logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

5. Cemburu Atau Tidak?

Ibu Ririy membuat bolu pandan untuk teman teman Ririy yang sedang mengerjakan tugas kelompok dirumahnya. Dan Ririy juga ikut membantu ibunya sebentar didapur.
"Anak-anak ini bolunya dimakan ya," ibu Ririy meletakkan sepiring bolu diatas meja.
"Terimakasih tante, siap pasti kami makan," jawab Agustine, nada suaranya terdengar senang sekali. Agustine tahu kue buatan ibu Ririy maupun Ririy sendiri memang sangat enak.
"Terimkasih tante," jawab teman teman yang lainnya.
"Ririy ini menurutku gambarannya kurang," kata Steven ketika Ririy mengumpulkan gambarannya pada Steven yang bertanggung jawab merapikan dan menyatukan semua gambar dalam video.
Kelly memutar bola mata kesal. "Apanya sih yang kurang Stev?, menurutku Itu sudah bagus," katanya.
"Iya, tapi ini standard, kita bisa membuat tokoh utamanya terlihat tegas dan tampan," usul Steven.
"Setuju, itu akan menarik perhatian bagi penonton," kata Agustine, Agustine termasuk mahasiswi yang pintar dikelas mereka. Kelly menyilangkan kedua tangannya dengan memasang ekspresi tidak setuju.
"Hey, apa menurutmu Ririy bisa melakukannya?. Aku bukan ingin meragukannya, tapi kita tahu kan nilai gambar Ririy tidak begitu bagus. Kita akan membuatnya semakin lama mengerjakannya, dan waktu kita hanya 2 minggu saja Stev," katanya.
"Tidak masalah, aku akan buatkan contohnya dulu dan Ririy nanti mencontoh gambaranku, bagaimana?." Ririy menggaruk kepalanya ia meragukan kemampuannya.
"Kamu bisa Riy, kamu kan pandai mencontoh gambaran," kata Agustine,
"Tapi semua gambar yang dibuat juga harus konsisten loh," sahut Fadhil. Sama dengan Kelly Fadhil merasa Ririy tak bisa melakukan lebih dari kemampuannya. Ririy agak sedih mengetahui dua temannya itu tidak mempercayai bahwa Ririy bisa melakukannya. Namun disisi lain ia juga membenarkan mereka. Ririy memang sangat suka sekali menggambar atau mendesaign, namun ia merasa kemampuannya tidak sebagus teman temannya.
"Aku yakin Ririy pasti bisa," kata Steven, Steven sedang tersenyum memperlihatkan giginya menyemangati Ririy. Itu membuat Ririy berdebar debar sampai ingin memejamkan matanya, namun ia tahan untuk tak melakukannya.
"Baiklah aku coba,"
"Ok, aku akan buatkan contohnya, dan yang lain membuat tokoh figurannya yang sudah ditentukan dan sesuai cerita yang kita buat tadi ya." kata Steven lalu mulai menggambar toko utama untuk dicontoh Ririy.
"Aku yakin kamu pasti bisa," kata Steven lagi ketika ia telah menyelesaikan gambarannya dan ia tunjukkan pada Ririy.
Ririy terbelalak dengan gambaran Steven yang begitu detail dan indah.
"Bagaimana ini teman teman?" tanya Steven. Semua teman temannya menganga karna takjub akan ide gambaran Steven yang briliant.
"Very good" kata fadhil sambil mengacungkan jempolnya.
"Benar, sangat mengagumkan! Akan aku coba," kata Ririy.
"Baiklah, semangat!" Steven tersenyum, itu membuat Ririy meleleh. Sebuah senyuman yang sangat indah dan jarang Ririy temukan dari seorang Steven.
'ah, dia manis sekali, lama lama aku bisa gila," batinnya lalu menarik nafas kecil.
"Eh guys aku sudah buat robotnya," kata Agustine lalu memperlihatkan gambarannya pada teman temannya.
"Coba tambahkan detail pada matanya, dan kakinya agak dipendekkan saja." Steven memberi usul.
"Aku setuju dengan usul Steven," celetuk Kelly ketika ia memperhatikan gamabran Agustine dengan seksama. Agustine segera menghapus beberapa bagian gambarannya. Ia menerima masukan dari Steven dan mengganti bagian yang dikoreksi tadi.
"Seperti ini?" tanya Agustine ketika telah menylesaikan revisinya dan memperlihatkan gambar pada teman temannya.
"Bravo!" Puji Steven
"Luar biasa cuy!" tambah Ririy ia merasa bangga terhadap sahabatnya.
"Assalamu'alaikum," salam Rian, Rian datang mengunjungi rumah Ririy dengan membawa serantang sayur gule.
"Wa'alaikumussalaam," jawab Ririy lalu beranjak menuju ruang tamu.
"Ini tadi mama buat sayur gule," kata Rian memberikan rantang pada Ririy.
"Makasiii," Ririy menerima rantang yang diberikan Rian sambil tersenyum manis.
"Lagi belajar kelompok?"
"Iya nih, gih pulang sana biar nggak mengganggu!" kata Ririy sarkastik. Rian mengecak pinggang,
"Aku tidak akan mengganggumu Ririy, karna aku mau pinjam komputermu, bolehkan?" kata Rian lalu berjalan menuju ruangan depan ruang tamu itu dimana komputer Ririy berada.
"Aku belum bilang iya tuh," katanya, namun Rian tak menghiraukan dan menyalakan komputer jadul milik Ririy membuat Ririy mendengus kesal. Rian memang sudah menganggap Ririy seperti adiknya sendiri, sehingga dengan sangat enteng ia memakai komputer milik Ririy yang sudah terinstal banyak game yang menyenangkan.
"Bagaimana bisa anak perempuan main game sebanyak ini, karna ini nih kamu selalu rangking bottom 5 disekolah,"
"Enak saja! Itu memang aku yang menginstal, tapi kak Rian sendiri yang sering memainkan game itu!" Rian tersenyum cengengesan atas ucapan sahabatnya itu. Karna memang yang dikatakan Ririy itu ada benarnya, Rian memang sangat suka sekali meminjam komputer Ririy dan memainkan game yang ada disana.
"Tau ah!" Ririy kesal dan beranjak menuju ruangan dimana ia belajar kelompok dan mulai menggambar tokoh utama meniru gambaran Steven.
"Aku sudah selesai," kata Kelly, dan memperlihatkan .gambrannya.
"Ok bagus, tinggal dijadikan digital," kata Steven.
"Iya nanti aku lakukan dirumah,"
"Besok harus produktif ya teman teman, usahakan semuanya menyelesaikan 80 gambar," Steven memperingatkan lagi.
Ririy menyandarkan kepalanya ke meja lagi. Kepalanya terasa sangat pusing mengingatnya.
"Tak apa Ririy, kan kita bisa copypaste, lalu mengganti gerakan dan ekspresinya, semangat dong," Agustine menepuk nepuk bahu Ririy, dia adalah sahabat sekaligus penyemangatnya.
"Jangan diambil pusing nanti stres," tambah Fadhil. Ririy mengangkat kepalanya lagi.
"Ok thanks teman-teman," katanya.
Teman teman Ririy mengemasi barang-barangnya untuk pulang, setelah mengerjakan sket gambaran mereka masing-masing. Lalu mereka berpamitan pada Ririy dan ibunya.
Rian datang keruangan tempat belajar Ririy tadi ketika ruangan itu hanya ada Ririy seorang. Ia menyandarkan punggungnya ke dinding sambil melipat tangannya melihat Ririy sedang memperhatikan gambaran tangan seorang laki laki yang akan menjadi tokoh utama dalam videonya nanti.
"Ngapain senyum senyum sendiri?" tanya Rian heran.
"Bagus kan gambarannya? Ini gambaran Steven loh, dia itu punya imajinasi tinggi, dan dia selalu mendapat nilai bagus," kata Ririy membanggakan teman kelompoknya itu. Rian tersenyum miring.
"Biasa saja sih menurutku, Tapi memang ya kalau cinta tahi kucingpun rasa coklat," katanya. Ririy tersenyum kecut, ingin sekali ia mencubit Rian keras keras karna merasa sangat kesal.
"Bagus ini dari pada gambaran kakak, gambaran kak Rian sama anak SD saja jauh lebih bagus gambaran anak SD," ejek Ririy sedikit berlebihan. Tapi memang Rian tak begitu pandai menggambar. Rian sangat pandai di bidang teknologi, oleh karna itu ia mengambil jurusan teknologi dikampusnya.
"iya bagus, kan yang bilang orang yang menyukai Steven," Rian menggodanya habis habisan. Ririy menggertakan giginya gemas dan tak terima oleh gagasan Rian. 'apa jangan jangan kak Rian cemburu kalau aku memuji Steven? eooowww' batinnya lalu merasa geli jika memang demikian.
"Bilang saja kakak cemburu kalau aku memuji gambarannya kan!" kata Ririy balik menggoda. Rian menatap mata Ririy dan mengerjakan matanya.
"Buahahaha," tiba tiba Rian tertawa terbahak bahak, membuat Ririy memelototkan matanya.
"mengaku saja, kakak cemburukan?!"
"Stop jangan katakan lagi, itu membuatku ingin muntah," katanya lalu meredakan tawanya.
"Untunglah, jijik sekali rasanya jika kakak cemburu," kata Ririy sarkastik.
"Ih jangan narsis!. Oh iya Riy aku pulang dulu ya, ada perlu nih," kata Rian berpamitan pulang.
"Iya sana-sana pulang," jawab Ririy lalu menghembuskan nafas legah ketika sosok sahabat yang menurutnya sedikit menjengkelkan itu beranjak pergi.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (28)

  • avatar
    Yohanes panda Baso

    Gilla bagus sekali cerita nya makasih

    21d

      0
  • avatar
    Rifal Rifal

    keren banget

    25/06

      0
  • avatar
    MeiCahyaning

    bgs

    17/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด