logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 7 - Wedding day

Segala persiapan untuk pernikahan Sean dan Vanessa sudah selesai. Waktu dua minggu sangat lebih dari cukup untuk mempersiapkan acara pernikahan sederhana namun elegan. Walaupun sederhana tetapi dekorasi yang menghiasi halaman rumah Handy Winata terlihat mewah.
Melihat Vanessa sudah selesai di rias. Hana berjalan menghampiri putri bungsunya itu.
“Masha Allah, cantik banget anak Mama.”
Vanessa tersenyum, namum di pelupuk mata sudah menggenang air yang siap tumpah jika ia berkedip.
“Sebentar lagi acaranya di mulai, kamu jangan nangis sayang, walaupun make up nya waterproof tapi jangan nangis oke? Nanti Mama ikutan. Ini hari bahagia kamu.”
Vanessa tidak bisa menahan laju air mata. Dia menangis. Hana langsung membawa anaknya itu ke dalam pelukan.
"Sasa... tuhkan Mama juga ikutan nangis kalau kamu nangis."
Hana menyeka air mata Vanessa tapi air mata wanita paruh baya itu juga mengalir dengan deras.
"Kamu nggak keberatan kan sayang dengan pernikahan ini?"
Vanessa menggeleng, dia tidak keberatan dengan pernikahan ini. Hanya saja sedih akan berpisah dengan Mama, selama kurang lebih 18 tahun ini dirinya belum pernah berpisah lama dengan Mama.
“Enggak keberatan, Ma. Sasa hanya sedih sebentar lagi akan pisah sama Mama.”
“Jangan sedih sayang, kan bisa sering main kesini. Sasa harus jadi istri dan Mommy yang baik ya, untuk Sean dan Reynand.”
Hana memberi nasihat. Sebisa mungkin dia mengendalikan diri. Acara belum dimulai.
“Pasti Sasa sering main kesini, Ma.”
Entah kenpa Vanessa tidak bisa menahan air matanya. Kenapa dia terus menangis? Ini sudah keputusanya untuk menikah muda.
Hana kembali membawa Vanessa ke dalam pelukan. Tangisnya pun ikut pecah saat itu.
“Loh, kok ada acara menangis bersama?” Vano bertanya heran, bukanya tidak ada acara begitu ya?
Hana mengurai pelukanya. “Kamu ini, Van. Ada apa kesini?”
“Loh aku kenapa Ma? Vano mau ngasih ini.” Vano mengulurkan buku yang ia bawa ke Vanessa.
“Kakak telat ngasihnya, Kakak yakin tanpa baca itu pun Sasa, bisa jadi ibu rumah tangga yang baik.”
Vanessa menerima uluran buku itu. “Terima kasih, Kak.”
“Kembali kasih adiku.” Vano menatap Vanessa jahil. “Jangan nangis entar make upnya luntur loh.”
“Hmm.”
Vano menggusap kepalanya, kok Vanessa enggak ketawa sih?
“Hmm hm... mau cosplay jadi Nisya Sabyan ya, kamu?”
“Sudah Van, jangan diledek adiknya. Akad udah mau mulai turun sana!”
Vano menurut, Kakak Vanessa itu melenggang keluar kamar.
* * *
Sean tengah duduk berhadapan dengan Handy—Ayah Vanessa. Ini kali kedua Sean mengucapkan akad, namun gugup masih melanda. Sebisa mungkin ia menetralkan debaran jantungnya yang menggila.
“Sudah siap?”
“Sudah, Om.”
Sean mengangguk, bibirnya mengucap bismillah.
Handy mengucapkan bismillah tiga kali, lalu menjabat tangan Sean, Sean pun membalasnya.
“Ananda Sean Prasaja bin Saga Prasaja. Saya nikahkan dan saya kawin kan engkau dengan anak kandung saya Vanessa Winata dengan mas kawin uang sebesar 250 ribu US dollar dibayar tunai!”
“Saya terima nikah dan kawinnya Vanessa Sanjaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!”
“Bangaimana para saksi?” tanya pak penghulu.
'Sah'
'Sah'
'Sah'
“Alhamdulillah.”
Setelah mendengar kata ‘SAH’ Hana menununtun Vanessa untuk menuruni satu persatu anak tangga, mereka menyaksikan akad dari lantai dua. Di tangga terakhir semua pasang mata memandang Vanessa dengan decak kagum.
“Cantik banget pengantin wanitanya.”
“Iya, masih muda lagi. Cocok ya, sama Sean Prasaja yang tampan itu.”
Sedangkan Sean sendiri memandang Vanessa tidak berkedip, dalam hati ia membenarkan ucapan para tamu yang mengatakan 'Vanessa cantik.'
Vanessa duduk di samping Sean. Penghulu memimpin do'a yang di Aamiini semua orang.
Selesai berdo'a Vanessa mencium punggung tangan Sean, yang dibalas kecupan di kening. Semua yang melihat turut bahagia.
Meski sudah ada fotografer profesional, Vano juga stand by dengan camera canon untuk mengabadikan momen itu.
Sean membuka kotak beludru berbentuk hati, mengambil satu cicin lalu memasangkanya ke jari manis Vanessa. Bukanya bahagia, rasa bersalah dan sedih lah yang mendomonasi susana hati Sean.
Vanessa juga memasangkan cicin itu ke jari manis Sean.
Sean menuntun Vanessa untuk berdiri, tanganya memegang ubun- ubun perempuan itu lalu berdoa. Vanessa menengadahkan tanganya mengamiini doa yang Sean bacakan.
Setelah Akad, acara selanjutnya adalah resepsi, pernikahan yang di laksanakan di halaman belakang kediaman keluarga Sanjaya. Acara yang dibuat sederhana, mereka hanya megundang keluarga besar dari kedua belah pihak, tetangga sekitar dan teman dekat Sean. Tidak ada satupun teman Vanila yang datang.
* * *
Acara demi acara telah selesai dan sekarang Vanessa dan Sean sudah berada di kamar Vanessa.
Vanessa memandangi kamar yang sudah dia tempati sedari kecil, hari ini Vanessa akan ikut pulang ke rumah Sean—suaminya.
“Kamu mandi duluan saja,” suara Sean menyentakan lamunan Vanessa.
“Eh iya.. ada apa Ka—“ Vanessa terdiam, ia memanggil Sean dengan sebutan apa?
Kakak?
Mas?
Daddy?
Sayang?
Panggil apa ya enaknya?
“Kamu atau saya yang mandi duluan?!”
Lagi-lagi suara Sean mengagetkan Vanessa. Bisa tidak si ngomongnya biasa aja? Untung Vanessa ini tahan bentakan. Tapi ya kaget juga kalau lagi mikir tiba-tiba dibentak. Panggil Setan nih bukan Sayang?
“Iya, Mas. Sasa yang mandi duluan.” Vanessa kembali terdiam. Panggilan 'Mas' refleks dia ucapkan. Tidak mau membuat Sean menunggu, nanti marah lagi. Vanessa segera melenggang ke arah kamar mandi.
“Mas?” gumam Sean lirih, panggilan itu mengingatkan dengan Lily, dulu sebelum ada si Rey Lily memanggilnya dengan panggilan 'Mas', karena Lily orang Jawa jadi dia memanggil Sean dengan sebutan 'Mas'
Selang berapa menit Vanessa keluar dari kamar mandi dengan wajah segar, khas orang mandi.
“Mas mau langsung mandi atau makan dulu?” tanya Vanessa lembut.
“Mandi,” jawab Sean singkat.
* * *
Setelah membersihkan diri, Sean dan Vanessa turun ke lantai bawah untuk berpamitan. Mereka akan pulang ke rumah Sean.
“Loh, udah mau pulang, Sean?”
“Iya, Ma.”
“Enggak menginap dulu?” kini Handy yang bertanya.
“Enggak Pa, si Rey udah kangen Mommy katanya,” ucap Sean sopan, nada bicaranya lembut. Tidak dingin dan ketus.
Vanessa sampai memandang lama suaminya itu, ia mengucap syukur dalam hati, sikap Sean pada Papa dan Mamanya baik.
“Jangan pulang dulu, ada yang mau aku obrolin sama adik ipar. Enggak disini, ayo kebelakang, sebentar kok,” celetuk Vano tiba-tiba. Kakak Vanessa itu baru bergabung, langsung menyeletuk.
Handy, Hana dan Vanessa serempak memandang Vano. Apa yang mau Vano bicarkan pada Sean sampai harus pindah tempat? Apa itu penting?
“Baik.” Sean menjawab singkat. Pengantin baru itu mengikuti langkah Vano yang mengarah ke halaman belakang, yang tadi untuk acara resepsi.
Sesampainya di halaman belakang Vano mempesilahkan Sean duduk bersebelahan. Raut wajah Vano sudah berubah serius, tidak ada raut muka humoris seperti biasanya.
“Sean, saya tahu kamu menerima perjodohan ini karena paksaan Tante Starla kan? Kelihatan kok. Wajah pengantin pria tidak terlihat bahagia malah... sedih.”
'Sudah tahu nanya.' batin Sean.
“Saya juga tahu, bahwa kamu masih belum bisa merelakan mendiang istri, benar? Saya bukan mau menggurui, karena kamu lebih tua beberapa tahun dari saya. Tapi rasanya ini sudah saatnya membuka lembaran baru dan menutup lembaran lama,” Vano berucap hati-hati. Matanya menatap Sean serius.
“Saya bisa menerima semua nasihat kamu karena kamu Kakak ipar saya, tapi tolong jangan bawa-bawa mendiang istri saya,” desis Sean dingin.
Vano terkekeh, melihat ekspresi Sean yang mnggeram kesal. “Saya mengerti dengan kamu yang belum bisa move on, tapi tolong jaga dan lindungi Vanessa, dia istri kamu sekarang. Jangan sampai saya mendengar kamu menyakitinya.”
“Itu sudah menjadi tanggug jawab saya, untuk membuka lembaran baru, saya usahakan. Masalah hati, Lily masih mendominasi hati saya.”
Mendengar ucapan Sean, Vano mengepalkan tanganya, ingin sekali ia melayangkan satu tinjunya.
"Lo...” Vano kehilangan respect, "Jangan sampai Vanessa menyesal menikah muda. Kalau gue dengar Vanessa lo sakiti, lo siap-siap kalau gue melakukan hal-hal yang diluar batas untuk membalas."
“Saya usahakan.”
Vano menepuk dua kali bahu Sean dengan keras membuat si empu bahu meringis.
“Gue pegang kata-kata lo!” usai mengatakan itu, Vano melenggang pergi meninggalkan Sean.
* * *
Bab 7 Married with cold man sudah update!
Sean sama Sasa sudah sah.
Satu kata untuk Sean.
Satu kata untuk Sasa.
Satu kata untuk Vano.
Dan apa pendapat kalian untuk bab ini?
See ya di bab depan yaa guys yaa.
Salam sayang, Cia.
Follow Instagram : @fellicyamahendra

หนังสือแสดงความคิดเห็น (68)

  • avatar
    SaadahNursaadah

    masih penasaran dengan cinta Sean dan Vanessa....apalagi kalo LG dikamar...PGN ada season berikutnya...yg lebih romantis lagi...Karna sy sgt suka novel percintaan...

    21d

      0
  • avatar
    DeliaFahira

    aku sudah menjawab semua yang di sini dan aku bisa menjawab

    03/08

      0
  • avatar
    Sriyanti Andes

    aku suka yo membaca

    28/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด