logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Di Balik Penyekapan Sherlie? Kejutan!

Markas Kepolisian Kota Oklahoma, 2008.
"Ada apa lagi?" Gerutu Dahlia, saat Joe menatapnya di ruangan introgasi. "Apa kamu mulai menyukaiku?" Ucap Dahlia sambil meledek Joe.
Joe menatap dahlia dengan tajam, dan mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Dahlia, "Aku sebenarnya ingin menendang bokongmu!" ucapnya.
Joe melanjutkan perkataannya, "Tapi, jika aku lakukan itu, kakiku malah akan bengkak!" Kemudian, Joe tertawa puas.
"Sudahlah, cepat! Apa maumu?" Teriak Dahlia dengan kesal.
Joe mengambil sebuah kertas yang berada diantara tumpukan kertas lain, "Pria bernama Allan itu, aku sudah menemukannya!".
"Allan? Siapa dia sebenarnya? Dimana dia tinggal?" Dahlia terlihat sangat bersemangat saat mendengar nama pria itu.
"Wow ... wow ... sabarlah! Lihat ini, apa dia yang kamu sebut sebagai, Allan?"
Joe menyodorkan sebuah kertas berisi foto seorang pria, yang tidak lain adalah Ryan.
"Ya! Ini adalah Allan!" jawab Dahlia.
"Bagus!" Joe melanjutkan, "Dahlia, sebentar lagi kasusmu akan masuk ke persidangan,"
"Aku tahu!" jawab Dahlia.
"Apa kamu tahu, berapa lama kamu akan dikurung?" tanya Joe.
"Aku tidak peduli," jawab Dahlia ketus.
"Baca ini!" Joe menyodorkan sebuah kertas lain yang berisi beberapa tulisan tentang tuntutan jaksa kepada Dahlia.
"12 Tahun?" Dahlia melotot melihat kertas itu.
"Kamu akan menghabiskan sisa hidupmu di sini," Joe mulai menakut-nakuti Dahlia.
Dahlia lalu menatap Joe, "Lalu, Apa maksudmu memperlihatkan kertas itu?"
"Aku bisa membantumu untuk memperingan hukuman ini, tapi hanya saat kamu mau mengikuti perintahku." Joe lalu tersenyum.
"Apa tawaranmu?" tanya Dahlia.
Joe kemudian duduk di sisi meja, "Ini soal Allan yang mencari Sherlie!"
Dahlia mengernyitkn alisnya, "Maksudmu?"
Joe mulai mengingatkan Dahlia sesuatu, "Aku ingin bertanya sekali lagi, saat Allan mendatangi rumah 111rd itu, apa tujuannya?"
Dahlia mulai mengingat sesuatu, "Dia bilang sedang mencari seorang gadis bernama Sherlie!"
"Apa Allan mengatakan, siapa yang memberitahu rumah itu padanya?" tanya Joe.
Dahlia menjawab, "Dia mengatakan, Sherlie yang memberitahunya,"
Joe menghela napasnya, "Apa yang Sherlie katakan pada Allan tentang rumah itu?"
Dahlia mulai bingung, dan menjawab, "Sherlie mengatakan pada Allan, kalau rumah itu, adalah rumahnya!"
Dahlia melihat Joe dengan tatapan bingung, "Apa maksudnya ini? Cepat katakan!"
Joe tertawa mendengarnya, "Aku memakluminya! Dahlia, otak tuamu itu sudah mulai lambat untuk berpikir!" Lanjut Joe, "Jika Allan mengatakan Sherlie tinggal di rumah itu, artinya suatu saat akan ada gadis yang tinggal di rumah itu, dan pastinya gadis itu bernama Sherlie!"
Dahlia melongo mendengar perkataan Joe barusan
"Maksudmu, Sherlie belum menempati rumah itu?" tanya Dahlia.
"Ya!" Joe kemudian tersenyum, "Jika aku berhasil mengurangi masa tahananmu, aku ingin kamu mencari gadis bernama Sherlie itu!" ungkapnya.
Dahlia langsung menjawab, "Untuk apa?"
"Aku ingin melihat sesuatu!" tegas Joe.
Joe sebernarnya ingin melihat penyekapan Sherlie itu terjadi, Joe sangat ingin membuktikan ucapan Sean.
"Bagaimana cara aku melakukannya?" tanya Dahlia.
Joe mendekatkan wajahnya lagi pada wajah Dahlia, "Saat kamu telah menyelesaikan masa tahananmu, kembali ke rumah itu!" Lanjutnya, "Pastikan penghuni rumah 111rd itu adalah Sherlie!"
Dahlia membulatkan matanya, tanda tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.
"Kamu ingin aku menculik gadis bernama Sherlie itu?" tanya Dahlia keheranan.
Dahlia menggelengkan kepalanya, "Aku bisa masuk penjara lagi!" "Apa kamu gila?" hardik Dahlia.
"Lakukan saja! Aku akan melindungimu! Aku pastikan selama gadis itu bersamamu, tidak akan ada Polisi yang mendekatimu!" Lanjut Joe, "Meskipun kamu menculik dan menyekapnya di sebuah gubuk yang berada pinggir jalan raya sekalipun, tidak akan ada Polisi yang mendektimu! Aku jamin!"
Dahlia berpikir sejenak, "Aku tidak mengerti apa tujuanmu!" Dahlia kemudian berkata, "Aku tidak mau!"
"Kamu tidak mau?" Joe tersenyum kecut, "Aku akan menambah berat kasusmu! Membuatmu di penjara dalam waktu yang sangat lama! Dan, akan aku menyeret anak gadismu itu masuk ke sebuah sel tahanan khusus!" ucap Joe dengan tegas.
"Sel khusus apa?" tanya Dahlia.
"Sel tahanan khusus, yang berisi para pria-pria Psikopat dengan kasus Sadomakosisme! Apa jadinya jika ada gadis muda dan cantik masuk ke situ?" Joe kembali menakut-nakuti Dahlia.
"Sialan! Jangan!" Dahlia buru-buru meralat ucapannya tadi, "Baiklah, aku akan melakukannya!"
"Tapi, ada syaratnya!" Dahlia memberikan penawaran.
"Apa itu?" tanya Joe.
"Jangan kurung, Rose!" Pinta Dahlia.
Joe terdiam sejenak, lalu berkata "Aku tidak berjanji soal ini. Aku tentunya tidak bisa membebaskan Rose begitu saja. Tetapi, setidaknya aku akan mengusahakan agar anak gadismu itu tidak mendekam di sel penjara!"
Dahlia akhirnya menyerah, "Baiklah, aku akan menuruti apa yang kamu inginkan," jawabnya.
Joe meminta Dahlia untuk diam, "Ingat! Jaga rahasia ini."
"Baiklah!" Dahlia mengangguk.
Joe beranjak dari meja yang dia duduki, "Deal?"
Dahlia hanya mengangguk tanda setuju.
Joe kemudian langsung mengambil ponsel di saku celananya, dan mencoba menelepon seseorang.
Teleponnya langsung tersambung, dan dijawab oleh seorang pria.
"Hallo, Detective!" Sapa seorang pria di ujung sebuah sambungan telepon itu. "Ada perlu, apa?" tanyanya.
"Aku ingin minta tolong padamu, aku akan menitipkan seorang pasien baru kepada Anda, seorang gadis! Apa Anda bisa membantuku?" Pinta Joe.
"Tentu saja, itu mudah!" jawab pria itu.
"Terima kasih, Pak Kepala Divisi!"
Joe menutup teleponnya, dan tersenyum pada Dahlia. "Bagaimana?"
...
Beberapa hari kemudian,
Ryan sedang membaca dengan serius, sebuah berita online yang dia cari lewat internet di komputernya itu.
"Perkembangan kasus yang melibatkan para tersangka, yaitu Dahlia (50) dan anak gadisnya Rose (23) akhirnya, sudah memasuki hasil vonis dari hakim persidangan. Dahlia (50) dihukum penjara 6 tahun, sedangkan Rose (23) dinyatakan mengalami gangguan mental dan dirawat di salah satu Pusat Pemulihan Mental yang ada di Kota Oklahoma."
"Kasus ini, dinyatakan resmi ditutup oleh pihak Kepolisian Kota Oklahoma."
...
Ryan memegang dagunya, merasa keheranan, "Kasus pembunuhan berencana, hanya di hukum 6 tahun penjara?"
Ryan melanjutkan, "Aku sudah menyangka, Rose memang mempunyai penyakit mental. Untungnya dia tidak di penjara,"
Kemudian, dia memakan sebuah Pie Apel yang diberikan oleh Kim kepadanya.
"Kue Pie Apel ini, enak sekali, mengingatkanku pada rumah!"
Ryan teringat saat dulu memakan Pie Apel kesukaannya sambil menggembalakan domba di peternakan milik keluarga.
Dia kemudian teringat pada Allan, sahabatnya.
"Allan, pasti saat ini sedang menempuh studi hukum untuk menjadi seorang pengacara."
"Aku akan menyusulkan ke Virginia suatu saat."
Ryan menghentikan aktivitasnya memakan kue Pie Apel itu, "Apa yang kira-kira akan Allan katakan, bila mengetahui bahwa alamat rumah yang Sherlie berikan adalah tempat para buronan polisi?"
"Apa Allan akan percaya jika aku mengatakan para buronan itu hampir saja membunuhku!"
"Apa yang akan kamu lakukan, Allan? Jika kamu berada di posisiku?"
...
Woodstock, menjelang musim dingin 2008.
Kring ... kringg
Sebuah telepon rumah berdering, dan memecah kesunyian di sebuah peternakan.
Kemudian, seorang pria mengangkat telepon itu.
"Hallo selamat siang!" Sapa pria itu untuk memulai pembicaraan.
"Hallo, selamat siang. Apa nomor telepon ini masih milik Meilleur Farm?" Seorang pria muda bertanya di ujung telepon.
"Ya! Anda betul, ini adalah Meilleur Farm, peternakan terbaik di Desa Woodstock," jawabnya.
"Aku ingin bertanya, apa Ryan masih tinggal di situ?"
"Oh ... Ryan! Ryan sekarang sedang tidak berada di sini, Ryan sedang menempuh pendidikannya di luar Woodstock," Pria itu melanjutkan, "Aku Peter, pamannya. Apa ada yang bisa disampaikan pada Ryan?"
"Uncle Peter?" ucap pria muda itu kaget.
"Kamu mengenalku?"
"Tentu saja! Oh ya ... Uncle Peter, Ryan melanjutkan sekolahnya kemana?" tanya pria muda itu lagi.
"Universitas Wesleyan di Negara Bagian Oklahoma," jawab Peter.
"Oklahoma?" Pria muda itu tampak kaget.
"Ya betul," Peter melanjutkan, "Kamu siapa? Apa perlu aku mengabari Ryan?"
Pria muda itu menjawab," Tidak perlu, aku hanya ingin tahu kabar tentang Ryan. Uncle, aku mohon jangan sampai Ryan tahu soal telepon ini."
"Baiklah kalau begitu, tapi siapa yang menelepon ini?" tanya Peter lagi.
"Aku ... Allan,"
Sambungan teleponnya kemudian terputus.
...

หนังสือแสดงความคิดเห็น (29)

  • avatar
    salvatoresherry

    cerita yg sgt menarik so far

    30/06

      0
  • avatar
    Asis Rahim

    cerita ini sangat best

    29/06

      0
  • avatar
    opetrandy

    makasih

    23/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด