet drivernya yang baik-baik," ucap Una lalu memesan taxi online, dan dia langsung keluar menunggu taxi nya datang, dia sambil berdzikir meminta perlindungan Allah.
"Mba Unaza ya?" tanya driver itu yang alhamdulillah perempuan.
"Iya buk," jawab Una langsung masuk.
'Alhamdulillah driver nya ternyata perempuan, aku jadi tenang,'
Sampai di kampus ternyata sangat ramai sekali orang-orang untuk mendaftar ulang, dan lagi perempuan dan laki-laki tidak di pisah, membuat Una agak sedikit aneh bergabung dengan laki-laki, karena di pesantren dia terbiasa dengan anak perempuan saja, Una pun saat mengantri menjaga jarak yang lumayan jauh, karena ini dia selalu di potong oleh yang lain tidak tau aturan untuk mengantri, Una pun tidak berani memprotes kepada orang-orang yang memotong antriannya, bahkan ada yang mendorong-dorongnya, Una tidak bisa melawan, tak sengaja Samir melihat Una dari kejahuan dan sedikit prihatin melihat Una yang seperti ketakutan, Samir mengambil ponselnya dan menelepon Una.
"Iya mas?" jawab Una
"Kamu sudah sampai kampus?" tanya Samir.
"Sudah mas,"
"Dimana nya?"
"Tempat daftar ulang,"
"Bisa?"
"InsyaAllah mas, Una mau lanjut dulu ya mas nanti Una kabari kalau udah selesai," ucap Una menyelesaikan pembicaraan di telepon.
Una tetap di potong terus menerus dari orang yang tak tau diri, sehingga Una tidak sampai ke administrasi.
"Heh mba punya etika gak sih?enak aja motong-motong antrian, minggir sana ke belakang," teriak perempuan di sebelah Una, yang sudah tidak tahan melihat barisan Una di potong terus menerus. Akhirnya perempuan yang memotong antrian Una langsung balik kebelakang.
"Terima kasih ya," ucap Una sambil menunduk sopan kepada perempuan yang menolongnya.
"Dari tadi aku liatin kamu pasrah aja antrian nya di potong, ngapain takut sama mereka kita ini sama loh ngga perlu takut," ucap perempuan itu dengan ramahnya.
"Terima kasih ya,"
"Karin dari fakultas Hukum, kalau kamu?" ucap perempuan itu sambil mengulurkan tangannya.
"Unaza dari fakultas Pendidikan Agama Islam," balas Una menjabat tangan Karin.
"Wah udah kelihatan sih aura religi nya, salam kenal ya Una," jawab Karin dengan ceria dan di balas senyum oleh Una.
Akhirnya Una selesai juga melakukan daftar ulang dan administrasi lainnya, setelah itu dia ingin berkeliling sebentar melihat fakultasnya, agar besok tidak asing lagi melihat fakultasnya, dia pun berkeliling melihat ruangan ruangan di sana, tak sengaja dia melihat Samir sedang mengajar, Una kagum melihat Samir mengajar dengan sangat serius.
Buk
"Aduh," rintih Una yang ternyata di tabrak oleh laki-laki yang terburu-buru berlari.
Samir melihat ke arah luar karena tepat di depan ruangannya Una di tabrak oleh laki-laki sampai terjatuh.
"Una," batin Samir sambil membulatkan mata nya karena melihat istrinya jatuh di depan mata nya, dia bingung harus menolong Una atau tidak.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (963)

  • avatar
    Khaina8nZul

    bagus

    1d

      0
  • avatar
    Naysila

    bagus banget

    8d

      0
  • avatar
    Ahli Wah Yudi

    sangat suka

    10d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด