logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

3.Tamu spesial

"Itu lho Bu, tetangga baru ujung komplek, Pa Burhan sama istrinya tadi pagi udah bikin ribut, Bu Diah kesini mau ngelabrak Bu Laras. Belum tau dia, kalo Bu Laras menantu yang punya ini komplek! Beraninya macem-macem!" Sungut Bi Astri masih saja terdengar emosi, padahal dirinya sedang sibuk mengaduk-aduk masakan pada wajan di atas kompor.

"Bagus dong kalo mereka gak tau, masa hal kaya gitu harus digemborin sih!" Timpal Laras diiring senyum.
Begitulah sifat Laras, bukan hanya wajahnya yang cantik tapi hatinya juga baik, down to eart istilah kerennya. Dia tidak pernah menyombongkan kelebihan yang dimilikinya, bahkan Laras tak segan membantu kerjaan sang asisten rumah tangga. Buktinya saja dia baru selesai mencuci perabotan kotor yang tadi digunakan bi Astri untuk memasak.

Bisnis keluarga besar sang Mertua memang mencakup banyak bidang, salah satunya pembangunan real estate dan gedung-gedung perkantoran atau pusat perbelanjaan. Makanya,  Laras tidak tidak pusing untuk urusan keuangan, karna selalu mengucur dana segar dari perusahaan Almarhun suaminya. Sejahteranya jadi istri pengusaha sukses. Walaupun, Sebenarnya Laras punya usaha sendiri yang mulai dirintisnya sejak kepergian Arsyad.

Dari balik kamar, Indra penciuman Rissa terusik oleh aroma lezat yang berasal dari dapur. Ia bergegas keluar, menghampiri si Bibi dan sang Mamah yang ternyata sedang asyik ghibah flashback kejadian tadi pagi sambil memasak.

"hey, Anak Mamah ternyata udah mandi. Ko tumben? Biasanya kalau minggu begini kamu suka libur mandi!" Tanya Laras sembari menggoda Rissa yang sudah terlihat rapih. Kali ini Rissa mengenakan celana panjang denim dipadu kaos oblong berwarna kuning lemon lengkap dengan sneakers favoritnya.

"Iya dong! Hari ini kan mau ketemu sama tamu spesial!" Jawab Rissa dengan ekspresi sumringah.Tampak jelas kegembiraan di wajahnya, untunglah kejadian tadi pagi tidak sampai merusak hari istimewanya.

"Siapa? Gebetan kamu ngajakin ngdate?" Telisik Laras sambil terus memperhatikan wajah putri semata wayangnya.

Rissa kembali tersenyum sambil memasang puppy eye membuat Laras semakin penasaran. "Pengennya sih gitu Mah, tapi sayangnya aku bukan mau ngdate!"

"Eh Neng Rissa! Sini neng makan! Bibi udah masakin rendang daging sama sayur daun singkong kesukaan Rissa." Sapa Bi Astri tiba-tiba menyelak obrolan Laras.

Perempuan paruh baya itu sibuk menuang sayur daun singkong ke mangkok dan memberikannya kepada Laras untuk di taruh di meja makan. Rissa tersenyum mengangguki tawaran bi Astri sambil mengacungkan 2 jempol.
"Terus mau ketemu siapa dong?" Lanjut Laras masih keppo. Sementara perhatiannya tertuju pada nasi yang dia sendokan ke piring untuk Carissa.
"Om Radith! Dua hari yang lalu aku daring sama dia, Om bilang bakal balik hari ini. So, hari ini kita ke rumah Eyang ya Mah! Aku kangen banget karena udah enam bulan gak ketemu Om!" Jawab Rissa antusias. Dia memang selalu sebahagia ini bila Radith berkunjung ke Indonesia.

Namun lain halnya dengan Laras, wanita cantik 36 tahun itu terdiam sesaat mendengar ajakan putrinya, sudah pasti otak kirinya langsung berpikir keras mencari alasan agar tidak bertemu dengan adik iparnya tersebut.
"Hmm, Kayanya hari ini Mamah mau finishing desain baju pesenan deh. Kamu aja ya yang kesana biar nanti dianter sama Mang Jana!" Jawab Laras datar. Sudah dua tahun ini, Laras memutuskan untuk membuka butik guna mengisi waktu luang. Menurutnya, profesi itu sesuai dengan jurusan kuliah yang dipelajarinya dulu.

"Sekarang kan weekend Mah, libur dulu dong kerjanya, lagian di butik juga ada Karyawannya kok!"

"Tapi mereka kan ga bisa buat pola dan desain baju,"
"Emang Mamah ga mau ketemu Om Radith? Tahun lalu aja pas Om liburan seminggu, Mamah gak mau nemuin dia. Masa sekarang gak mau ketemu lagi? Gak kangen apa?" Cecar Rissa kecewa.
Sebenarnya Rissa juga bingung kenapa sang Mamah selalu menghindari Radith. Seperti ada masalah di antara mereka, padahal Rissa begitu mengagumi sosok seorang Radithia Candrawira Adam. Baginya, Radith adalah tempat bersandar dari kerapuhannya karena kehilangan seorang Ayah sejak masih kecil.

Laras tertawa sungkan mendengar celotehan Rissa. "Titip salam aja buat Eyang Uti dan Eyang Kung!"

"Salam buat Om Radith engga?"

"Iya, buat dia juga!" Balas Laras kikuk.

"Kalau gitu, aku ajak Om main kesini ya biar bisa ketemu Mamah!" Ucap Rissa belum mau menyerah, karena targetnya kali ini harus mempertemukan mereka berdua.

Laras menghela nafas berat mulai kehabisan alasan untuk menghindar, karna tidak mungkin dirinya berterus terang bahwa dia membenci sosok Om yang begitu disayangi putrinya.

"Ya, kalau dia sempat! Dan jangan maksa ya!"
"Ya, Mamah juga jangan kabur terus dong kalau ada Om! Tau ga Om Radith makin ganteng lho!" Ledek Rissa yang semakin membuat Laras terpojok.

"Oya? Ganteng mana sama Papah?" Balas Laras sengit.

Rissa hanya nyengir kuda, tak bisa menjawab. Karna saudara sekandung itu memang dianugerahi ketampanan yang hakiki oleh Sang Maha Pencipta. Namun, keduanya memiliki kharismatik yang berbeda.
"Lagian kamu juga kan ga suka kalau Mamah dekat sama lelaki, tapi kenapa sekarang justru kamu yang ngebet banget pengen Mamah deket sama Om?"

"Ish Mah, beda dong kalau cowoknya itu model Om Radith. Dia itu memenuhi syarat jadi calon Papah sambung buat aku!"

Laras hampir saja tersedak nasi yang baru saja masuk ke tenggorokannya. "Jangan ngaco deh Rissa! Memang Mamah pernah bilang mau menikah lagi? Pokoknya kita gak usah bahas ini lagi ya!"

"Serius Mah! Aku pernah mimpi Mamah sama Om Radith menikah. Tepat satu tahun setelah meninggalnya Papah. Bisa jadi itu pertanda, kalau Papah mengizinkan Om menikahi Mamah!" Balas Rissa menggebu-gebu.

Sontak jantung Laras berdebar kencang mendengar pengakuan putri semata wayangnya. Dari sorot mata Rissa, dia tidak berbohong menceritakan hal itu. Laras merasa rapuh saat itu juga. Dia meneguk segelas air putih di hadapannya guna mengusir rasa berdebar dalam dirinya.

"Itu cuma mimpi Rissa dan mimpi itu bunganya orang tidur. Kamu gak perlu menafsirkan terlalu jauh. Karena Mamah gak mau kamu kecewa nantinya!" Hibur Laras, suaranya mulai terdengar lirih.

"Kalau gitu, jangan bikin aku kecewa dong Mah! Simple kan?" Balasnya diiring senyum tanpa dosa.

Laras justru membalasnya dengan senyum sinis menanggapi pemikiran gadis 14 tahun itu. Kalau sifatnya yang satu ini, rasanya plagiat dari sosok manusia bernama Radith.

"Sebetulnya, Apa sih alasan Mamah selalu menghindari Om? Apa kalian ada masalah?"

"Gak, kita ga ada masalah kok! Mungkin kalau melihat Om Radith, Mamah jadi teringat terus sama Papah."

Jawaban Laras tidak sepenuhnya bohong, karna wajah mereka secara visual memang mirip, hanya saja tubuh Radith lebih jangkung dibanding Arsyad yang notebene kakaknya. Namun tentu saja bukan hanya itu alasan sebenarnya. Ada satu rasa yang masing-masing mereka simpan rapat-rapat.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (19)

  • avatar
    CollectionAbinaya

    bagus banget

    24/06

      0
  • avatar
    Fenix8277

    danmm daddy

    23/06

      0
  • avatar
    YinZeprin

    cerita yg bagus saya suka😂😂😂j

    03/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด