logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Sebuah Cerita

Markas Kepolisian Kota Oklahoma, 2008.
Di sebuah ruangan, seorang Opsir polisi memanggil bawahannya untuk menghadap dan berbicara di ruangannya.
"Pak, Anda memanggil saya?" Tanya seorang polisi yang baru saja masuk ke ruangan Opsir itu.
Opsir polisi itu menjawab, "Kopral Joe, bagaimana hasil pengembangan kasus kemarin?" lanjutnya, " Media, terus menerus meneleponku!"
"Ya, Pak! Tersangka mengatakan mereka tidak mengenal gadis bernama Sherlie itu," Jawab Joe.
"Tidak mungkin!" ujar opsir polisi itu, dia mulai menatap Joe, "Kamu tahu, Joe? Wartawan menyebutku polisi pembual!"
"Coba kamu pikirkan! Aku mengatakan pada wartawan bahwa penyerbuan kemarin itu, karena adanya laporan penculikan. Namun, yang kita tangkap adalah tersangka kasus lain!" Opsir itu mengernyitkan alisnya, "Wartawan itu menertawakanku, Joe!"
Joe hanya bisa terdiam, tidak berani menyanggah pembicaraan Opsir polisi yang merupakan atasannya itu.
Opsir itu mulai menunjuk-nunjuk Joe, " Selesaikan kasus aneh ini," lanjutnya, "Aku, sudah menandatangani ini,"
Opsir polisi itu menunjukan sebuah surat tugas pada Joe. "Mulai saat ini, posisimu sudah resmi menjadi seorang Detective."
"Yes, Sir!" Joe mengambil surat tugasnya dan langsung meninggalkan ruang Opsir polisi itu tanpa banyak bertanya.
...
Joe melangkah menuju sebuah sel khusus yang berada di Markas Kepolisian itu, "Keluarkan Dahlia! Bawa dia ke ruangan introgasi!" "Baik, Pak!" Seorang polisi wanita menuruti perintahnya.
Dahlia di borgol dan dibawa keluar selnya.
"Ibu, Ibu mau ke mana?" Rose panik Ibunya dibawa pergi oleh seorang polisi wanita.
"Tenang Rose, tetap di situ!" Ibunya mengingatkan Rose untuk tetap di dalam sel penjara.
Dahlia berjalan tertunduk, dia dibawa memasuki sebuah ruangan. Ruangan itu berisikan sebuah meja panjang dengan dua buah kursi di masing-masing ujung mejanya.
Terdapat sebuah cermin besar yang menempel di dinding itu.
Dahlia sudah menduga, dia akan diintogasi kembali.
"Duduk!" Joe memerintahkan Dahlia untuk duduk di kursi yang bersebrangan dengannya. Dahlia lalu duduk dan menatap Joe dengan tatapan sendu.
Joe berdiri dan mendekati Dahlia. "Apa hubunganmu dengan pria bernama Allan itu?" lanjutnya "Ceritakan padaku! Siapa orang yang kamu sebut Allan itu? Kamu bilang, Allan mengunjungi rumah itu?"
Dahlia hanya diam dan tidak mau menjawab pertanyaan Joe.
Joe tersenyum lebar, "Oh ... kamu mau bermain-main denganku?"
Joe berjalan perlahan mendekati sakelar lampu dan mematikan semua lampu di ruangan itu. "Apa yang akan kamu lakukan?" Dahlia nampak kaget.
"Bawa anaknya kemari!" Perintah joe.
Polisi wanita yang tadi bersama Dahlia, lalu keluar ruangan dan membawa Rose ke ruangan yang gelap itu bersama ibunya.
"Rose!" Dahlia berteriak-teriak. Namun, tidak nisa melakukan apa-apa.
"Ibu! Tolong aku!" Rose mulai ketakutan dan memanggil ibunya.
Di kegelapan ruangan itu, Joe lalu mengokang senjatanya.
"Apa kamu masih mau diam, Dahlia?"
Dor ... dor .... Suara tembakan membuat seisi ruangan itu kaget.
"Akkkkhhh!!!" Suara teriakan Rose memekakan telinga.
"Rose!" Dahlia yang sangat kaget dengan suara tembakan itu kemudian menangis histeris, "Aku mohon jangan Rose! Dia anakku satu-satunya!"
Joe membentak Dahlia, "Kalau begitu, bicaralah!"
"Baik! Aku akan bicara, semuanya! Aku berjanji! Jangan sakiti Rose!" Dahlia sekarang menangis tersedu-sedu.
Lampu ruangan kembali dinyalakan.
Dahlia melihat Rose menangis di sudut ruangan dan dijaga oleh polisi wanita yang membawanya tadi.
"Barusan, aku hanya memakai peluru hampa yang ditembakan ke atas!" Lanjut Joe, "Jika kamu masih diam, aku akan melakukannya dengan terukur, dan tentu saja memakai peluru tajam!"
Joe menodongkan pistolnya ke arah Rose yang ketakutan dan hanya bisa memeluk lututnya.
Dahlia sontak berlutut dihadapan Joe, "Jangan! Aku berjanji! Aku akan mengatakan semuanya!" Dahlia mulai memohon-mohon.
"Luar biasa, Pak Joe!" Polisi wanita itu memuji joe.
"Bawa gadis itu kembali ke selnya!" Perintah joe pada polisi itu.
Polis itu kemudianmembawa Rose pergi, kembali ke selnya.
...
"Ok ... Dahlia, sekarang ceritakan semuanya!" pinta Joe.
Joe membawa sebuah kertas dan pulpen, lalu mendekati Dahlia dan mulai duduk di pinggir meja sambil melipat tangannya.
Dahlia menghapus air mata di pipinya. "Aku awalnya tidak tahu siapa pria bernama Allan itu. Dia, tiba-tiba mengetuk pintu rumah yang aku tempati itu, lalu menanyakan tentang gadis bernama Sherlie,"
"Aku berpikir, tidak ada yang mengetahui keberadaan aku dan Rose di rumah itu. Menurutku, Allan sudah pasti seorang mata-mata Polisi." Ucap Dahlia dengan terisak.
Joe mencatat sesuatu di sebuah kertas. "Teruskan!" pintanya.
Dahlia menghela napas, "Aku meminta Rose untuk berpura-pura menjadi Sherlie, agar Allan mengira kami bukan buronan yang sedang dicari-cari Polisi. Awalnya dia percaya, namun entah kenapa dia tiba-tiba mengetahui kebohongan yang kami lakukan."
Joe menganggukan kepala, "Apa yang terjadi pada Allan?"
"Aku memberinya secangkir teh yang dicampur racun. Lalu, aku menyekap Allan. Aku berniat membunuhnya, namun Rose mencegahku!" Dahlia mulai menunjukan wajah penyesalan.
Joe mengernyitkan alisnya. "Darimana, Allan mengetahui rumah itu?" Joe seakan tidak percaya omongan Dahlia, "Katakan!"
"Dia bilang, dia mengetahuinya dari Sherlie! Dan rumah itu adalah rumah Sherlie!" Dahlia menjawab dengan tegas.
Joe mencatat semua yang Dahlia bicarakan.
"Apa hubungan Allan dengan Sherlie?" Joe penasaran.
"Aku tidak tahu dan tidak peduli," Jawab Dahlia.
Dahlia melanjutkan,"Tapi, Allan berkata bahwa aku telah menyekap gadis bernama Sherlie sebelumnya! Allan juga bilang, Sherlie yang mengatakan pada Allan, bahwa aku menyekap gadis itu!" Dahlia menggerutu, "Allan itu gila!"
Joe hanya terdiam, lalu melanjutkan pertanyaannya, "Apa ada orang lain yang mengetahui keberadaanmu di rumah itu, selain Allan?"
"Yang aku tahu, Allan di antar oleh dua orang kakaknya ke rumah itu," Dahlia menjawab pertanyaan Joe.
"Dua orang kakaknya?" Joe mencatat kembali.
"Ya!" ucap Dahlia.
"Apa kamu tahu, siapa kakaknya Allan itu?" Joe berhenti menulis dan menatap Dahlia.
"Aku ingat, Rose pernah bertemu dengan salah seorang kakaknya,"
lanjut Dahlia, "Namanya, Kim!"
"Kim?" Joe kemudian menulis nama itu.
...
Dahlia dibawa kembali ke selnya. Joe sudah mendapatkan sedikit titik terang atas kasus aneh ini.
"Aku butuh data tempat tinggal pria bernama Ryan itu," Perintah Joe pada seorang Staff Polisi.
"Baik, Pak!" Polisi itu segera mencari data Ryan.
Setelah itu, Joe menghampiri seorang Polisi muda yang sedang duduk di sebuh kursi, "Kadet! Hubungi Polisi Divisi Jalan Raya, aku membutuhkan data rekaman CCTV yang terpasang di area jalan SW89th St,"
Polisi muda itu sigap berdiri," Yes, Sir!" Lalu, pergi meninggalkan Joe.
Joe mendapat sebuah keanehan. Pria yang disebut-sebut oleh Dahlia sebagai Allan, sebenarnya adalah Ryan. "Apa motif Ryan berpura-pura sebagai Allan?" tanyanya.
Secara hukum, Ryan tidak bisa dipanggil atas kasus yang menyangkut Dahlia sebagai saksi. Karena, yang melakukan panggilan telepon darurat itu ternyata, atas nama Allan.
...
"Pak Joe! Ini hasil pelacakan yang aku lakukan!"
Staff polisi yang tadi diperintah oleh Joe, memberikan sebuah kertas.
"Siapa pemilik rumah ini?" tanya Joe.
"Pemiliknya yang sekarang bernama, Kim!" jawab Staff Polisi itu.
"Kim?" Joe lalu menganggukan kepalanya.
"Terima kasih!" Joe lalu meninggalkan Staff polisi itu.
Tidak berselang lama, Joe kembali menemui Staff polisi itu. "Tunggu, aku lupa sesuatu!" lanjutnya, "Siapa pemilik rumah itu sebelumnya?"
Staff Polisi itu menjawab, " Pemilik sebelumnya bernama, Doktor Sean!"
"Doktor Sean? Baiklah, terima kasih!" ucap Joe.
"Ya, Pak!" Jawab Staff Polisi itu.
Joe mengingat-ingat sesuatu ....
"Jadi begitu, ya ...."
"Sean!"
Joe tersenyum, "Kasus ini gila! Tapi aku menyukainya!"
"Let's dance!"
Joe melangkah pergi menuju mobilnya dan meluncur ke sebuah tempat.
...
Mobil yang dikendarai oleh Joe berhenti di sebuah tempat parkir sebuah gedung bertingkat. Dia turun dan melangkah masuk ke dalam lobby gedung itu.
"Selamat siang, Pak!" Beberapa orang penjaga mendekati Joe.
Joe lalu memperlihatkan lencana Polisi miliknya.
"Silahkan masuk, Pak!" Para penjaga tadi akhirnya mempersilahkan Joe untuk masuk.
"Selamat datang di Pusat Penyembuhan Mental Kota Oklahoma," Sambut seorang Resepsionis di dalam lobby gedung itu.
"Anda, mau bertemu siapa, Pak?" Tanyanya pada Joe.
"Kepala Divisi Kriminal dan Kejahatan Mental," Jawab Joe tegas.
"Sampaikan padanya, Detective Joe ada urusan dengan salah satu pasien di sini!" Lanjut Joe, sambil menatap tajam mata Resepsionis itu.
...

หนังสือแสดงความคิดเห็น (29)

  • avatar
    salvatoresherry

    cerita yg sgt menarik so far

    30/06

      0
  • avatar
    Asis Rahim

    cerita ini sangat best

    29/06

      0
  • avatar
    opetrandy

    makasih

    23/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด