logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

BAB 4

Di dalam kamar, Deva kini sedang bersiap-siap sambil bercermin memasang dasi yang sudah melingkar di lehernya sejak tadi. Dan saat setelah memasang dasi, Deva mencoba meraih jasnya yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
Namun tiba-tiba, teriakan seorang anak perempuan terdengar begitu sangat keras dari balik pintu.
"AKU INGIN SEKARANG!!!"
Mendengar teriakan itu, Deva pun langsung berjalan menuju keluar kamarnya, dan di lihatnya ternyata Aiko yang sedang menangis di bawah lantai sambil melempar-lemparkan mainannya ke sembarang tempat.
"Ada apa lagi dengannya, Oma?" tanya Deva menghampiri Oma yang sedang berusaha membujuk Aiko.
"Dia menangis dan memaksa untuk pergi ke taman hiburan hari ini. Dia bahkan tidak mau berangkat ke sekolah jika kau tidak mau menurutinya, Dev." Jelas Oma lelah.
Deva pun menghela nafasnya perlahan, lalu dia membungkukan tubuhnya di samping Aiko yang saat ini sedang menangis.
"Aiko... kau harus pergi sekolah. Hari ini kakak ada banyak pekerjaan di kantor, bukan kah kita sudah sepakat untuk pergi ke taman hiburan itu saat akhir pekan?" tanya Deva lembut sambil mengusap-usap kepala adik kesayangannya itu.
Tangis Aiko pun malah semakin kencang saat Deva mengatakan bahwa dia hanya akan mengajaknya ke taman hiburan saat akhir pekan.
Deva kembali mencoba membujuk Aiko yang masih saja memaksa dengan tangisnya yang semakin keras hingga membuat kuping Deva pun terasa sedikit berdengung karenanya.
Oma juga tidak tinggal diam, dia juga berusaha membujuk Aiko namun Aiko tidak mau berhenti menangis dan malah semakin menjadi-jadi.
Ponsel di saku celana Deva berdering, Deva mendengus kasar sambil meraih ponselnya. Dan di lihat nya, nama James tertera di layar ponselnya.
Deva pun segera mengangkat telfon James dan agak menjauh dari Aiko.
"Ada apa?!" tanya Deva sedikit membentak.
"Apanya yang ada apa?! Kau dimana? Bukankah kita harus mengecek lokasi hari ini!" amuk James di balik telfon.
"Aku ingin ke taman hiburan itu sekarang!!!" teriak Aiko di tengah-tengah obrolan Deva dengan James di telfon.
"Shhh!!! Nanti saja akhir pekan!" kata Deva menempelkan jari telunjuknya di depan bibirnya.
"Eh! Apa maksudmu Akhir pekan!!!" bentak James di balik telfon.
"Eh, bukan padamu!" jawab Deva.
"Apa-apaan kau ini! Cepat katakan kau ada dimana?! Kau ingin aku jemput atau tidak?!" tanya James.
"Aku ingin sekarang!!!!!" lagi, teriakan Aiko terdengar di tengah-tengah pembicaraan antara Deva dan James.
"Tidak sekarang!!"
"Apa maksudmu, Dev?!!!" tanya James semakin kesal.
"KAKAK JAHAT!!!!" teriak Aiko.
"KAU INI MAU KU JEMPUT ATAU TIDAK?!" lanjut James bertanya dengan sedikit berteriak.
"Kenapa kau berteriak?!!" amuk Deva pada James.
"KAU MEMBUATKU PUSING DASAR BODOH!!!"
"DIAM KAU! ATAU KU PUKUL KAU!!!" bentak Deva kesal karena James malah mengajaknya bertengkar di telfon.
"Omaaaaaaaa, kakak jahat dia akan memukulku!!!" rengek Aiko berlari ke pelukan Oma.
"Pukul saja! Aku bahkan tidak takut dengan ancamanmu!" amuk James.
Deva pun terdiam sesaat, dia jadi merasa sedikit pusing karena mendengar tangisan Aiko yang semakin kencang dan ulah temannya yang membuat mood-nya cukup buruk pagi ini.
"Sudahlah! Nanti aku telfon lagi!" Kata Deva.
"Eh, Dev!!!"
Tut.
Deva pun memutuskan sambungan telfonnya dengan James secara sepihak. Padahal James sama sekali tidak bermaksud untuk mengajak Deva bertengkar. Dia hanya ingin bertanya apakah Deva ingin dia menjemputnya atau tidak. Karena yang James ketahui bahwa mobil Deva sedang menjalani perbaikan di bengkel. Dan sebagai teman yang baik, James hanya berusaha menawarkan bantuan pada sahabatnya.
Deva mendengus kasar sambil memasukan ponselnya kembali ke dalam saku.
"Aiko, jika kakak sedang menelfon jangan berisik seperti itu! Kakak sedang bicara dengan teman kakak jadi tidak terdengar!" omel Deva pada Aiko yang saat ini sedang menarik-narik baju Oma.
"Kakak Jahat!! Kakak tidak sayang lagi padaku!" teriak Aiko sedikit berteriak.
"Eh, jangan bicara seperti itu... itu sama sekali tidak benar!" protes Deva.
Di tengah-tengah suasana bising antara Aiko dan Deva, tiba-tiba pintu kamar Yuen terbuka dan Yuen pun keluar dari dalam kamarnya. Wajahnya yang begitu terlihat dengan sangat jelas kalau dia baru saja bangun dari tidurnya itu melangkah menghampiri Aiko. Dan mungkin, Yuen memang terbangun karena suara tangisan Aiko yang sangat kencang.
Deva jadi sedikit merasa tidak enak karena sudah menganggu waktu tidur Yuen. Tapi, Aiko memang anak yang manja. Jika keinginannya tidak terpenuhi dia pasti akan terus menangis sampai akhirnya dia mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Ada apa? Mengapa gadis kecil kesayanganku ini menangis?" tanya Yuen yang saat ini duduk di samping Aiko sambil mengusap pucuk kepala Aiko dengan sangat lembut.
"Dia ingin pergi ke taman hiburan, dia bahkan tidak mau berangkat sekolah jika tidak pergi siang ini. Dev tidak bisa menemani karena ada banyak pekerjaan." Jawab Oma menjelaskan dan membuat Deva terdiam memperhatikan interaksi mereka.
"Oh, jadi gadis mungil kesayanganku ini ingin pergi ke taman hiburan ya?" tanya Yuen mulai terkekeh dengan wajah bantalnya yang sangat polos tanpa riasan make up sedikit pun. Tapi itu sama sekali tidak mengurangi kecantikannya.
Aiko tidak menjawab, dia masih terus menangis sambil mengusap kedua matanya beberapa kali.
"Kebetulan sekali hari ini aku libur bekerja. Jadi, bagaimana kalau kita pergi ke taman hiburan?" tanya Yuen berhasil membuat Aiko menghentikan tangisannya dan menatap wajah Aiko dengan rasa belum percaya dengan apa yang dia dengar dari Yuen.
"Kau mau ke taman hiburan kan?"
"Iya, aku mau..."
"Baiklah. Kalau begitu, sekarang lebih baik kita pergi mandi, setelah itu aku yang akan mengantarmu pergi ke sekolah agar kita bisa pergi langsung ke taman hiburan sepulang sekolahmu nanti. Bagaimana?"
"Benarkah?" tanya Aiko sedikit ragu.
Yuen menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
Aiko menunjukan jari kelingkingnya pada Yuen, "Janji?"
Yuen menatap jari mungil Aiko yang saat ini ada di depan wajahnya. Yuen kembali tersenyum lalu menautkan jari kelingkingnya seraya berkata, "Janji!"
Dan jawaban Yuen itu pun berhasil membuat Aiko kembali tersenyum senang.
"Horeee!!! Ke taman hiburan!!! Yeaaahhh..."
Aiko pun langsung melompat kesana kemari, dia terlihat sangat senang karena dia akan pergi ke taman hiburan bersama Yuen sepulang sekolahnya nanti.
Oma yang melihatnya pun hanya bisa tersenyum dan ikut senang. Karena memang selama ini, hanya Yuen-lah yang mampu meredam tangisan Aiko.
"Baiklah, Aiko... ayok kita pergi mandi!" ajak Yuen mengulurkan tangannya sambil tersenyum ke arah Aiko.
"Baik kak!"
Aiko pun menuruti apa kata Yuen dan terlihat sangat bersemangat menuntun Yuen ke kamar mandi.
Deva hanya hanya bisa terdiam, memperhatikan langkah kaki Yuen dan Aiko.
Oma bangkit dari tempat duduknya dengan senyuman di wajahnya, lalu dia pun sedikit berbisik pada Deva sebelum akhirnya dia pergi ke dapur.
"Yuen adalah gadis yang baik, apa kau tidak ada niat sama sekali untuk jatuh cinta padanya?"
Belum juga deva menjawab, Oma sudah pergi meninggalkan Deva hingga membuat Deva jadi keheranan.
Apa maksud Oma sebenarnya? Apa dia sedang berusaha mempromosikan Yuen padaku? Batin Deva.
Deva pun memilih untuk kembali bersiap-siap ke kamarnya. Namun di dalam kamar, perkataan Oma malah terngiang-ngiang di telinganya. Dan tiba-tiba dia merasa dadanya terasa berdegup cukup kencang saat membayangkan wajah Yuen.
Tidak, itu tidak akan pernah terjadi. Tidak akan pernah! Batin Deva sambil mengusap keringat yang mulai bercucuran di dahinya.
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (143)

  • avatar
    Nur Hikmah Gominqi

    baguss

    21d

      0
  • avatar
    AmeiliaSaskia

    ☺️☺️

    09/08

      0
  • avatar
    LestariMega

    👍👍👍

    30/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด