logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Garis Takdir

Garis Takdir

ASKAA


บทที่ 1 PERTEMUAN

Ramainya kota Jakarta membuat seseorang di dalam sebuah mobil terus mengumpat tak jelas pasalnya jam sudah menunjukkan pukul 7: 45 yang artinya ia telah telat 15 menit. Umpatan demi umpatan ia lontarkan jalan yang tetap padat membuat dirinya bertambah kesal.
"Sialan, kalau gini terus gue telat lebih lama lagi!"
Ia melihat ke arah samping mobil nya sebuah wanita menggunakan sepeda. Dan dengan mudahnya wanita itu melewati kerumunan yang padat ini, ia sangat betul seragam sekolah wanita itu sangat persis pada dirinya. Tanpa aba aba ia keluar dari mobilnya dan menyusuli wanita itu.
"Heh jamet, gue mau nebeng sama Lo!" ucap nya menahan sepeda wanita itu. Membuat wanita itu menoleh kebelakang untuk melihat siapa seseorang yang sudah menahan sepeda nya.
"M-maaf ada apa ya kak?" tanya wanita itu gugup. Seseorang yang sangat ia kenali, perasaannya bercampur aduk apa ia ada salah pada seseorang di hadapannya ini. Kalau ada tolong lah dia tidak mau mempunyai masalah lagi di sekolah.
"Gue nebeng, mobil gue gak bisa lewat macet." jelas cowo itu dengan nada yang sedikit berteriak. Mungkin wanita di hadapannya ini tidak bisa mendengar, padahal ia sudah bilang tadi kalau ia ingin menumpang.
Dia Alina Laura Margaretha, kaget sekali dia saat mengetahui MOS wanted yang paling di segani ini ingin menumpang pada sepedanya.
"Kaka serius?" tanya Alina memastikan. Kalau ia salah dengar ia harus pergi ke dokter untuk mengecek telinga nya nanti.
"Yaelah, udah telat 20 menit nih! Lo jangan banyak tanya napa." cowo itu mengambil ahli sepeda itu. Sedangkan Alina ia duduk di boncengan belakang. Senyum nya mengembang ternyata begini rasanya di bonceng seseorang yang notabene nya MOS wanted sekolah dan cowo terpintar di kelas sebelas IPA².
"Akhirnya nyampe." ucap Alina langsung menyuruh cowo itu meletakan sepeda nya untuk sedikit jauh dari parkiran.
"Parkiran disini kenapa letakin sepeda nya jauh jauh?" cowo itu bertanya heran pada Alina, lagian siswa siswi meletakkan kendaraan mereka semua di parkiran tetapi berbeda dengan wanita di hadapan nya ini.
"Nanti sepeda aku rusak kak, mereka bilang aku gak boleh parkirin sepeda di sini kalau aku parkirin mereka akan hancurin sepeda aku." jelas wanita itu menunduk kepalanya takut.
"Udah gue gak mau tahu, sepeda Lo tetep di sini. Kalau mereka hancurin atau rusakin sepeda Lo gue akan ganti nih sepeda." ucap cowo itu langsung melenggang pergi meninggal kan Alina sendiri.
"Nama kaka siapa?" teriak Alina berlari mengejar laki laki itu. Ia sedikit senang ternyata masih ada sosok baik bagi dirinya di sekolah ini.
Cowo itu terhenti kemudian melihat kan name tag nya, Alina mengangguk paham lalu tersenyum manis membuat seseorang di hadapannya terus memandangi wajah Alina lekat.
Ternyata cantik juga batin cowo itu terkekeh pelan.
"Kak Devan Arion Brasta, makasih yaa!!"
Seperti biasa Devan memanjat pagar sekolah saat terlambat. Sedangkan Alina ia hanya memandangi Devan pasalnya ini pertama kali ia terlambat dan ia pun tidak bisa memanjat pagar yang bisa di bilang cukup tinggi ini.
"Lo gak bisa manjat?" Alina menggeleng kepalanya tidak, ia juga malu kalau manjat menggunakan rok sekolah.
Devan menghela nafas gusar lalu kembali keluar pagar, ia berjongkok di hadapan Alina membuat wanita itu kebingungan.
"Naik!"
"Naik?" beo Alina tak yakin.
"Cepetan, entar ada guru!"
Alina menaiki pundak Devan dengan sangat ragu, ia memejamkan matanya saat Devan berdiri. Tentu saja ia takut ini sangat tinggi bagi dirinya.
"Lo bertahan di atas pagar, tunggu gue!" Devan memanjat pagar itu. Sedangkan Alina tubuhnya sudah bergetar ketakutan. Bagaimana kalau ia jatuh?
Kemudian Devan melompat, membuat Alina ingin menangis. Apa Devan akan meninggalkan nya sendiri di atas pagar setinggi ini.
"Sini lompat, gue tangkep."
Alina membulatkan matanya saat Devan berbicara seperti itu pada dirinya. Ia menggeleng kepalanya cepat, tentu saja ia tidak mau. Pasti dirinya sangat berat kan ia malu pada Devan.
"Lompat atau gue tinggal?"
Alina memanjatkan segala doa lalu ia melompat. Tidak terasa sakit sedikit pun ia membuka matanya  dan saat itu juga ia melotot tak percaya, ia memandang ke atas terlihat wajah Devan. Devan benar benar menangkap nya.
"Kan udah gue bilang gakpapa, lagian gak ada yang sakit kan? tanya Devan.
"Gak, kak. Makasih ya"
Setelah kepergian Devan Alina ingin pergi tetapi serasa ada yang aneh di dalam baju nya. Ia melihatkan ternyata sebuah kalung dengan liontin seperti cincin berputar.
"Cantik banget!" gumam nya dengan mata berbinar, ia yakin kalau ini kalung Devan yang mungkin terjatuh saat tadi.
Ia menyimpan kalung itu, akan di kembalikan nanti pada Devan. Memasuki kelas dengan memendap mendap, dia menghela nafas lega saat tak ada guru di dalam kelasnya.
"Dari mana aja Lo? sengaja ya datang siang biar gak bisa ngerjain tugas gue?" tuding seorang siswi memandangi Alina sinis.
"Heh, Lo tuh di kasih otak pinter gunanya buat kerjain tugas kita! jangan males malesan!" celetuk salah satu siswi di kelas Alina.
Selalu begini, tidak ada kah yang ingin berteman dengan dirinya? seburuk itu kah dirinya? ia kembali meneteskan air matanya.
"Kalian bisa gak sih hargain aku di kelas ini sebagai teman kalian?" tanya Alina dengan mata yang sudah berair. Ia tidak takut tetapi ia hanya tak ingin memperpanjang masalah, tetapi semakin lama ia semakin di sudutin.
"Cupu, kalau Lo gak mau di giniin jangan sekolah di sini! orang rendahan kek Lo gak pantes berada di sekolah elite ini!"
"Aku sekolah disini emang gak pake uang sendiri, tapi aku pakai otak yang bisa di andal kan! lagian kalian cuma pake uang orang tua aja sudah ngerendahin orang lain! dengar ya gak selamanya kalian terus yang di atas ada saat nya nanti giliran kalian yang di bawah! apa salahnya sih berteman sama orang yang gak punya? aku hargain kalian gak mau berteman sama aku karna aku miskin tapi setidaknya kalian jangan seenaknya terus sama aku! kalian gak pernah rasain jadi aku makanya kalian gitu!" dengan keberanian yang cukup banyak Alina menendang salah satu meja di kelasnya.
"Ada apa nih ribut ribut?" tanya Geral ketua OSIS SMA Darmajaya.
"Seperti biasa, ini cewek ngelawan di bilangin!" sinis Bianca mengadu pada Geral.
"Saya tau, pasti kalian yang mulai duluan!" tuding Geral pada Bianca, Liza dan Dela.
"Za, cowo Lo kok gak bela kita sih?" bisik Bianca kesal.
"Ral, kamu bela dia? "

หนังสือแสดงความคิดเห็น (43)

  • avatar
    SusilawatiSusi

    terimakasi

    18/08

      0
  • avatar
    JulaehaNeneng

    bagus

    17/06

      0
  • avatar
    Ko Na

    seru

    05/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด