logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

02. Beruntung atau sial?

Sindy mengikuti arah pandangan mata Zahrah yg mengarah pada seorang pria yang duduk di kursi dekat pintu masuk.
"Ya ndak tau kok tanya saya," Zahrah hanya memutar bola matanya malas mendengar jawaban Sindy.
"Tapi diliat dari penampilannya dan juga temen-temennya, dia kayaknya santri deh Zah," lanjutnya.
"Santri ya?" tanya Zahrah memastikan yang di angguki Sindy.
"Woi pada ngapain yak?" teriak Gladlin sambil menepuk pundak kedua temannya.
"Astagfirullah, lo nih bersoda banget," ucap Zahrah dengan dramatis.
"Berdosa kali, lo kira cola-cola bersoda, lagian lo pade serius amat sampe-sampe gak sadar gue dateng, liatin apaan sih?" kepo Gladlin.
"Kepo," ketus Zahrah sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya dan membuka kamera.
Merasa dirinya diperhatikan sedari tadi pria itu menoleh, manik mata mereka bertemu, karena tau itu dosa apabila kita terlalu lama memandang lawan jenis dengan adanya rasa ia memilih memalingkan kepalanya. Ia tersenyum dan bergumam, "cantik," lalu pergi karena urusannya telah selesai.
"Dapet! Dia senyum, masyaallah nikmat mana yang kamu dusta kan," pekiknya, "Karung mana karung, pingin langsung bawa pulang," lanjutnya girang yang heboh sendiri.
"Heh udah kali, orang nya juga udah pergi," Sindy terkekeh melihat tingkah temannya, "Cocok lo jadi paparazi," lanjutnya.
"Lo tau bahasa jawanya depan?" tanya Gladlin menggantungkan ucapannya, " Ngarep," lanjutnya sambil tertawa terbahak- bahak.
"Yee.. sirik aje lo pada, dahlah temenin gue ke toko itu yok mau beli," tunjuk Zahrah yang membuat Gladlin dan Sindy membulatkan matanya.
"Serius?" teriak keduanya kikuk.
🍁🍁🍁
Waktu telah menunjukkan pukul 05.30 dan Zahrah baru sampai di rumah dan sudah di sambut dengan Bunda yang sudah berkacak pinggang.
Zahrah menyengir sambil menggaruk lengannya yang tak gatal.
"Assalamu'alaikum Bunda cantik," salam Zahrah masih dengan cengirnya.
"Waalaikumsalam, dari mana? Jam segini anak gadis baru pulang!" tanya sang Bunda.
"Tadi abis main sama Gladlin dan Sindy Bunda," jawabnya jujur
"Mandi, setelah itu Bunda mau ngomong sama kamu," Bunda pergi masuk dengan Zahrah yang mengikutinya dari belakang.
Saat ingin memasuki rumah ada yang berteriak dari luar gerbang rumah yang membuat kedua wanita itu berbalik.
"Paket!" teriak kurir paket.
"Kamu ada beli?" tanya Bunda.
"Nggak ada, lah Zahrah kira Bunda yang beli," jawab Zahrah yang ikut heran.
"Yaudah kamu liat sana," suruh Bunda kemudian masuk ke dalam rumah.
"Paket buat siapa pak?" tanya Zahrah setelah membuka pintu gerbang bernuansa hitam itu.
"Buat mbak Zahrah, ini tolong tanda tangani ini di sini," sahut pak kurir.
"Aneh, siapa yang ngirim ini?" monolog Zahrah pada dirinya sendiri saat melihat kurir paket mulai menjauh.
🔹🔹🔹
Tak butuh waktu lama bagi Zahrah menyelesaikan ritual mandinya. Dengan rambut basahnya saat ini Zahrah mengenakan baju lengan pendek berwarna putih dan celana sebatas paha. Ia mengambil paket yang di kirimkan untuknya.
"Flashdisk?" bingungnya saat mendapati flashdisk di dalam paket itu.
Zahrah mengambil laptopnya dan membuka isi flashdisk di tangannya.
"I-ini virus?" Zahrah terkejut bukan main.
"Virus apa ini?"
Zahrah mengambil kembali kotak pembungkus flashdisk tadi, terdapat secarik kertas di dalamnya yang bertuliskan.
Hai pengguna beruntung, perusahaan kami tengah mengembangkan software untuk meretas sistem teknologi yang berbentuk virus di dalam flashdisk ini. Tolong pergunakan secara bijak.
Eza group internasional.
"Eh, Eza group? Kenapa bisa kasih barang berharga gini ke gue sih? Mereka gak takut apa kalo gue macem-macem? Bukannya mereka perusahaan teknologi terbesar di Asia ya? Kenapa mau gue buat nyoba virus ini?" timbul banyak pertanyaan dalam benak Zahrah.
"Ah bodoamatlah, pas banget gue lagi butuh barang beginian," ucap Zahrah girang sambil mengutak-atik laptopnya.
Sedangkan di tempat lain...
"Sesuai dengan yang telah tuan perintahkan, flashdisk yang berisi virus sudah di terima," ucap salah satu karyawan pria.
"Hmm bagus," sahutnya.
"Maaf tuan, virus ini bakal kita rilis kapan? Apa setelah gadis ini mencobanya?" tanyanya.
"Tidak, virus ini khusus saya buat untuk mainan gadis saya," ucapnya dengan senyum dinginnya.
🔹🔹🔹
"Yes ketemu, ternyata di deket mall itu ada pesantren toh," seru Zahrah setelah dapat meretas CCTV yang ada di jalan mall.
"Sekarang tinggal retas sistem pesantren lalu cari data mas ganteng deh," ucap Zahrah penuh semangat.
"Wah ada nomor telepon nya," ucap Zahrah dengan mata berbinarnya.
Setelah mencatat nomor telepon tersebut Zahrah melepas flashdisk yang tertancap pada laptopnya, "Memang pantas di sebut perusahaan teknologi tercanggih se-Asia, bahkan gak butuh waktu lama gue udah dapet semuanya," kagum Zahrah.
"Terima kasih Presdir Eza group gue mencintai mas ganteng, hehe," ucap Zahrah cekikikan.
"Coba chat mas ganteng ah," monolognya.
Mas ganteng:)
Online✓
Me
Assalamu'alaikum:)
"Wah online," ucap Zahrah semakin semangat.
Mas ganteng:)
Online✓
Mas ganteng:)
Wa'alaikumsalam, Siapa?
"HAH SERIUS! DI BALES? SUBHANALLAH," girang Zahrah dan sangking senangnya ia melompat-lompat, berguling, kayang, roll depan dan belakang sampai nyungsep, njungkel, njegur, kelelep. Eh nggak deng wkwk.
"Bales dulu," ucapan sambil menarik nafas tentunya masih dengan senyum yang tidak mau luntur.
Mas ganteng:)
Online✓
Me
Saya Zahrah.
(Read✓)
"Astagfirullah lupa, Bunda kan ada mau ngomong," ucap Zahrah setelah ingat pesan bundanya, "kok bisa lupa sih? Harus buru-buru turun nih," Zahrah berlari meninggalkan ponselnya di kamar.
Setelah sampai ruang tamu Zahrah duduk dekat sang bunda tercinta, "Mau ngomong apa Bunda?" tanya Zahrah menatap Bundanya.
"Kami mau menjodohkan kamu dengan anak sahabat Bunda," jawab Bunda to the point. Mata Zahrah memanas begitu pula kepalanya yang serasa mendidih, ia menatap Bundanya dengan tatapan kecewa.
"Kenapa Bunda? Zahrah masih kecil, Zahrah juga masih sekolah," air mata Zahrah lolos meluncur bebas di pipinya.
"Kamu masih bisa sekolah sayang dan ini juga demi kebaikan kamu," Ayah berusaha menenangkan Zahrah dengan mengelus punggung putrinya.
"Kebaikan apa yah? Apa kalian udah gak sayang Zahrah lagi," lirihnya dengan sesegukan.
Bunda berusaha menjelaskan dengan lembut, "Bukan gitu sayang, kami hanya gak mau kamu salah jalan, kami mau jodohin kamu dengan anak sahabat bunda dia santri, Bunda yakin dia bisa bimbing kamu, jagain kamu, dan bun__"
Zahrah tak habis pikir dengan Bundanya, ia sayang Bundanya tapi kenapa Bundanya melakukan ini kepadanya.
"Zahrah gak mau Bunda, Ayah, Zahrah gak mau," rengek nya memotong ucapan sang bunda dengan sesegukan.
Bunda menghela nafas panjang, "Zahrah, bunda belum ngomong sayang, makanya dengerin dulu jangan main potong aja, gak sopan itu."
"Maaf bunda, aku kaget sama apa yang bunda katakan, dan aku juga gak setuju kalo bunda mau jodoh-jodohin sama seseorang yang bahkan Zahrah gak kenal," ujar Zahrah kesal, menghapus air matanya.
"Zahrah sayang, makanya dengarkan dulu ucapan bunda ini belum selesai. bundakan sudah bilang dari awal ingin berbicara denganmu. inilah tujuannya untuk meminta persetujuan denganmu, jika kamu setuju kami akan merundingkan perjodohan ini. Tapi kalau kamu tidak setuju, yahh mau bagaimana lagi. mau tidak mau kami akan membatalkan perjodohan ini," jelas sang bunda.
Dengan wajah bersalah, Zahrah tersenyum kikuk menatap bundanya, ia malu karena memotong ucapan bundanya dan tidak mendengarkan kelanjutan kisah yang sebenarnya.
"Maaf bunda, maaf telah kurang ajar memotong ucapan bunda. Dan maaf sekali lagi bunda, aku tidak setuju untuk menerima perjodohan ini," lirihnya dengan berat hati.
Disatu sisi Zahrah tidak enak hati pada bundanya. Terlihat dari sorot matanya yang sangat mengharapkan dirinya untuk menerima perjodohan ini. Dan disisi lainya Zahrah tidak terima dengan niat bundanya untuk menjodohkannya dengan seseorang yang tidak ia kenal, apalagi saat ini Zahrah baru saja menemukan tambatan hatinya untuk berlabuh.
"Kamu kan belum lihat orangnya, nak. Dia pemuda yang tampan, sopan, paham agama, juga dari keluarga yang terpandang. Bagaimana kalau kamu menemuinya terlebih dahulu, siapa tau kamu berubah pikiran dan menerima perjodohan ini." seru bunda Alexa antusias.
Zahrah membulatkan matanya, bisakah ia menarik kembali kata-kata simpatinya? Zahrah menarik nafasnya panjang kemudian melepaskannya dengan lembut, berusaha sabar untuk menghadapi bundanya yang masih saja berusaha agar Zahrah menerima perjodohan ini. Bukankah bunda bilang perjodohan ini tergantung pada persetujuanku?
"Bunda, aku sudah memiliki tambatan hatiku sendiri sekarang. bunda tidak dapat memaksakannya pada Zahrah, bunda bilang masalah perjodohan ini tergantung pada persetujuanku? benarkan? dan tadi aku sudah mengatakannya dengan jelas bahwa aku tidak setuju dengan perjodohan ini," ucap Zahrah memperjelas keinginannya yang tidak ingin dijodohkan.
"lagian aku juga masih SMA bunda, aku masih harus fokus pada sekolahku dulu."
"Berarti setelah lulus kamu akan menerima perjodohan ini?" tanya bunda dengan mata berbinar nya.
"Ayolah bundaku sayang, aku masih ingin merasakan masa mudaku. aku tidak ingin menikah muda bunda," rengek Zahrah dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Senyum bunda mulai menghilang, ia terdiam tak berbicara, sorot matanya tampak kecewa. Zahrah harus bagaimana? sungguh dilema yang teramat berat pada hati Zahrah. Zahrah tidak mau dijodohkan. baru saja ia menemukan seseorang yang ia suka bahkan mulai tumbuh benih cinta, mungkin.
"Kepala Zahrah pusing, aku kembali ke kamarku ya ayah, bunda." kata Zahrah.
akhirnya Zahrah memutuskan untuk pergi meninggalkan kedua orang tuanya di ruang keluarga, jika ia tidak meninggalkan tempat ini. ia yakin pasti bundanya tidak akan melepaskan dirinya dan terus berusaha agar Zahrah mau menerima perjodohan ini. Apalagi dengan sikap bunda yang diam seribu bahasa pasti ia sudah banyak cara di dalam otaknya itu dan akan memulai menyerang ketahanan Zahrah dengan berbagai macam rayuan agar ketahanan itu goyah.
"Apa kamu yakin tidak ingin melihatnya dulu?" tanya bunda saat melihat putrinya hendak bangun dari duduknya.
"tuhkan pasti ada yang tidak beres kalau bunda sudah diam, pantas saja perasaan ini sudah tidak enak," ucap Zahrah dalam hati.
"Nggak bunda, aku ke kamar duluya. udah ngantuk, dada bunda, ayah." Zahrah kabur menuju kamarnya.
"Zahrah, tunggu. ZAHRAH..."

หนังสือแสดงความคิดเห็น (101)

  • avatar
    Nraish_07

    terus semagat membuat pov nya!!!

    30/07

      0
  • avatar
    Sana New

    bguss bngtt

    20/06

      0
  • avatar
    Setyo permadaniLevyna rofiani Setyo permadani

    bagus baget

    30/05

      1
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด