logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Permintaan

Pembicaraan Anneke dan Anggasta
Menjelang pagi, Anneke sudah terbangun, Anggasta masih terbaring. Tidak lama dia bangun dan tampak bingung sejenak kemudian dia beranjak keluar.
Asisten rumah tangga datang membawa sarapan untuk Anneke.
Wanita itu menyimpan makanan di meja. Dia tersenyum lalu segera keluar.
****
Hari yang dingin, Anneke berdiam diri sambil melihat pemandangan taman. Dia ingin melihat keadaan di luar sana, tetapi pintu dikunci dari luar.
Dia sengaja mengetuk pintu supaya ada yang membuka kunci tapi sayangnya tidak ada yang membuka. Dia belum menyentuh sarapan paginya. Dia hanya ingin minum kopi sambil melihat bunga-bunga.
Anggasta sedang menemani ibunya di kamar.
Anneke terus mengetuk pintu, hingga akhirnya lelaki itu membuka dan dengan sorot tajamnya dia menatap Anneke.
"Aku butuh udara segar, aku hanya ingin menikmati hari ini saja."
"Kau ini banyak maunya, buka saja jendela dan jangan banyak permintaan. Habiskan makananmu dan diamlah."
"Aku tidak akan kabur, kalau kau tidak percaya ikat saja kaki dan tanganku."
"Kau ini, tunggu sebentar aku akan bawa orang yang akan mengawasimu, Nona manja!"
****
Gadis itu berjalan dengan santai ditemani satpam yang mengikutinya dari belakang.
Dengan jarak sekira tiga meter, dia ikut menikmati bunga-bunga di taman yang sebelumnya tidak pernah di kunjungi.
Anneke begitu menikmati pagi itu, tanpa dia sadari Anggasta menatapnya dari balkon.
****
Prima berusaha mencari tahu keadaan putri tirinya itu. Johan terbaring di ranjang, perlahan kesehatannya kurang membaik, dia jarang menyentuh makanannya hanya sesekali minum saja.
Pingkan tetap bekerja dengan semangat tanpa kehadiran bosnya. Gadis itu menghitung laporan keuangan, tepatnya membantu bagian akunting yang sedang sibuk itu.
****
Anneke duduk di kamarnya lagi. Lagi-lagi dia mengetuk pintu berulang kali sampai Anggasta membuka pintu dan mendorong gadis itu hingga jatuh.
Dia mendongak. Menatapnya lekat lalu tersenyum.
"Kau gila, apa lagi maumu?"
Perlahan dia bangkit lalu mendekatinya.
"Aku ingin baju baru dan buku diary."
"Haha, kau pikir aku kakakmu! Duduk dan diamlah aku mulai kesal padamu."
"Kalau begitu bebaskan aku."
"Mimpi, kalau ingin bebas nanti kalau kau kuhabisi!"
Anneke terdiam.
Semalaman Anneke hanya diam sambil memandang jendela. Dia tidak makan sama sekali.
Anggasta yang sedang berada di kamarnya sambil membaca buku mulai memikirkan gadis itu.
"Gadis aneh, banyak sekali kemauannya, kurasa dia tidak takut padaku."
*****
Anggasta membuka pintu Anneke.
"Hei, manja, besok akan kukirim orang untuk beli baju dan buku yang kamu inginkan berikan saja ukuranmu."
"Kenapa aku tidak sekalian ikut saja?"
"Dengar ya Nona manja kau itu aku culik bukan aku nikahi, jadi jangan banyak gaya lu!"
"Rumahmu sangat besar dan nyaman dengan taman yang lumayan luas, meskipun rumahku luas tetapi aku kagum pada rumahmu."
Anggasta tersenyum sinis, lalu mendekati Anneke dan mengambil kursi.
"Seharusnya kau kubunuh saja, kau gadis aneh."
"Kematian lebih baik, lalu kenapa kau tidak melakukannya? Siapa kau dan apa tujuanmu menculikku?"
"Karena Ayahmu, bajingan itu telah menghancurkan ibuku!"
Anneke terkesiap, dia terkejut dengan apa yang tengah dikatakan lelaki di depannya itu.
"Kau jangan sembarangan, ayahku sangat baik, dia tidak mungkin seperti itu!"
"Ah, rupanya kau memang tidak tahu, lalu kalau dia lelaki baik, kenapa dia menikahi wanita nakal seperti ibumu saat ini?"
"Maksudmu Tante Prima?"
"Ya, asal kau tahu, dia mantan pacarku yang pernah bekerja di sebuah bar dan pernah juga menjadi simpanan lelaki hidung belang."
Anneke tersenyum kemudian dia membuka jendela.
"Kenapa kau malah membukanya?"
"Di sini mulai terasa sesak."
"Kau pernah berhubungan dengan wanita seperti itu?"
"Ya, memangnya kenapa?"
"Kau pun tidak jauh beda dengan lelaki hidung belang." umpatnya sambil berdecis.
"Ya aku memang brengsek, anak haram dan tidak berguna!"
"Lalu? Apakah semua ini karena wanita itu memberitahumu, karena kau mengaku menjadi supir baru?"
"Gadis pintar, memang begitu kenyataannya."
"Hahaha, sudah kuduga dia memang hanya mengincar harta ayahku."
"Syukurlah kau menyadarinya, baiklah aku akan kembali ke kamarku, jadi diam segera tidur, jika kau memang tidak ingin makan lagi, setidaknya jangan kau buang ke bawah sana, ingat banyak orang yang kelaparan di luar sana."
"Bawa saja dan berikan pada pengemis, aku tidak lapar."
"Dasar keras kepala!"
Anggasta hendak keluar. Belum jauh dia mendengar suara benda jatuh, dia kembali membuka pintu.
Anneke pingsan, tubuhnya ambruk.
Lelaki itu menggendong ke ranjang. Kemudian dia memanggil asisten rumah tangganya.
"Kayaknya dia kurang makan, dari pagi saya lihat hanya makan sedikit, sampai malam enggak makan lagi."
"Huft, menyusahkan saja, bawakan saja sup paksa dia makan, aku akan keluar sebentar.
Anggasta meninggalkan rumahnya dan menemui temannya.
"Gas, ada polisi yang mencarimu, kayaknya kamu lagi diincar, pakai lagi lu?"
"Enggak, udah lima bulan lepas, susah sih, tapi kuusahakan. Kalau minum yang belum bisa nih."
"Hati-hati itu juga sama bahaya, lepas perlahan sih, jangan sampai kecanduan."
"Okay, ya aku minta nomor butik Vixi, masih berhubungan sama dia?"
"Masih dong, buat apa beli gaun buat cewek lu yang mana nih?"
"Ah, kepo lu, cepat berikan saja kirim ke sini."
"Okay, bentar gue cari dulu."
****
Pukul 11.30
Anggasta baru kembali ke rumah. Dia membuka botol anggurnya lalu menuangkannya sedikit.
"Euh, kenapa jadi ribet begini!"
Dia mengacak rambutnya sendiri. Dia melihat ponselnya dengan pesan menumpuk dan tentu saja dari Prima.
Anggasta lalu menghubunginya.
[Apa kau wanita murahan?]
[Sayang aku ingin bertemu, aku rindu]
[Dengarkan aku, kau wanita bersuami yang tidak tahu diri, enyahlah, aku sudah memblokirmu berkali-kali kau tidak tahu malu]
Baru saja Prima akan berbicara, seseorang
tampak memanggilnya, dia segera menghampirinya.
"Kenapa sayang? Kau perlu sesuatu?"
"Kamu lagi apa di meja kerjaku?"
"Aku lagi mengecek pekerjaanmu, kasihan karyawanmu sibuk dan harus bekerja tanpa arahan darimu, besok mereka gajihan, kau harus segera transfer."
"Maafkan, aku lupa, besok pagi aku akan ke kantor."
"Jangan, kau masih lemas begitu, istirahat saja biar aku handle, transfer saja uangnya biar aku urus."
"Baiklah."
Johan kembali ke kamarnya, pria itu berjalan dengan lemah karena memikirkan putrinya yang telah diculik.
Lelaki tua itu memandang potret keluarga yang terpampang di kamarnya.
"Anakku, dimana dirimu, ayah sangat rindu."
Tidak terasa bulir air mata mengalir, lelaki itu sungguh terpuruk.
Setelah kehilangan istrinya meninggal, kini putrinya diculik orang tak dikenal.
****
Anneke begitu senang saat Anggasta membawakan baju baru dan buku diary untuknya.
"Terima kasih, kau baik sekali."
"Habiskan makanmu, dan jangan lagi banyak permintaan, mengerti!"
Gadis itu mengangguk sambil tersenyum.
Dia mulai mencoba pakaian itu, kemudian melihat dirinya di cermin.
"Aku sangat bahagia, terima kasih Ya Allah, semoga aku bisa segera bebas dari sini."
****

หนังสือแสดงความคิดเห็น (91)

  • avatar
    Sahata Patio

    Good story :)

    8d

      0
  • avatar
    AchmadiBudi

    saya senang ini

    22d

      0
  • avatar
    SyuhadahSyuhada

    Wow

    13/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด