logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

09. Balapan

Selepas sekolah Zahrah langsung pulang, ia tidak ikut Sindy dan Gladlin yang akan ke markas untuk memberi kabar dan menyusun strategi untuk balap pada malam ini dengan anggota lain.
Karena hari masih sore, Zahrah memilih berleha-leha dilamarnya setelah menyiapkan pakaian yang akan ia gunakan untuk balap malam ini dengan geng yang paling ditakuti di kota, bukan di takuti sih namun lebih ke arah segan.
Jantung Zahrah tak henti-hentinya berdebar, tak sabar menunggu malam, hatinya berdesair hangat. Entah ada apa dengan nya hari ini, entah itu bahagia ia akan ikut balap motor malam ini atau bahagia karena hari yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang, yaitu menikah dengan kesasinya, pujaan hatinya, mas gantengnya, Maulana Arsha El Fathan milikinya.
Zahrah berguling-guling tidak jelas dengan senyum yang lebar saat terngiang-ngiang dengan ucapan Maulana saat ditaman waktu itu, ia sesekali duduk kemudian menghalu sebentar dan tertawa cekikikan sendiri karena pikirannya. Salah tingkah nya sungguh keterlaluan, atau Maulana telah menyihirnya hingga membuatnya menjadi seperti ini. Hahhh kasian ya pren, mana masih muda lagi.
Malam pun tiba. Di kamar, Zahrah tengah bersiap untuk balapan malam ini dengan anggota geng motor ANGGARA. Ia memakai dobelan baju agar badannya terlihat lebih berisi seperti laki-laki.
Ia menyamar untuk mengelabuhi dan menyembunyikan identitasnya sebagai seorang gadis ini juga printah dari sang Bunda entah ada maksud apa Bundanya menyuruhnya menyamar.
"Loh kamu mau kemana?" tanya Bunda yang melihat Zahrah sudah lengkap dengan jaket kulit kebanggaannya, yang bertuliskan kata DREAM di lengan kanannya dan membawa helm full face hitam yang menjadi jati dirinya di tangan kiri.
"Balapan Bunda," jawabnya jujur apa adanya dengan santai.
"Apa!? Gak, gak boleh, besok kamu mau menikah loh Zahrah," tolak Bunda.
"Tap-,"
"Bunda gak mau ya. Maulana jadi duda sebelum menikah," Bunda memotong ucapan Zahrah, sontak Zahrah membelalakkan matanya dong.
"Bunda kok gitu sih," geram Zahrah, menghentak-hentakan kakinya seperti anak kecil.
"Yaudah makanya nurut jangan pergi, Maulana itu banyak loh yang ngelamar, tapi jodohnya nyantol di kamu."
Zahrah menghela nafas, "Zahrah janji ini yang terakhir Bunda dan Zahrah janji gak bakal kenapa-napa dan pulang dengan selamat, aman, damai dan sentoso, eh salah sentosa yang bener. Jadi izinin ya, plisss" Mohon Zahrah, "Setelah menikah Zahrah gak mungkin bisa ikut beginian lagi," Lanjutnya memohon dengan menggunakan jurus puppy eyes-nya.
"Bener ya ini yang terakhir," Pasti bunda yang diangguki mantap oleh Zahrah.
"Bener Bunda, gak bakal di bolehin juga sama dia. Dia struk gak ya kalo tau Zahrah pimpinan dari Dream?" tanya Zahrah cekikikan, membayangkan Maulana yang terkaget-kaget dengan seratus sang istri.
"Kamu yang bakal terkaget-kaget nanti," gumam bunda pelan.
"Apa Bunda?"
"Hah? nggak... Yaudah Bunda izinin tapi inget ini yang terakhir dan hati-hati besok mau nikah," lanjut Bunda dengan menghela nafas panjang dan diakhiri dengan senyum hangat menatap putrinya.
"Iya Bunda, Zahrah berangkat, Assalamu'alaikum," pamit Zahrah mencium punggung tangan Bundanya.
"Wa'alaikumsalam," sahut Bunda yang memandang punggung putrinya yang mulai menjauh.
Mungkin ini salah satu alasan mengapa Bunda memilih menikahkan putrinya di usia yang muda, karena ia khawatir Zahrah akan terluka dan Bundanya tidak mau Zahrah ikut terlibat dalam masalah geng ini.
Namun, yang dihindari malah datang menghampiri. Egois memang, tapi demi kebaikan putrinya biarkan ia menjadi egois untuk ini.
"Bunda pilih dia, karena Bunda yakin Maulana bisa jagain anak Bunda, bahkan bahaya tidak akan dapat menyentuhmu lagi Zahrah, selama dia ada disini, dia bakal jadi tameng buat kamu sayang. Jadi siapkan diri kamu, kehidupan barumu akan segera dimulai," Bunda tersenyum getir.
Arena balap...
"Apa lawan kita udah datang?" tanya Arnan kepada anggota lain. Arnan merupakan pembalap andalan yang ada di geng ANGGARA.
"Udah, itu dia lagi persiapan tinggal masuk arena balap," sahut Bara, Bara merupakan wakil yang terkenal kejam jika Anggara di usik.
Arnan menoleh mengikuti arah yang ditunjuk oleh Bara. Arnan menyipitkan matanya lalu menyeringai.
"Heh... badannya mungil ya untuk ukuran seorang pria, dia lekong?" Arnan tersenyum sinis.
"Seperti seorang perempuan ... Siapa namanya?" tanya Arnan, ia juga memiliki pengamatan yang bagus. Semoga Zahrah gak ketahuan ya pren.
"Abrina." seseorang menyebutkan nama itu, nama yang mudah untuk diingat namun memiliki tekanan dalam penyebutannya bagi mereka yang mengetahui kelebihannya.
"Ada yang mengatakan bahwa dia ini pimpinan yang misterius, tidak satupun yang mengetahui bagaimana rupanya, bahkan ada rumor bahwa dia ini pria yang berpenyakitan makannya badannya terlihat kurus, ada juga yang bilang bahwa wajahnya buruk rupa, pokoknya ada banyak rumor tapi gak ada yang tau kebenarannya," timpal Marko, Marko merupakan salah satu anggota inti di Anggara.
"Huh... penyakitan ya, udah bau tanah aja, gue pasti menang dengan mudah nih," songong Arnan.
"Jangan songong lo, kalah nanti malu sendiri," ejek Marko.
"Diem lo, kita liat aja nanti," Sahut Arnan tambah songong dan menampilkan senyum miring.
Balapan segera akan dimulai perwakilan dari masing-masing geng sudah di garis start suara deru kenalpot motor yang bising menghiasi pendengaran di arena balap pada malam ini.
Dalam hitungan tiga, dua, satu balapan pun dimulai mereka mulai meninggalkan garis start dengan kecepatan tinggi, meleset cepat di area. Karena keadaan malam jadi yang terlihat adalah lampu motor yang menyala, yang paling mencolok adalah lampu belakang motor yang berwarna merah, saat motor dilajukan dengan kencang cahaya merah itu terlihat seperti kupu-kupu yang terbang mengikuti sang pembalap.
Selang beberapa menit pertandingan dimenangkan oleh Abrina/Zahrah ia menggunakan nama Abrina yang di ambil dari nama tengahnya untuk nama samarannya dan menutupi identitasnya sebagai seorang gadis.
"Yhahah... kalah kan lu songong sih," ejek Marko sambil tertawa terbahak-bahak.
"Diem lo, gue sumpel tuh mulut pake kenalpot," sewot Arnan tak terima.
"Diim li, gui simpil tih milit piki kinilpit," Ucap Marko meniru ucapan Arnan lalu mengucapkannya dengan minyi-minyi.
Arnan hanya memasang wajah kesalnya karna dia di ejek habis-habisan oleh anggota Anggara lainnya. Ya ini juga karna ulahnya sendiri yang meremehkan lawan sebelum tau kemampuannya.
"Duluan ya, gue gak bisa lama-lama," kata Zahrah membuyarkan kesenangan anggotanya.
"Mau kemana, bos?" tanya salah satu anggota Dream.
"Biasa... Bunda Alexa Aurora," sahutnya bangga.
"Owh, oke tiati. titip salam buat bunda," ujar Gladlin.
Zahrah mengangkat tangannya, jarinya membentuk O, "Sisanya gue serahin ke Kalian."
Arnan memilih pergi dari sana dan menghampiri anggota DREAM ia masih penasaran dengan seorang Abrina karna baru kali ini ia kalah balap.
"Eh lo... Dimana ketua lo si Abrina," tanya Arnan pada Gladlin dan Sindy yang sedang bersenang-senang dengan kemenangan yang baru mereka dapatkan.
"Gue punya nama!"
"Gak peduli,"
"Ada urusan apa lo cari Abrina?" tanya Sindy balik.
"Gue nanya ya, bukannya nanya balik," sewot Arnan.
"Biasa aja kali gak usah nyolot!" emosi Gladlin.
"Eh gue udah biasa ya lo tuh yang nyolot," nada bicara Arnan ikut meninggi.
"Apaan sih lo, Lo kal-," ucap Gladlin terpotong di hentikan Sindy.
"Udah sih kayak bocil aja berantem cuma gara-gara hal sepele, oh iya buat lo Abrina udah pulang setelah tanding tadi," jelas Sindy.
"Kok buru-buru banget, semisterius itu kah?"-batin Arnan menaruh curiga.
"Udah dapet jawabannya kan? pergi sono," usir Gladlin yang membuyarkan lamunan Arnan.
"Ck..Iya-iya berisik banget sih lo, dasar kenalpot racing," sungutnya lalu beranjak pergi.
"APE LU BILANG!! heh sini lo, gue beri," Gladlin mengambil posisi seakan akan ingin membogem seseorang.
"Udah pergi orang nya," Sindy pergi meninggalkan Gladlin.
"eh tunggu, disini gelep woy." Gladlin ngibrit mengejar Sindy
Saat Arnan menghampiri anggota Anggara yang lain dengan mulut yang masih mengompol karena tak terima ia kalah. Dan ia masih saja jadi bahan ejekan bagi anggota yang lain semakin membuatnya kesal.
Tringgg...
Tringg...
Ada telfon yang bernamakan pimpinan di atasnya, Arnan memerintahkan semua untuk diam.
" Halo bos, Assalamu'alaikum," salam Arnan.
"Hmm... wa'alaikumsalam gimana balapnya menang gak?" tanyanya.
"Kalah bos, dia songong ngeremehin pihak lawan," kini Marko yang menyahut memecah keheningan menjadi gelak tawa yang menggelegar.
"Diem lo pantat panci," kesal Arnan.
"Nyenyenye,"
"Lain kali jangan remehin pihak lawan, siapa lawannya?" tanya sang pemimpin dari sebrang sana.
"Abrina bos, seharusnyakan yang ikut balapan ini lo bos, kenapa lo minta gue buat gantiin lo?" Bingung Arnan karena saat-saat akhir menuju hari-H pimpinannya ini memintanya untuk menggantikannya di arena balap.
"Gue ada urusan. Yaudah gue tutup telfonnya, jadiin pembelajaran nih jangan congkak dan meremehkan lawan," ucapnya lalu mematikan telfon secara sepihak.
"Si bos belum juga di jawab dah di patiin aja," Ucap Marko.
"Ada urusan? Urusan apa?" Bara bertanya-tanya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (101)

  • avatar
    Nraish_07

    terus semagat membuat pov nya!!!

    30/07

      0
  • avatar
    Sana New

    bguss bngtt

    20/06

      0
  • avatar
    Setyo permadaniLevyna rofiani Setyo permadani

    bagus baget

    30/05

      1
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด