logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Cerita Tahun 2013, Selanjutnya ...

Bartlesville, OK. Tahun 2013
Brum..
Sebuah mobil yang nampaknya belum lama dibeli, masuk ke kawasan komplek Universitas Wesleyan. Mobil itu kemudian berhenti sebuah rumah.
Tampak seorang pria berpakaian rapi keluar dari mobil itu, dan berjalan ke sebuah pintu rumah.
Ding ... dong! Suara bel menggema di dalam rumah itu.
Pintu kemudian dibuka dari dalam oleh seorang pria dewasa.
"Ryan!" ujar pria yang membukakan pintu itu. Lalu disambut senyuman oleh pria yang memencet bel rumah itu, "Mr. kim!"
...
"Dokter Ryan!" Kim kemudian mempersilahkan Ryan untuk duduk di sofa di ruamg tamu rumahnya, "Silahkan, duduk!"
"Tidak, Mr.Kim! Aku adalah Ryan!" Ryan lalu duduk di sofa.
Ryan tersenyum lebar, "Aku kembali ke rumah,"
Kim lalu bangkit dari duduknya, "Tunggu sebentar!" dia bergegas pergi ke dapur," Lihat ini!" Kim membawa sekotak plastik makanan,"Kue Pie Apel!"
"Oh My God," Ryan lalu segera mengambil kue Pie Apel itu.
Mereka tertawa bersama.
"Ryan, aku senang kamu berhasil mendapatkan gelar Bachelor, dan sudah menjadi Dokter!" Kim menepuk bahu Ryan.
Ryan lalu menatap Kim "Semua ini berkat Anda Mr.Kim, aku berhutang budi pada Anda,"
"Tidak, aku hanya membantu memberikan jalan saja," ucap Kim merendah.
"Oh ... ya, Ryan! Apa kamu masih bekerja di rumah sakit itu?" tanya Kim.
"Tidak, Aku sudah mengundurkan diri!" jawab Ryan.
Kim penasarn, "Kenapa? bukankah itu sudah sesuai dengan profesimu?"
"Mengobati orang bukanlah passionku," Ryan tertawa.
Kim meledek Ryan, "Aku tahu, passionmu adalah mengobati orang dengan gangguan mental, kan?"
"Mr Kim! Anda sangat mengerti!" Ryan ikut tertawa bersama Kim.
Kim lalu bertanya, "Lalu, kamu sekarang bekerja dimana?"
"Aku sekarang bekerja paruh waktu di Pusat Pemulihan Mental di Kota Oklahoma," Tegas Ryan.
"Cocok denganmu!" Kim tertawa lagi.
"Apakah kamu masih bersekolah di Universitas Kota Oklahoma?" Kim bertanya.
"Aku masih bersekolah di situ, tahun depan aku sudah mendapat gelar Master dari Universitas itu!" jawab Ryan.
"Dokter Spesialis?" tanya Kim.
"Ya, dan sepertinya, aku akan langsung mendaftarkan diri mengikuti test untuk menjadi Konsultan Psikiater." Ryan kemudian meneguk secangkir teh.
"Berarti, kamu memang betah bekerja di situ? Kim lagi-lagi meledek Ryan.
Ryan mengernyitkan alisnya, dan menyimpan cangkir teh di meja. "Tahukah Anda, Mr Kim? Setiap hari aku berhadapan dengan pasien halusinasi! Mereka mengatakan selalu mendapat teror dari keluarga atau sahabat mereka yang sudah meninggal!"
"Mengerikan sekali!" Kim berhenti tertawa dan melanjutkan perkataannya, "Bagimana kamu bisa tahan dengan situasi seperti itu?"
"Di situlah tantangannya," Ryan tersenyum lalu tertawa.
Kim geleng-geleng kepala mendengarnya, "Ingat Ryan! Jangan terbawa gila!" lanjutnya, "Tetap waras, meskipun kita berada di lingkungan orang tidak waras!"
Ryan mengangguk.
...
Pusat Pemulihan Mental Kota Oklahoma, 2013
Sebatang rokok mulai dibakar di sebuah ruangan, kepulan asapnya membuat ruangan itu jadi sesak.
"Aku melihat ada anak baru bekerja di sini?" Tanya Joe pada Kepala Divisi.
Joe menghisap rokoknya, dan menghembuskan asapnya dengan pelan, "Dimana dia ditempatkan?" tanyanya.
"Ya, Detective! Dia seorang Dokter. Dia bekerja paruh waktu, dan bertugas mengecek kesehatan para pasien dengan pengawasan minimum." jawab Kepala Divisi itu.
"Aku ingin minta satu hal pada Anda," ungkap Joe.
Kepala Divisi itu menatap Joe dengan penasaran, "Apa itu?"
"Jauhkan Dokter itu dari Sean!" jawab Joe tegas.
"Dia bekerja paruh waktu! Tidak mungkin aku mengijinkannya mendekati Sean," lanjutnya "Sean itu pasien pengawasan tinggi! Perlu surat tugas untuk mendekatinya."
"Tolong buatkan catatan di dokumen biodara Sean, aku takut Kepala Divisi selanjutnya tidak mengetahui hal ini," lanjut Joe, "Bukankah sebentar lagi, Anda akan diganti?"
"Ya, surat itu sudah aku terima, aku dimutasi ke Washington D.C," ucap Kepala Divisi itu.
"Siapa yang akan menggantikanmu?" tanya Joe penasaran.
"Anak baru! Lulusan Universitas Kota Oklahoma. Bulan depan dia sudah disini." jawabnya.
"Baiklah, kalau begitu, aku akan menemui Sean dulu." Joe beranjak, kemudian melangkah pergi menuju ruangan tempat Sean dirawat.
Dia juga sempat melewati ruangan tempat Rose dirawat. Joe sempat berhenti sejenak di depan ruangan itu, dan mengintip ke dalam.
Dia melihat Rose sedang tertidur pulas.
"Apa perlu aku isolasi Rose seperti Sean?" tanya Joe pada dirinya sendiri.
"Apa Ryan akan menemukan Rose di tempat ini?" Lanjutnya, "Tapi, itu tidak penting, Rose tidak ada hubungannya dengan kasus Dejavu yang menimpa Ryan!"
Joe melangkah kembali menuju Ruangan Sean.
...
Sesampainya di ruangan Sean, Joe lalu membuka pintunya dan menyapa Sean yang sedang duduk memandangi pemandangan di luar jendela.
"Anda rindu berada di luar, Doktor Sean?" ucap Joe sambil melangkah mendekatinya.
"Tidak perlu basa basi," Sean masih mengacuhkan Joe.
Joe memberikan sebungkus rokok pada Sean. Sean melihatnya sekilas lalu mengambil bungkusan rokok itu.
Joe melihat begitu banyak puntung rokok yang berceceran di ruangan itu, "Berapa batang rokok yang Anda habiskan dalam sehari?" tanyanya.
Sean tidak menjawab, dia sibuk membakar ujung rokok yang dia pegang, lalu menghisap asapnya.
Sean kemudian menghembuskan asap rokoknya ke udara, "Ada perlu, apa?" tanyanya ketus.
Joe tersenyum, lalu mengatakan,"Tentang Dejavu! Tolong jelaskan padaku,"
Sean masih asyik menikmati sebatang rokoknya itu," Dulu, saat aku menjelaskannya di kantor Polisi, mereka semua tertawa."
Joe menghela napas, "Aku percaya! Anda dulu melaporkan kasus ini di beberapa Markas Kepolisian. Kepolisian Kota Oklahoma merespon itu dengan serius!" ungkap Joe.
Sean tertawa, "Ha ... ha ... bukankah respon serius itu, karena ada laporan tentang pelaut yang hilang saat mengikuti arahan dari buku yang aku buat?"
Joe menggelengkn kepalanya, "Bukan soal pelaut itu! Tapi soal buku Anda. Aaku belum pernah membaca buku itu, apakah buku itu masih ada?" tanyanya.
"Meskipun masih ada, aku tidak akan memberikannya," ucap Sean tersenyum meledek.
Joe tersenyum kesal, lalu mencabut rokok yang ada di bibir Sean.
"Begini Doktor Sean," Joe kemudian menatap tajam mata Sean yang terlihat kaget saat rokoknya dibuang oleh Joe.
"Aku adalah seorang Polisi, aku bisa saja mematahkan beberapa tulangmu hanya untuk mendapatkan buku itu." lanjut Joe, "Tapi, aku lebih suka memintanya dengan halus kepadamu,"
Joe kemudian menyibakan kemejanya, dan memperlihatkan sebuah senjata api "Dessert Eagle" yang tersimpan di ikat pinggangnya pada Sean.
Sean menelan ludah. Joe berhasil menakut-nakuti Sean.
"Kamu punya maksud lain, dari sekedar ingin tahu soal kasus Dejavu!" ucap Sean.
"Apa kamu sedang mengincar orang yang terkena efek Dejavu itu?" tanya Sean.
"Anda benar-benar pintar! Tentu saja pintar, Anda seorang Doktor lulusan dari Universitas terkenal." Puji Joe.
Joe melanjutkan, "Aku hanya penasaran saja, apa isi buku itu?"
Sean mengalihkan pandangannya keluar jendela, "Aku masih menyimpan cetakan terakhir yang penerbit berikan kepadaku," ungkap Sean.
"Ambilah buku itu di bawah tempat tidurku!" terang Sean.
Joe lalu berdiri dan mencoba membuka kasur tempat tidur sean. sebuah buku yang tidak terlalu tebal terlihat di bawah kasur itu.
Joe mengambil buku itu, "Buku ini?" Joe mengacungkan buku itu pada Sean.
"Ya!" Sean menjawabnya dengan singkat.
Joe membawa buku itu dan kembali duduk di sebelah Sean yang sedang membakar sebatang rokok lagi.
Buku itu berjudul " Sean 1990" dengan cover seorang pria yang memasuki suatu gua di sebuah samudera.
"Aku akan membacanya dengan cepat!" ucap Joe pada Sean.
"Terserah," timpal Sean tidak peduli.
Setelah sekian lama Joe membaca buku itu, dia berhenti di sebuah halaman yang berada di pertengahan isi buku itu.
"Apa ini?" ucap Joe tidak percaya.
"Pararel Bublle?" lanjut Joe heran, "Jadi, ada hal lain selain Dejavu yang bisa menimpa orang-orang itu?"
Sean tertawa kecil melihat reaksi Joe.
"Ya! Pararel Bublle lebih rumit daripada Dejavu." Sean menjelaskannya dengan santai dan ... sambil merokok, (Sayangnya, tanpa segelas kopi)
Joe menunjuk sebuah tulisan "Lalu, apa ini? The Creature?" tanyanya.
Joe menetap Sean.
Sean menjawabnya dengn santai, "Ya, Itu adalah sebuah entitas tidak berbentuk, dan bisa mengendalikan Pararel Bublle maupun Dejavu,"
Joe hanya melotot mendengar ucapan Sean.
"Darimana, Anda tahu semua ini?" tanya Joe penasaran.
Sean menjawabnya tanpa beban. "Mahluk itu yang memberitahuku!"
"WTF!" Joe tidak percaya mendengarnya.
Joe kemudian menghela napasnya, "Jelaskan padaku semunya!" Pintanya.
Sean lalu mengalihkan pandangnnya pada Joe, dan menatapnya dengan tajam. "Kamu mau tahu bagian mana?" tanyanya.
Joe kemudian membakar rokoknya, "Semuanya!"
...

หนังสือแสดงความคิดเห็น (29)

  • avatar
    salvatoresherry

    cerita yg sgt menarik so far

    30/06

      0
  • avatar
    Asis Rahim

    cerita ini sangat best

    29/06

      0
  • avatar
    opetrandy

    makasih

    23/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด