logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Dimensi 6 : Sebuah Pintu yang Melayang

"Kakak dan para manusia ini mencuri mantra di rumah Tetua kita kan?"
"Viera, tolong dengarkan penjelasan kakak dulu!"
"Tidak! Kakak sudah melanggar aturan! Aku tidak akan melapor pada Tetua, asal perjalanan kalian tidak dilanjutkan."
Viera menghalangi kami semua dengan melebarkan kedua tangannya. Tatapannya tajam bahkan tak berkedip sama sekali. Versa tak mau kalah, ia hanya ikut menatap tajam sambil melipat kedua tangan diatas dadanya.
"Baiklah, lalu kau mau para manusia ini tersesat disini selamanya?"
"Itu urusan mereka!"
"Benar, tapi kita juga akan kena masalah. Bagaimana jika Tetua tahu kita sempat menyembunyikan mereka di rumah?"
"Eh, tapi...."
"Kita juga akan kena hukuman!"
Situasi mulai mereda, Viera akhirnya paham kenapa kakaknya ingin sekali membantu kami. Kurcaci perempuan itu hanya menundukkan kepalanya dan tak lagi menghalangi jalan. Versa mengusap lembut kepala adiknya itu.
"Kita sama-sama bantu mereka, dengan begitu masalah lain tak akan menimpa kita."
"I-iya, kak!"
Viera kini bergabung bersama kami. Perjalanan menuju ke tempat yang disebut "Pintu Melayang" masih jauh. Setidaknya kami harus bermalam dulu di alam terbuka ini. Semoga saja tidak terjadi hujan atau angin ribut besar.
"Aku akan menyalakan api unggun disini."
"Boleh kami ikut belajar bagaimana menyalakan apinya?"
"Eh, tentu saja! Memangnya kalian tidak bisa menyalakan api?"
"Tidak. Kami terbiasa menggunakan alat khusus, bukan dengan cara sepertimu saat ini."
"Oh, pantas saja kenapa di dunia manusia ada beragam alat di dalam rumahnya."
***
Aku terbangun dengan suara kicauan burung yang melintas disini. Mereka berterbangan menuju tempat penuh bunga disisi lain. Tapi, kemana Versa dan adiknya itu?
"Kau sudah terbangun?"
"Versa! Kemana saja kau tadi?"
"Semalam aku tetap melaksanakan tugas sebagai penjaga mimpi baik manusia."
"Lalu kami yang ada disini tidak dijaga olehmu?"
Versa hanya tertawa, sementara adiknya mencoba membangunkan teman-temanku yang lain. Ia menjelaskan kalau di dimensi ini aku tak perlu khawatir. Kecuali bila sedang berada di dunia bawah tanah.
"Huh! Dunia apalagi itu?"
"Itu tempat paling menyeramkan! Makhluk disana bisa dibilang tidak ada yang baik. Posisi kalian saat ini berada diatas tanah."
"Sebentar, artinya ada yang tinggal diatas awan sana?"
"Ya, tapi itu kalau kalian mampu mencapainya. Manusia tidak punya sihir apalagi sayap bukan?"
Versa sedikit menjelaskan tentang dimensi ini sambil memakan bekalnya. Ia membagikannya pada kami, tetap ku ambil meski tak terasa lapar sama sekali.
Dimensi ini terdiri dari tiga bagian. Dunia bawah tanah, dunia atas tanah dan dunia awan. Semua tempat ditinggali oleh makhluknya yang khas.
"Padahal manusia itu makhluk yang kuat di di dunia mereka. Ternyata menjadi lemah juga disini."
"Hei, jangan meledek kami seperti itu!"
"Aku berbicara tentang kenyataan. Kurasa kalian harus punya sesuatu untuk bertahan hidup. Apa kalian bisa lakukan sihir?"
"Uuh...sebenarnya di dunia kami masih ada yang menguasai sihir. Tapi jelas sudah diburu oleh manusia lainnya."
"Oh, ya! Memangnya apa yang salah dengan sihir?"
Arya yang menjelaskan kalau itu sesuatu yang tak masuk akal, itulah kenapa kepemilikan sihir di dunia manusia dianggap sebagai bentuk tipuan. Berbeda dengan Ahmed, penjelasannya lebih kepada penggunaan itu dilarang menurut keyakinannya.
"Ini menurut versiku, manusia yang bisa menggunakan sihir dapat memusnahkan manusia lainnya."
"Wah, itu mengerikan! Mereka bisa saling membunuh ya?"
Kami semua mengangguk, membuat Versa kini paham. Dunia manusia yang asli itu sebenarnya lebih kejam. Apalagi jika mereka memiliki kekuatan seperti sihir. Itulah sebabnya lebih baik tidak ada daripada habis manusia di Bumi.
"Ayo, kita lanjutkan perjalanan!"
Sebenarnya Padang Rumput Xana ini begitu indah. Awannya cerah, tanaman pun masih subur, serta indah. Sejujurnya kalau tidak ada tanggungan disana, aku akan ajak istri dan anakku untuk hidup disini.
"Eh, kenapa tiba-tiba ada awan disini?"
"Tidak apa-apa! Cukup singkirkan saja dengan tangan kalian."
"Sedikit mengganggu pandangan kita!"
"Apa awannya bisa...hup!"
Apalagi kali ini yang terjadi pada Arya? Kami semua memandang ke arahnya. Dia baru saja memakan awan yang ada dihadapannya. Tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi ceria.
"Awannya enak!"
"Hah? Kau pasti bercanda, Arya!"
"Ambil saja yang ada dihadapanmu itu, Ahmed!"
Aku, Ahmed dan Nyonya Rira yang penasaran pun ikut memakan sedikit awan disini. Eh, rasanya seperti permen gula kapas yang manis. Kulihat Arya bersemangat sekali untuk terus memakannya.
"Jangan terus-menerus memakannya!"
"Eh, kenapa Versa?"
"Kalian akan lupa diri! Awan disini memang biasa turun ke Padang Rumput Xana. Rasa manisnya bisa membuat kalian tak mau berhenti untuk memakannya."
Ahmed nampak kesal, padahal dia baru makan lagi awannya. Ia menepuk keras punggung Arya. Kulihat kedua pipi Arya mengembang karena dia sudah terlalu banyak melahap awan disini.
"Yaah...anggap saja ini bonus kita masih berada disini!"
Bonus? Ah, Arya ini suka mengada-ada saja! Dia akhirnya mengambil awan terakhir untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Sebelum kulihat dia berlari mengejar ketertinggalannya.
"Nah, kita sudah sampai!"
"Ini hanya bebatuan yang melayang, Versa!"
Versa menunjuk ke arah atas, ternyata ada sebuah pintu tertutup yang melayang disana. Sepertinya batu pijakan yang mampu melayang ini membuatku sesaat takut akan ketinggian.
"Bagaimana caramu membuka pintu ini, Versa?"
"Dengan mantra yang kita curi semalam. Aku akan panggil awan milikku dulu."
Cukup dengan bersiul panjang, satu awan kecil melesat dengan cepat menuju kemari. Versa menaikinya, barulah awan itu naik ke atas mendekati pintu melayang. Mantra ditaburkan, baru diucapkan dengan lantang oleh kurcaci laki-laki itu. Seketika pintunya terbuka dan sedikit mengeluarkan cahaya. Barulah ia turun lagi menemui kami.
"Pintunya sudah terbuka! Kalian mau meniti batu melayang itu?"
Ahmed dan Arya langsung melompati batunya. Sementara Nyonya Rira meminta diantar dengan awan kecil milik Versa. Kurcaci itu tak masalah. Sekarang tinggal aku seorang disini.
"Kau mau tinggal disini?"
"Uuh...tentu saja tidak! Tapi awanmu terlalu kecil. Tiga orang pasti tak muat!"
"Oh, soal itu aku bisa lakukan ini!"
"Versa menjentikkan jarinya, seketika awan yang semula kecil jadi melebar. Aku akhirnya mau menaiki awan itu. Kulihat diatas sana, Ahmed dan Arya sudah menghilang.
"Nah, aku hanya bisa mengantar kalian sampai disini. Semoga bisa kembali ke dunia kalian."
'Terima kasih, Versa! Sampaikan salam kami untuk adikmu juga ya!"
Versa terakhir kulihat hanya mengangguk sebelum akhirnya aku terjatuh usai melewati pintu melayang itu. Kenapa ada banyak tanaman disini? Bentuknya juga tak biasa dengan daun bahkan bunganya yang sangat besar.
"Kenapa setiap kali kita berpindah tempat harus terjatuh? Punggungku sakit semua!"
Jelas saja nyonya Rira mengeluhkan kondisi badannya. Wajar, usianya tak lagi muda. Diantara kami semua hanya beliau yang paling tua.
"Ahmed, kita ada dimana?"
"Kurasa ini hutan, Artemis! Tapi tanaman disini aneh sekali."
"Tidak ada tanaman jenis ini di dimensi manusia!"
"Kita harus tetap berhati-hati!"
Aku merasa ngeri melihat bunga yang berukuran besar, bahkan raksasa menurutku. Pikiranku melayang, membayangkan kalau bunga itu bisa saja melahap kami semua satu per satu disini.
"Kita saja cukup untuk masuk kemari! Arya, apa yang kau lakukan?"
"Mmmh...cairan nektar ini ternyata enak juga!"
"Eh, itu bukan madu ya?"
"Tentu saja bukan, Artemis! Menjadi madu kalau nektar itu sudah diambil oleh lebah."
"Soal lebah, aku tadi mendengar suaranya."
"Nguuuung...! Nguuuung...!"
"Iya, tapi di telingaku ini terdengar besar sekali. Apa aku tidak salah dengar?"
"Tidak! Lihatlah ke depan, Ahmed! Bahkan orang itu bisa naik ke punggung lebah."
Apa kami menjadi kecil lagi seperti di dimensi para peri? Jelasnya lebah disini bertambah banyak lengkap dengan orang yang menungganginya. Mereka memakai baju zirah layaknya seorang prajurit dengan tombak, pedang dan senjata lainnya ditangan mereka.
"Penyusup! Tangkap para manusia itu!"

หนังสือแสดงความคิดเห็น (143)

  • avatar
    ZalRizal

    500

    10d

      0
  • avatar
    Aj Mi

    mantap

    24d

      0
  • avatar
    SptrTristan

    bagus sekali

    22/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด