logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 3 Malaikat Maut

Izekiel menoleh ke sekelilingnya. Dia bingung siapa direktur yang dia cari. Dia bahkan lupa menanyakan itu kepada sang dewi tadi.
Apakah aku harus bertanya kepada orang-orang? Batin Izekiel berjalan sambil melihat orang-orang yang terlihat tidak terlalu sibuk.
Dia melihat seorang pria paruh baya yang sedang berdiri dengan tegap di area resepsionis.
"Kelihatannya dia tidak terlalu sibuk." Gumam Izekiel dan berjalan ke arah pria paruh baya itu.
"A-anu... Boleh saya bertanya sesuatu."
"Anda sedang mencari direktur, bukan?" Izekiel terkejut bukan main.
Bagaimana orang itu bisa tau bahwa Izekiel akan mencari direktur.
Pria tua itu mengarahkan Izekiel ke ruangan direktur ke lantai paling atas yaitu lantai 100.
Setiba di lantai 100 dan berdiri di ruang kerja direktur, pria tua itu undur diri dan kembali ke tempatnya.
Izekiel berjalan sambil melihat keseluruhan ruangan tersebut.
"Katanya aku disuruh nunggu di sini hingga direktur tiba." Gumam Izekiel sambil duduk di sofa yang paling empuk.
Paling empuk yang pernah dirinya rasakan selama dia hidup. Sembari menunggu direktur datang, dia melihat ke arah jendela.
Melihat alam baka yang jauh berbeda dari dia bayangkan. "Benar-benar cantik..."
"Benarkah?" Izekiel langsung terkejut bukan main dan dia menoleh ke arah seorang wanita berusia 50-an memakai gaun yang sangat mewah dan berkelip-kelip.
Lebih heboh daripada para wanita bangsawan di kehidupannya.
"A-apakah... A-apakah anda direktur, nyonya?"
Dengan entengnya, wanita itu menjawab. "Benar. Kamu pasti Izekiel. Seorang ksatria yang mati gugur akibat perang."
Kemudian, wanita itu langsung mendekatkan ke arah Izekiel. "Benar, kan?"
Izekiel mengangguk dengan kuat. Wanita itu menjauh dan berjalan menuju ke arah kursi kerjanya.
"Aku sudah mendengar cerita dari Ashtral tralalala tentang kamu."
"Tralalala?" Izekiel bingung apa yang dimaksud oleh sang direktur itu. Wanita berusia 50-an itu seketika tertawa dengan ngakak. Beberapa menit kemudian, dia kembali fokus.
"Itu panggilan sayang dariku."
"Dan jangan pakai nama itu ke dia!! Hanya aku yang pakai nama itu ke Ashtral tralala."
Izekiel terdiam cukup lama. Siapa wanita di depan matanya ini?
Seketika, Izekiel langsung teringat sesuatu dan dia memberikan surat kepada direktur tanpa bicara.
"Apa ini?"
"Kata Dewi Ashtral, aku diberi tugas-"
"Oh ya!! Aku ingat sekarang!!" Seru direktur tersebut membuat jantung Izekiel nyaris copot karena teriakan dari direktur.
"Oh ya siapa namamu?"
"Izekiel, nyo- maksudku direktur."
"Ize... Siapa?" Balas direktur yang tampak kesusahan mengucap nama lelaki tersebut.
"Izekiel."
"Ize... Ise... Ah!! Susah sekali namamu.." Izekiel hanya terdiam saja.
"Oke. Mulai sekarang kamu akan bekerja di sini mulai besok." Mendengar itu, Izekiel langsung kaget bukan main.
Bukannya tugas dia cuman mengambil batu kristal kehidupan yang dewi minta?
"A-anu..."
"Iya?" Balas direktur memandang Izekiel tanpa merasa bersalah.
"Bukannya saya disuruh mengambil batu kristal kehidupan?" Mereka berdua terdiam beberapa saat hingga sang direktur tertawa dengan keras.
"Astaga... Kamu polos sekali... Mudah ditipu... Hyahahaha...."
Izekiel hanya bisa diam dalam keterkejutannya.
Jadi... Selama ini...
Beberapa saat, direktur kembali tenang. "Jadi... Tugas saya sebenarnya adalah..."
Direktur mengangguk benar. "Kamu akan mulai bekerja sebagai malaikat maut 'magang'. Hanya 8 bulan saja. Dan..."
"Dan..."
"Jika kamu mengerjakan sebagai malaikat maut dengan sangat baik, hadiah dari Ashtral akan terkabul. Mengerti?"
Sebagai malaikat maut? Bagaimana caranya?
"T-tapi... Aku tidak tau caranya sebagai malaikat maut."
Kemudian, direktur berkata, "Tenang saja, baby. Besok rekan barumu akan memperkenalkan semuanya kepadamu."
"Jadi, gimana?"
Izekiel hanya meghela nafas panjang pasrah. Seharusnya dia menolak saja tawaran dari sang dewi. Sudah gitu dirinya ditipu oleh DEWI ASHTRAL!!
Dewi yang selalu ia dan umat manusia lainnya dihormati.
"Baiklah... Aku bersedia."
"Bagus sekali!!" Seru direktur dengan penuh suka cita dan kegirangan.
"Oke sekarang, kamu ubah dan ganti penampilanmu yang terlalu kuno itu." Izekiel langsung menoleh ke arah pakaiannya. Zirah besi yang selalu dia kenakan saat perang dan sekaligus sebagai seragam kebanggaan.
"Kenapa? Semua orang memakai gaya seperti ini?" Direktur menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"No, baby. Kamu harus berpakaian sesuai dengan tempat kamu pijak."
"Maksudnya? Bukannya semua orang mengenakan pakaian seperti ini?"
Seketika, direktur langsung menatap ke arah Izekiel dengan tatapan curiga.
"Tunggu dulu..."
"Jangan bilang... Kamu belum diberitahu dunia yang kamu injak ini dari Ashtral tralalala itu?"
Kemudian Izekiel menjawab, " Dewi bilang kalau tempat ini dunia alam baka."
"Dan dia tidak menceritakan lebih lanjut kepadamu?" Dengan jujur dan polos yang sedikit beda, Izekiel menggelengkan kepalanya.
Direktur menepuk jidatnya dengan keras. "Dasar... Bikin menyusahkan orang saja." Gumamnya tidak habis pikir.
"Baiklah... Nanti kamu dijelaskan oleh anak buahku. PABLO!!"
Seorang pria dengan gaya fashion yang sangat unik itu berjalan menuju ke arah ruangan direktur.
"Ada yang bisa saya bantu, direkt- wow!! Pakaian macam apa ini? Apakah kamu berasal dari tahun 1600-an?"
Direktur hanya bisa berdecak sambil memutar kedua bola matanya dengan malas.
"Pablo. Perkenalkan, dia Ize... Ise..."
"Izekiel."
"Iya!! Yang itu!! Tolong bawa sang ksatria yang telah gugur dalam peperangan ini untuk segera ganti penampilan yang sesuai dengan sekarang. Ingat, SEKARANG!!"
"Siap, bu!!" Pablo langsung membawa Izekiel keluar dari ruangan direktur.
Wanita itu hanya bisa menghela nafas panjang lega. Rasanya, dirinya habis lari marathon sebanyak 225 kali.
"Kota Zarge? Dimana itu?"
"Ibu kota di Kerajaan Argabasca. Apa kamu tau?" Pablo berpikir sejenak, kemudian membalas, "Setahuku, tidak ada kota dan kerajaan yang kamu sebutkan."
Saat Pablo mencocokan ke badan Izekiel, seketika Pablo langsung tersadar sesuatu.
Ah... Pantes saja, direktur memintanya untuk menjelaskan tentang dunia yang mereka injak ini.
"Sepertinya kamu bukan dari dunia ini."
"Maksudnya?" Kemudian Pablo menjelaskan bahwa, dunia yang Izekiel sekarang adalah dunia yang sangat berbeda dari dunianya.
Bisa dibilang, Izekiel adalah salah satu pegawai yabg berasal dari dunia yang sangat berbeda. Bukan di bumi maupun di planet ataupun galaksi manapun.
Kini, Izekiel mulai paham sekarang. Dia sekarang telah berpindah ke dunia yang sangat berbeda dari dunianya.
Tapi, kenapa sang dewi memberi tugas ke dunia yang sangat berbeda dari dunianya?
Sampai saat ini, Izekiel terus menanyakan alasan itu.
Hampir 4 jam, akhirnya penampilan Izekiel telah berubah total. Dari ujung kepala sampai kaki.
Rambut pirang yang panjang dipotong menjadi pendek dengan gaya rambut coma hair.
Baju zirah besi yang ketat itu diubah menjadi baju hoodie dipakai lagi cardigan diatas size ukuran tubuhnya.
Serta celana jeans biru muda dan sepatu sneakers.
Pablo yang melihat hasilnya, sangat puas dan memberikan jari jempol kepada Izekiel.
"Sangat keren dan tampan."
"Karena kamu besok sudah mulai bergabung di perusahaan ini, sesuai dengan perintah direktur maka saya akan mengantarkan anda ke tempat tinggal sementara."
Izekiel mengangguk dan mereka berdua langsung bergegas menuju ke tempat tinggal baru Izekiel.
Jaraknya sangat dekat. Hanya memakai lift berjalan, mereka telah tiba di sebuah gedung pencakar langit.
Pablo berjalan maju dan menuntun Izekiel untuk menuju ke tempat tinggal baru lelaki itu.
Mereka masuk ke dalam lift dan Pablo menelan tombol angka 27. Beberapa saat kemudian, mereka tiba di lantai 27 dan Pablo berjalan lagi keluar dari lift.
Hingga mereka berdua telah sampai di depan kamar bernomor 2705.
"Ini adalah tempat tinggal barumu untuk 8 bulan kedepan. Dan... Ini kunci kamarmu." Pablo menyerahkan kunci kamar apartemen kepada Izekiel.
"Selamat istirahat dan sampai ketemu lain waktu." Pablo berjalan meninggalkan Izekiel sendirian dengan menggandeng beberapa tas belanja untuk kebutuhan selama dirinya tinggal di sini 8 bulan kedepan.
Izekiel langsung memutar kunci kamar tersebut di lubang pintu dan membuka secara perlahan.
Dia memandang ke arah interior kamar barunya. Benar-benar berbeda dari kamarnya yang sebelumnya.
Interiornya sangat simple dan segar di mata, namun ada unsur modern yang bagi Izekiel asing dengan jenis gaya interior tersebut.
Berbeda jauh dengan kamarnya yang bernuansa klasik.
Dia meletakan barang-barang yang dia beli bersama Pablo ke tempat penyimpanan. Cukup muda untuk meletakan barang di tempat penyimpanan dan sangat luas.
Dia langsung jatuh terduduk di atas kasur sambil menghela nafas panjang. Melihat seluruh interior kamar tidurnya dengan rasa tidak percaya.
Besok dia harus kembali ke tempat tadi dan sekarang, Izekiel harus tidur dan istirahat.
Hari ini merupakan perjalanan yang cukup melelahkan.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (172)

  • avatar
    MiiRed

    bagus ceritanya

    1d

      1
  • avatar
    BudyantoAgus

    bagus

    6d

      0
  • avatar
    YantoDaryanto

    ceritanya bagus

    7d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด