logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 6 Kutukan

Kimi luar biasa geram mendapati sikap cuek Finn dan Ivona yang tak sediktpun tersadar bahwa kata-kata mereka amat menyakiti perasaannya. Kemarahan gadis itu membara, terpancar lewat sorot matanya yang tajam dan menantang keduanya.
“Dengar kalian berdua!” teriak tegas Kimi sesaat kemudian. Mampu melenyapkan tawa hingga tercipta sebuah hening kembali. “Aku akan sangat mengingat hari ini! Aku tidak akan melupakan hari penghinaan yang kalian berikan padaku sekarang. Suatu saat aku yakin bahwa akulah yang akan menertawakan kalian.”
“Apa maksudmu?!” ketus Ivona.
“Kau, Ivona! Aku bersumpah bahwa suatu hari nanti kau akan jatuh cinta pada pria yang sama kuno dan miskinnya sepertiku. Saat itu kau tidak akan bisa menolak perasaanmu karena kebahagiaanmu ada padanya!”
“Apa!” Dahi Ivona mengerut. Lalu sekejap kemudian ia tertawa terbahak-bahak. “Apa kau sedang mengutukku Gadis Kuno? Hahaha.”
“Tepat!”
Seketika tawa Ivona terhenti. Ia mendapati jelas sorot mata Kimi yang berapi. Kini ia sadar, ia sudah membuat gadis itu sangat marah. Mendadak perasaan takut muncul di hati Ivona.
“Dan kau, Finn!”
Finn bersilang tangan santai. “Apa? Kau ingin mengutukku agar aku jatuh cinta pada gadis miskin? Siapa dia? Apa itu kau maksudnya? Huh! Enak saja,” ucapan Finn membuat semua orang tertawa. Kecuali Ivona, yang sedang merasa gentar oleh ucapan amarah Kimi.
“Aku mengutukmu agar kau sama miskinnya denganku!” tegas Kimi.
“Apa!”
“Ya! Dan di saat itu aku akan tertawa terbahak-bahak melihatmu. Tak ada seorangpun gadis yang tertarik padamu lagi, Finn. Tak akan ada!”
Finn seketika membeku. Ia merasa terganggu dengan kutukan yang diberikan Kimi. Ia tak berharap hal itu betul-betul akan terjadi padanya.
“Semoga kalian tersadar,” sindir Kimi. Lalu cuek melepaskan sepatu hak tingginya, dan melemparnya begitu saja di depan Ivona, Finn, dan semua orang untuk meringankan langkahnya keluar dari tempat yang menyakitkannya itu.
“Aku terima kutukan, Kim!” suara Finn yang lantang tiba-tiba menghentikan langkah Kimi yang sempat melewati lelaki itu. Dari balik punggung Kimi, Finn kemudian berkata. “Jika aku jatuh miskin dan tak ada seorang gadispun yang mau denganku. Maka aku bersumpah, bahwa kaulah satu-satunya gadis yang setia menemaniku. Meskipun hatimu sudah diliputi oleh rasa benci padaku.”
“Apa!” Kimi membalikkan badannya. “Omong kosong!”
“Terserah apa pendapatmu.”
“Kau pikir aku bodoh sehingga mau menerimamu! Kutukan orang yang sombong sepertimu tidak akan pernah terjadi. Sementara kutukan dari korban sepertikulah yang akan terjadi!”
“Jadi kau merasa satu-satunya korban di sini.”
“Apa lagi maksudmu?!”
“Aku juga korban, Kim. Aku korban dari keegoisanmu.”
“Apa!”

“Sudah kukatakan baik-baik pada ayahku bahwa aku menolak dijodohkan denganmu. Kau tahu soal itu, dan kau juga tahu bahwa aku tidak mencintaimu. Namun ternyata kau sama sekali tidak mau mengerti perasaanku. Kau memanfaatkan penolakan ayahku untuk tetap mendekatiku, mengejarku seperti gadis-gadis lain. Berharap aku membuka hati untukmu. Begitu bukan? Jadi aku adalah korbanmu. Kutukanku akan sama kuatnya dengan kutukanmu.”
“Kau!”
“Hahaha. Jadi sebaiknya kita sama-sama berharap agar hal itu tidak terjadi.”
“Dasar pria menyebalkan! Seumur hidup aku tidak ingin bertemu denganmu!” bentakan Kimi pun menjadi penutup perdebatan mereka. Ia kembali melanjutkan langkahnya, bergegas pergi dengan hati yang masih terasa panas meninggalkan orang-orang yang telah menerima sumpah serapahnya.
“Hum. Jadi itu drama yang harus kusaksikan di tempat ini.” Pria asing tak bernama itu kembali menampakkan diri. Lagi-lagi ia bersikap seperti pengamat, usai melihat apa yang terjadi dengan para manusia di atas panggung. “Ya ampun! Kenapa mereka harus saling mendoakan dengan niat saling menjatuhkan. Huf... mau bagaimana lagi. Aku tetap harus mencatat sumpah mereka dan membiarkan semesta memprosesnya. Mereka harus menyadari kekeliruan mereka walau perjalanannya akan menyakitkan. Hmm... atau mungkin... ini akan membuat mereka menemukan apa yang dinamakan cinta? Baiklah, akan aku lihat mereka nanti.”
Usai ketegangan antara Kimi, Finn, dan Ivona terjadi. Pesta pun kembali berlanjut seperti tak terjadi apa-apa. Acara potong kue dimulai, namun pikiran Ivona yang terganggu oleh ucapan Kimi membuatnya kurang bersemangat untuk menikmati sesi itu. Sempat Ivona menyampaikan isi perasaannya kala Finn bertanya apa yang dipikirkan adiknya itu.
“Untuk apa kau takut dengan kutukan kosong itu. Kau hanya menguras energimu sia-sia saja,” tandas Finn terkesan tak mengindahkan perasaan Ivona. “Aku sendiri sama sekali tidak percaya.”
Di lain sisi, Kimi terlihat berjalan terisak-isak seraya membersihkan wajahnya. Perbuatan dan ucapan dua anak Osmond itu masih terpatri dalam pikiran Kimi, dan membuat hatinya terasa nyeri.
“Aku tak menyangka mereka jahat sekali padaku. Bagaimana jika Ibu tahu tentang hal ini, dia pasti akan sangat sedih,” ucap Kimi seorang diri. Kesedihannya membuat kakinya tak merasa lelah telah berjalan begitu jauh untuk keluar dari kompleks rumah keluarga Osmond.
‘Tin-tin....’
Tiba-tiba saja sebuah sedan mewah melambatkan lajunya di samping Kimi. Kimi yang merasa aneh pun berhenti, lalu celingak-celinguk mencari siapa yang diinginkan orang di dalam mobil itu.
“Hai, Kimi Kamea.” Sejenak usai jendela mobil terbuka, seorang pria menyapa Kimi dari dalamnya. Ternyata dia adalah pria asing dengan jas putih yang berkata tak biasa itu.
Kimi yang kebingungan bertanya. “Kau mengenalku?” ucapnya dengan badan agak membungkuk.
“Ya. Apa kau lupa kalau tadi namamu disebut sebelum naik ke atas panggung?”
Jawaban pria asing itu membuat Kimi kembali teringat pada kesedihannya.
“Masuklah! Biar kuantar kau pulang.”

หนังสือแสดงความคิดเห็น (104)

  • avatar
    EkaAlmira

    aku suka kepada cerita ini sangat cocok untuk anak anak jadi aku kasih bintang banyak

    7d

      0
  • avatar

    👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

    21d

      0
  • avatar
    Masrizal

    bagus sekali ceritanya

    22d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด