logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Kecurigaan Dion5

Sebuah mobil mewah berwarna hitam terparkir di halaman toko kue Maira. Seorang lelaki dengan setelan jas yang membalut tubuhnya berjalan masuk dengan di ikuti seorang wanita yang tak lain adalah sekretarisnya. Ezhar mulai berakting di depan Maira, ia menyambut kedatangan bos palsu yang memang di rencanakannya. Roy begitu sangat puas karena dengan ini ia bisa mengerjai sahabatnya itu.
"Selamat siang Tuan, perkenalkan saya, Maira" sapa Maira dengan mengulurkan tangannya.
"Selamat siang, cantik," Roy balik menyapa dan menyambut uluran tangan Maira dengan sedikit menggodanya.
"Pantas saja Ezhar tertarik. Wanita yang cantik, cerdas dan anggun," batin Roy berucap.
Ezhar mengepalkan telapak tangannya melihat ulah jahil Roy. "Brengsek! Kau cari mati Roy!" ucapnya dalam hati.
"Hei ... nona cantik, katakan pada sopirmu jangan memasang wajah yang kusut di depanku," Roy sangat gemas dengan sikap Ezhar yang tak suka jika ia menggoda wanitanya.
"Maaf Tuan, Ezhar ... pergilah ke belakang!" Maira memerintahkan Ezhar untuk pergi.
Dengan sangat terpaksa Ezhar berjalan menuju ke belakang. Namun, ia tetap memantau kelakuan Roy yang semakin memancing emosinya. Ia merasa sangat geram karena ulah sahabatnya yang begitu genit pada Maira. Sedangkan Roy semakin bersemangat menguji kesabaran Ezhar. Ia melihat mata tajam Ezhar yang terus memperhatikannya dan juga Maira.
"Ini laporan pengelolaan toko ini Tuan, selakkan di periksa," Maira menyerahkan sebuah map pada Roy. Ia pun duduk di depan Roy yang sedang berlagak seperti bos, mengecek laporan itu.
"Semua berjalan dengan sangat bagus," ucap Roy asal. Karena ia sama sekali tak mengerti tentang bisnis. Yang ia tahu hannyalah meracik minuman dan menikmati malam bersaama wanita koleksinya.
Ezhar terus mondar-mandir di ruang belakang menanti percakapan mereka usai, sesekali ia juga memberi tanda pada Roy agar segera mengakhiri semua. Namun, Roy justru semakin memperlambat percakapannya. Saat asyik bercakap ponsel Roy terus berdering, saat membuka ponsel canggih itu matanya membulat. Sebuah chat dari Ezhar yang berisi ancaman baginya.
"Cepat pulang atau kau tak akan menikmati uangku!"
Secepat kilat Roy langsung berpamitan pada Maira. Ia tak mau kehilangan nyawa kedua baginya.
"Maaf nona Maira, saya permisi. Ada urusan yang harus segera saya selesaikan," pamit Roy.
"Baik Tuan, terimakasih atas kunjungan Anda. Semoga lain waktu kita bisa bertemu kembali," ucap Maira sopan.
Roy pun meninggalkan toko Maira dengan tergesa-gesa.
Ezhar menghampiri Maira yang berada di ruangannya. Di peluknya tubuh wanita yang kini telah menjadi pelabuhan cintanya dari belakang.
"Sudah selesai?" ucap Ezhar basa basi.
"Hmm ...," ucap Maira singkat, dan masih fokus pada berkas di tangannya.
"Apa berkas itu begitu penting?" protes Ezhar yang merasa di acuhkan.
Maira menghentikan aktivitasnya, ia meletakan berkas di tangannya ke atas meja di depannya. Maira memutar badannya, dan mengalungkan tangannya pada leher Ezhar. Di tatapnya lelaki yang selalu membuatnya merasa bahagia dengan penuh cinta.
"Kau itu ... seperti anak kecil saja," goda Maira.
"Pulang yuk!" ajak Ezhar, melihat hari yang sudah sore.
Maira setuju, ia pun berpamitan pada kedua karyawannya untuk pulang.
****
Dion menatap foto yang di kirim Ezhar. Ia memperhatikan wajah selingkuhan istrinya dengan saksama, ia mengacak rambutnya kasar. Dion menyambar ponselnya yang berada di meja kerjanya.
"Ada tugas untukmu, selidiki lelaki yang sering bersama istri pertamaku," ucap Dion pada orang suruhannya.
"Baik Tuan," jawab orang itu.
"Bagus, akan ku kirim fotonya."
Dion segera mengirimkan beberapa foto Maira dan selingkuhannya. Anak buah Dion pun mulai bergerak setelah mendapat foto dari sang bos. Mereka mulai mengintai istri pertama bosnya, beberapa orang menyamar di sekitar rumah bosnya. Satu orang berpura-pura sebagai tukang koran yang setiap hari akan langsung memantau kegiatan Maira di rumah sebelum berangkat ke toko. Dua orang berada di sekitar toko, memantau jika orang yang di maksud sang bos ada di sana. Dan satu orang mencoba mencari tahu identitas lelaki itu.
Salah satu orang Dion memberitahukan jika semalam Maira pulang dengan lelaki yang di maksud bosnya. Tetapi dari semalam juga bosnya itu tidak bisa di hubungi. "Maaf bos dari semalam nomor Anda tidak bisa di hubungi," jelas anak buah Dion yang mendatangi kediaman Dion pagi ini.
"Ya, semalam aku lupa tak mengisi daya baterai ponselku. Apa lelaki itu sudah pergi?" jawab Dion.
"Belum, kami masih memantau hingga pagi ini," jelas anak buah Dion lagi.
"Bagus, kembalilah ke sana. Aku akan segera menyusul."
"Baik bos, saya permisi."
Setelah kepergian anak buahnya Dion kembali ke kamar, ia segera bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Karina membuka mata saat menyadari sang suami tak ada di sampingnya, padahal hari masih begitu pagi. Biasanya Dion bahkan masih mau menambah jatah padanya, tetapi sikap Dion pagi ini membuat Karina bertanya-tanya dalam hati. "Ada apa ini? Kenapa hatiku merasa tak tenang?"
Dion keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian rapi. Karina pun bangkit dari ranjangnya dan berjalan mendekati sang suami.
"Kau mau ke mana sepagi ini, Sayang? Bukankah masih ada waktu untuk melanjutkan kegiatan kita semalam?" ucap Karina mencoba menggoda Dion.
"Aku ada urusan, kita lanjutkan nanti malam saja sayang," tolak Dion lembut, tetapi membuat Karina kecewa.
"Sepenting apa urusanmu, sayang?"
"Aku ingin tahu siapa lelaki yang menjadi selingkuhan Maira. Anak buahku memberitahu jika semalam lelaki itu menginap di rumah kami," jelas Dion sambil menyisir rambutnya.
"Maira? Wah ... ternyata dia hebat juga, bisa membawa selingkuhan ke dalam rumahnya," ucap karina dengan nada tak suka.
"Sudahlah ... aku pergi dulu," pamit Dion.
Karina mengepalkan telapak tangannya. Kecemburuan sudah mulai merasukinya. Setelah dua tahun ini adalah perhatian pertama yang di tunjukan Dion pada Maira. Karina tak ingin usahanya sia-sia, dua tahun ia berhasil menguasi Dion seutuhnya dan sekarang ia tak rela jika perhatian suaminya harus terbagi untuk istri pertamanya. Ia pun memutar otak agar Maira bisa menjauh dati Dion selamanya.
****
Maira masih betah berada dalam dekapan Ezhar, matanya pun masih enggan terbuka. Ezhar yang sudah bangun sedari tadi sibuk dengan laporan dari asistennya melalui sambungan telepon. Ia belum bisa meraih laptopnya karena Maira tak mau lepas darinya. Ezhar memutus panggilannya saat mendengar suara mesin mobil memasuki halaman rumah majikannya itu. Perlahan ia melepaskan pelukan Maira dan berjalan ke dekat jendela kamarnya. Ia melihat siapa yang datang sepagi ini?
"Dion?" Ezhar menyipitkan matanya, " untuk apa sepagi ini dia datang kemari?"
Ezhar kembali menuju ranjang, dengan sangat lembut ia membangunkan Maira, "Sayang ...bangun, suamimu pulang," bisik Ezhar di telinga wanita yang masih terlelap itu.
"Aku masih ngantuk, urus saja Dion. Jangan sampai ia tahu aku di sini. Bilang saja aku pergi dari semalam," ucapnya sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun.
Belum sempat Ezhar keluar pintu kamarnya sudah di ketuk. Ia segera mengenakan kaosnya dan berlari membukakan pintu, yang tak ia buka sepenuhnya.
"Tuan ... ada apa sepagi ini Anda sudah datang kemari," Ezhar berakting seperti orang yang baru bangun tidur.
"Di mana istriku?" tanya Dion tanpa basa basi.
"Nyonya Maira? Bukankah dia di kamar?" Ezhar pura-pura tak tahu.
"Anak buahku melaporkan jika semalam ia pulang dengan selingkuhannya. Dan sampai detik ini mereka belum melihat lelaki itu keluar," tutur Dion.
Ezhar menelan salivanya, ia baru menyadari jika mereka sedang di intai oleh Dion. Ia merasa sangat bodoh karena sampai lalai akan hal ini. Ia bisa saja mengakui semuanya di depan Dion sekarang, akan tetapi bukan ini yang Ezhar rencanakan. Ia ingin melihat kehancuran lelaki itu secara perlahan.
"Apa kau lupa dengan tugasmu!" bentak Dion pada Ezhar.
"Maaf Tuan, semalam nyonya memang melarangku mengantarkannya. Jadi saya berada di rumah, bahkan saya tidur cepat semalam. Dan tak tahu jika nyonya pulang bersama selingkuhannya.
Dion berlalu tanpa mengeluarkan sepatah kata. Ia juga tak mau mendengarkan penjelasan Ezhar. Namun, ada yang janggal. Ia menerima laporan dari anak buahnya yang ia suruh untuk melacak nomor Maira. Lokasi terakhir adalah rumah, dan hingga detik ini pun masih sama. Dion pun mulai curiga, jika ada hal yang tak ia ketahui. Dan ia berjanji akan mengungkapnya sendiri.
Bersambung....

หนังสือแสดงความคิดเห็น (314)

  • avatar
    Ony

    kurang memasyarakat

    17d

      0
  • avatar
    MashidayahNurul

    suka bestnya

    21d

      0
  • avatar
    Jemmy Khan

    lanjut

    29d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด