logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 6 Ingin Menikah

Kharel pun baru sadar atas ucapannya tadi.
"Iya kami para warga," jawab Kharel.
"Habislah aku akan dimarahi kakek," ucap Safa.
"Aku tidak menyangka seorang Safa ternyata cucu dari pemilik pesantren," ucap Kharel.
"Memangnya kenapa? aku tidak mencerminkan sebagai cucu guru besar agama ya?" ucap Safa.
"Aku tidak mengatakannya ya," jawab Kharel sedikit tertawa.
"Oh iya Kharel, kamu dikota kerja apa?" tanya Safa tiba-tiba.
"Kalau aku mempunyai pekerjaan di kota, mana mungkin aku sekarang disini kan?" jawab Kharel.
"Di kota memang sangat sulit mencari pekerjaan ya, lalu disini kegiatanmu apa?"
"Petani, aku disini membantu kakekku bercocok tanam dikebunnya." jawab Kharel.
"Rumahmu ada didekat mana? kamu tidak pernah memberitahuku," ucap Safa.
"Tidak terlalu jauh dari rumahmu,"
Mereka mengobrol panjang lebar, sampai tak terasa sudah hampir dekat dengan rumah Safa, tiba-tiba Kharel menghentikan langkahnya.
"Safa, saya cuma bisa mengantar sampai sini ya."
"Kenapa?"
"Kita tidak boleh terlihat berduaan seperti ini kan?" ucap Kharel.
"Lah emang kenapa sih?" ucap Safa heran.
"Kita bukan mahram," jawab Kharel.
"Hm berlebihan sekali, kan tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai," ucap Safa.
"Peraturan di desa ini sangat ketat, kalau nanti ada yang melihat kita berduaan seperti ini, bisa bahaya." ucap Kharel.
"Bahayanya kenapa?" ucap Safa.
"Nanti kita malah dijadikan mahram sama warga desa," ucap Kharel.
"Ha? apaan sih," jawab Safa.
"Pulang dan minta maaflah kepada kakekmu ya," ucap Kharel.
"Terimakasih sudah mengantarkanku," ucap Safa tersenyum, lalu melangkahkan kakinya untuk pulang.
Namun ternyata secara diam-diam Kharel tetap menemani walau dari kejahuan, dia ingin Safa pulang ke rumahnya dengan selamat.
Saat ingin memasuki rumah, Hisyam dan istrinya sudah menunggu di depan pagar, Kharel juga melihat itu.
"Tamat sudah riwayatku, wajah kakek asem banget." batin Safa lalu melangkahkan kakinya mendekat ke rumahnya.
"YaAllah kamu dari mana saja seharian ini Safa," ucap Rohimah terlihat khawatir.
"Siapkan semuanya," perintah Hisyam kepada muridnya.
"Kamu benar-benar ingin menghukumnya? ingatlah Hisyam, dia ini cucumu." ucap Rohimah.
Ternyata Hisyam mempersiapkan cambuk untuk menghukum Safa, ada santri yang melaporkan kalau Safa kemarin malam keluar dijam malam, dan bahkan sekarang Safa juga pulang malam, benar-benar tidak mencerminkan perempuan Shalihah.Sesuai peraturan di desa ini, jika ketahuan perempuan keluar diatas jam 8 malam maka harus dicambuk 10 kali dan jika ketahuan keluar bersama laki maka akan langsung dinikahkan. Seluruh santri baik perempuan maupun laki-laki dan beberapa warga petinggi desa dikumpulkan untuk menyaksikan penyambukan Safa, karena ini sebagai pelajaran untuk mereka agar tidak bertindak seperti Safa.
"Tidak ada hak istimewa untuk cucuku, peraturan tetap peraturan, dia bukan tidak tau. Kita sudah memberitahunya dan melanggar, berarti dia mengabaikan peraturan desa ini, tidak bisa dibiarkan. Jadi Safa apa kamu keluar diatas jam 8 malam kemarin?" tanya Hisyam.
"Iya," jawab Safa jujur yang tentu saja membuat kakek dan neneknya kecewa.
"Wah memang tidak adab, memalukan kakeknya saja ya dia," bisik-bisik orang-orang.
"Lalu apakah kamu keluar sendiri atau bersama laki-laki?" tanya Hisyam.
"Katakan saja yang sejujurnya Safa, dibanding dicambuk lebih baik menikah." batin Kharel menyaksikan mereka dari kejahuan.
"Tidak,sayahanya keluar sendiri." jawabnya dengan lantang, bahkan ekspresinya sama sekali tidak takut.
"Baiklah 20 cambukan," ucap Hisyam memerintahkan muridnya untuk mencambuk Safa.
"20?kamu mau membunuh cucumu?" teriak Rohimah.
"Tidak apa nek, jangan khawatir." ucap Safa.
"Lakukan sekarang!" ucap Hisyam
Prak!
Satu cambukan melayang dibetis Safa, sesungguhnya rasanya sangat sakit sekali, namun Safa tidak menunjukan ekspresi kesakitan sama sekali, bahkan dia tidak bergeming sedikitpun.
Prak
Cambukan kedua ternyata lebih menyakitkan lagi, Safa sedikit mengigit bibirnya menahan sakit yang luar biasa.
Prak
Cambukan ketiga, sudah terlihat darah yang mengalir dan tembus di rok Safa tercetak jelas.
"Safa," batin Kharel melihatnya benar-benar tidak tega, dia bahkan tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong Safa.
Sampai cambukan ke enam, betis Safa benar-benar sudah banjir darah.Namun dia bahkan tidak meneteskan sedikitpun air mata. Sedangkan Rohimah sudah menangis melihat kaki cucunya penuh darah, akhirnya dia bersujud memohon kepada warga dan seluruh orang yang ada disana.
"Mohon maafkan cucu saya, sekali ini saja saya mohon. Dia terbiasa hidup dikota dan belum beradaptasi dengan peraturan disini, maafka kesalahannya saya mohon kepada kalian semua." pinta Rohimah dengan sangat memohon, membuat Safa tidak tega melihatnya.
"Nenek, berdirilah. Safa baik-baik saja kok tak usah khawatir nek," ucap Safa.
"Lanjutkan!" perintah Hisyam.
Prak!
Cambukan ketujuh, sampai cambukan yang kesebelas. Walau Safa sama sekali tidak mengekspresikan rasa sakitnya, dan ternyata tubuhnya tidak bisa menahan rasa sakit itu, Safa terpingsan.
"Safa, YaAllah nak." ucap Rohimah langsung menangkap cucunya.
Kharel geram sekali rasanya dia ingin menolong Safa sekarang, tapi dia tidak hak sama sekali untuk menolongnya dan hanya bisa melihat dari kejahuan.
Safa langsung dibawa ke kamarnya dan langsung diobati oleh neneknya.
Sebenarnya Hisyam juga sangat sedih melihat cucunya dicambuk, tapi mau bagaimana lagi ini demi kebaikan cucunya, dia tidak ingin cucu perempuanya gagal seperti anak perempuannya yang gagal dan sangat membuat malu.
Safa semalaman dirawat oleh Rohimah, kakinya benar-benar terluka yang sangat parah, mungkin untuk beberapa hari Safa tidak bisa menggunakan kakinya seperti biasa, karena lukanya sangat besar.
Setelah sholat subuh, entah kenapa Kharel bergegas untuk pulang kerumah kakeknya.
"Kek, kakek dimana? kakek," ucap Kharel memangil kakeknya beberapa kali.
"Iya iya ada apa?" jawab kakek dari halaman belakang yang sedang menyiram tanamannya.
"Kek, sepertinya Kharel ingin menikah." ucap Kharel tiba-tiba.
"Alhamdulillah akhirnya Allah membuka hati kamu untuk menimbulkan niat menikah, kakek dan orangtuamu sangat khawatir kamu beberapa kali dijodohkan tidak mau menerima." ucap kakek.
"Kharel ingin menikah dengan gadis di desa ini," ucap Kharel.
"Wah baru dua hari disini sudah menemukan target ya, siapa gadis hebat yang berhasil membuat hati dingin cucu kakek ini luluh?" tanya kakek penasaran.
"Safa, cucu dari pemilik pesantren Al Hisyam." jawab Kharel.
"Gadis kota yang tadi malam dihukum cambuk? Kharel kamu yakin dengan pilihanmu itu?"
"Kharel tidak tau penawar apa yang terbaik selain pernikahan, karena sepertinya Kharel sangat tertarik kepadanya kek," ucap Kharel.
"Berapa lama kamu mengenalnya?"
"Semenjak kedatangan kami ke desa."
"Kharel, kamu tau kan setan itu sangat ahli dalam membujuk manusia, apalagi menggoda nafsu. Mungkin sekarang kamu hanya tertarik sesaat dengan gadis itu."
"Tertarik sesaat? apa benar aku hanya tertarik sesaat dengan Safa? tapi aku benar-benar selalu ingin dekat dengannya, dan ingin melindunginya." batin Kharel memikirkan ucapan kakeknya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (228)

  • avatar
    GadgetRumah

    cerita buku ini sangat Bagus 🤩🤩tapi sayangnya ceritanya Udah selesai padahal belum sampai ke janjan pernikahan huhuhu... plis lanjutin ceritanya 🥲

    12d

      1
  • avatar
    Aldo Jok

    lanjutin kaaaaaa

    22d

      0
  • avatar
    Gynaacute

    lanjut kak😫 endingnya nikah kan?

    28d

      1
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด