logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Chapter 5: Belanja Bulanan

Sudah hampir satu bulan Hana bersekolah disini tapi selama itu pula dirinya belum pernah kekantin, ya karena Hana selalu membawa bekal. Penghematan uang yang dikeluarkan, karena kebutuhan lainnya lebih banyak daripada membeli sesuatu yang tidak terlalu berfaedah.
Sepertinya keberuntungan berpihak pada Hanna karena guru-guru sedang beradakan rapat jadi tidak akan ada pelajaran yang masuk dan kelas dibubarkan jadi jam 10 itu mereka sudah pada pulang.
Hana sudah berencana untuk pergi ke minimarket karena kebutuhan dan bahan-bahan dirumahnya sudah hampir habis bersyukur gadis itu sudah mendapatkan gajinya bulan ini jadi Hanna dapat menggunakannya untuk membeli bahan-bahan yang habis.
Senang sekali rasanya, Hana suka pergi ketempat yang penuh dengan makanan, pakaian, dan aksesoris karena dia bisa mencuci mata melihat yang mahal dan mewah itu, meskipun dia tidak bisa membelinya cukup dengan melihatnya itu sudah membuat Hana senang.
"Kau akan kemana hari ini?" tanya Vierra.
"Aku akan pergi ke minimarket untuk membeli bahan makanan dan beberapa keperluan lainnya karena stok di rumahku sudah habis."
"Kalo begitu aku ikut denganmu, aku juga ingin membeli sesuatu."
Hana mengangguk senang, dan berjalan menuju parkiran. Sepertinya gadis itu tidak sadar jika Piter mengikutinya dari tadi dibelakangnya tanpa berbicara apapun.
"Kau pergi dengan Piter dan aku pergi dengan Rafael. Kau tidak mungkin membawa barang belanjaanmu  menggunakan sepeda bukan karena itu berbahaya." ucap Vierra yang membuat Hana terdiam.
"Piter?"
Vierra mengangguk dan menunjuk seseorang yang berada dibelakang Hana dengan dagunya. Hana berbalik dan melihat Piter yang menatapnya datar, pantas saja dari tadi punggungnya terasa panas. Entah kenapa Hana tidak suka tatapan datar Pieter adanya, karena biasanya pemuda itu menatapnya lembut.
Piter menarik tangan Hana dan memasukkan gadis itu ke dalam mobil. "Sepedaku bagaimana?" Hana takut sepedanya dicuri karena bagaimanapun hanya itulah yang Hana miliki untuk berangkat maupun pulang sekolah.
"Akan ada orangku yang mengantarkan sepeda itu kerumahmu."
"Baiklah."
Piter tersenyum kecil kemudian memasangkannya sabuk pengaman Hana, yang membuat gadis itu sedikit tegang.
Cup
Hana terdiam seperti patung ketika Pieter mencium pipinya sepertinya serangan itu cukup dahsyat sehingga membuat Hana diam tak berkutik sampai ke sebuah Mall besar. Piter terkekeh geli melihat Hana yang terlihat menggemaskan.
"Kau tidak mau turun?"
Hana tersentak sadar. "Oh, maafkan aku. Aku akan turun."
Piter menggeleng heran, mungkin lain kali Piter bisa mencium Hana agar gadis itu berubah menjadi penurut dan lebih diam tanpa membantahnya. Senjata yang cukup ampuh ternyata, Piter suka.
"Kenapa kita berada disini?" bingung Hana sekaligus sedih karena biasanya harga bahan di Mall lebih mahal daripada minimarket.
"Mereka juga kesini, lihatlah!" tunjuk Piter pada Vierra yang melambaikan tangannya pada mereka.
"Tapi disini mahal Piter." gumam Hana yang masih terdengar oleh telinga Piter.
"Ada aku."
Pemuda itu tersenyum dan menggenggam jari kecil Hana di tangannya yang tampak pad sekali. "Pas bukan seharusnya kau jadi kekasihku saja." ceplos Piter terkekeh kecil.
Namun berefek dahsyat pada jantung Hana, oh Tuhan kenapa pemuda di sampingnya ini mudah sekali berkata seperti itu apakah Piter tidak tahu jika Hana rasanya sudah hampir meleleh.
Mereka memasuki supermarket yang tampak penuh dengan kebutuhan pokok sayuran makanan dan lain-lain. Hana langsung melepaskan genggaman Piter dan meraih troli, Piter mengikutinya dari belakang pemuda itu juga mengambil sebuah troli tapi lebih besar daripada milik Hana.
Pieter terkekeh kecil ketika mendengar gumaman Hana yang membanding-bandingkan harga ditempat ini dan di minimarket misalnya saat ini.
"Kenapa gula ini mahal sekali, padahal merknya sama dengan yang di minimarket."
"Jiwa miskinku meronta-ronta!"
"Harganya terlalu mencekik Aku tak sanggup."
"Iri bilang bos! Ya iyalah aku iri ini menggiurkan tapi mahal."
"Kenapa tempat seperti ini niat sekali menguras kantongku."
"Ah, aku suka ini tapi mahal. Tidak jadi."
"Tidak jadi."
"Sepertinya aku tidak bisa membeli banyak karena sepertinya uang tidak akan cukup."
"Aku ingin sekali membeli ini untuk
Zoe, tapi harganya mahal sekali."
"Kenapa dia menyebut nama pria lain aku tidak suka." kesal Luc.
Piter juga tidak suka ada sedikit rasa cemburu di hatinya mendengar Hana menyebutkan nama pria lain tapi nama yang disebutkan Hana itu sedikit familiar sayangnya Piter lupa.
Piter mengambil barang dan makanan yang tadi disimpan Hana kembali, tidak tanggung-tanggung Piter mengambilnya 2 sampai 3 biji. Piter juga mengambil setumpuk buah buahan dan sayuran, dia ingin Hana sehat.
"Wah! Kenapa belanjaanmu lebih banyak dari Hana, Piter!" seru Rafael tertawa mengejek.
Piter hanya mengendus dan meraih pinggang ramping Hana untuk lebih mendekat padanya. Hana mengerjap kaget, dia menatap Piter disampingnya tapi ketika pemuda itu membalas tatapannya Hana bertemu dan mengalihkan pandangannya.
"Aku akan mengajakmu kesuatu tempat yang pasti kau suka." ajak Vierra menarik tangan Hana yang membuat pelukan tangan Piter terlepas dari tubuhnya.
"Aduh, Vierra pelan pelan!" seru Hana kerepotan menyesuaikan langkahnya dengan Vierra.
Kedua pemuda yang berada dibelakang mereka menggelengkan kepala heran, kenapa perempuan selalu antusias jika diajak berbelanja?
"Vierra kau berniat meracuniku!" lirih Hana melihat tempat idaman para wanita yang tepat berada di depannya. Toko pakaian!
Bukannya bersalah Vierra malah tertawa kencang. "Kau tahu aku dear." menarik Hana masuk.
"Tapi aku tidak punya uang." tolak Hana tetap berdiri ditempatnya.
"Piter apa kau tidak akan membiayai Lunamu, kau tahu sendiri dia sudah menjadi bahan bulian teman-teman di sekolah kita." ucap Vierra yang sangat tidak dimengerti oleh Hana.
Piter mendorong tubuh Hana pelan mengajak gadis itu masuk bersamanya. "Pilihlah kau suka!"
Hana menggeleng. "Tidak Pi..."
"Jangan membantah!" desis Piter, sepertinya sifat Lano yang satu itu turun pada putranya.
"Tap..."
Cup
Nah kan diam, Piter jadi geli sendiri melihat Hana yang mematung kaku. "Bawa dia!"
Vierra tertawa puas dan menarik Hana dari hadapan Piter. Baru tahu jika kelemahan hana ternyata adalah kecupan dari Piter, sekarang Vierra tahu cara agar Hana menurut padanya dan mengikuti kemauannya. Tapi tentu saja untuk kebaikan gadis itu, Vierra tidak suka jika kupingnya panas mendengar kata-kata sinis yang keluar dari mulut teman sekolahnya yang selalu mengatakan Hana tidak pantas bersama Piter.
Mereka tidak menunjukkan nya secara terang-terangan karena mereka takut kepada Piter, mereka menunjukkannya hanya ketika Hana sendirian jadi bahaya meninggalkan Hana sendiri.
Tanpa sepengetahuan Hana, sebenarnya Piter sudah memberi pelajaran kepada orang yang hampir menyelakai matenya itu dan Piter sudah pastikan bahwa orang itu tidak akan kembali berulah.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (140)

  • avatar
    annahyera

    cerita yang menjadi favorit ku di platform lain 💖💖🌹🌹

    26/07

      0
  • avatar
    AjaMuslimin

    good

    04/07

      0
  • avatar
    BAGuild

    bagus beritanya

    06/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด